Pada artikel pertama di seri ini, kamu akan mengenal kebiasaan pertama dari 7 kebiasaan remaja yang sangat efektif. Apa itu? Ya, menjadi proaktif. Dalam konteks buku The 7 Habits of Highly Effective Teen, proaktif berarti kamu mengambil sendiri tanggung jawab dalam hidup kamu. Sebaliknya, ada kebiasaan yang sebisa mungkin mesti kamu hindari, yakni reaktif. Reaktif berarti sikap langsung merespon terhadap apa yang terjadi padanya (kalau yang terjadi jelek, responnya jelek. Kalau yang terjadi bagus, responnya bagus).
Masih bingung? Coba baca percakapan nyebelin bin ngeselin antara Sean Covey remaja (Penulis buku The 7 Habits of Highly Effective Teen) dan Stephen Covey (ayah Sean).
Percakapan 1
Sean : Dad, pacarku bikin aku marah.
Stephen : Ayolah, Sean. Gak ada yang bisa bikin kamu marah kecuali emang kamu yang biarin. Itu pilihan kamu. Ya, itu berarti kamu pilih untuk marah.
Sean : Gak gitu, Dad. Aku gak pilih untuk marah. Dia yang BIKIN BIKIN BIKIN aku marah. Lebih baik Daddy tinggalin aku deh sendiri (ngambek di pojokan).
Percakapan 2
Sean : Guru biologi aku jelek, Dad. Cara ngajarnya gak bagus. Gara-gara dia, aku jadi males belajar biologi.
Stephen : Kenapa kamu gak temui guru itu dan kasih dia saran? Kalo gak berhasil, ya ganti guru. Cari tutor biologi kalau perlu. Kalo kamu gak belajar biologi, Sean, itu salah kamu sendiri, bukan salah guru kamu.
Setiap kali Sean diberi nasehat seperti itu, Sean benar-benar merasa gila. Bagaimana bisa ayahnya bilang bahwa itu semua salahnya, bukan salah pacar ataupun gurunya? Mungkin kamu juga sependapat dengan Sean. Sangat nyebelin dinasehati seperti itu, bukan?
Namun, akhirnya Sean melihat kebijaksanaan dibalik nasihat-nasihat sang ayah. Ia menyadari bahwa ayahnya ingin mengajarkan ada 2 tipe orang di dunia ini yaitu proaktif dan reaktif. Si proaktif adalah dia yang mengambil tanggung jawab dan membuat sesuatu terjadi, sedangkan si reaktif adalah dia yang menyalahkan sesuatu dan dibuat terjadi oleh sesuatu.
Kebiasaan pertama, menjadi proaktif, adalah kunci untuk membuka 6 kebiasaan lainnya. Kebiasaan pertama mengatakan Saya adalah kekuatan. Saya adalah kapten hidup saya. Saya bisa memilih sikap saya. Saya bertanggungjawab atas kebahagiaan atau ketidakbahagiaan saya sendiri. Saya adalah pengemudi nasib saya, bukan hanya sekadar penumpang.
Lalu, bagaimana sih cara menjadi orang yang proaktif?
1. Pilihlah untuk menjadi proaktif.
Setiap hari, kamu pasti menemui momen yang bikin kamu kesal, marah, takut, dan sebagainya. Misalnya, cuaca sangat panas, tidak dapat kerjaan, masih menjomblo, ditusuk dari belakang sama sahabat sendiri, dan lain-lain. Namun, apakah kamu membiarkan hal-hal itu merusak hari-harimu? Ayolah, pilihlah untuk menjadi proaktif.
Orang-orang yang proaktif bertindak atas nilai-nilai. Mereka berpikir sebelum bertindak. Mereka menyadari bahwa tidak semua hal yang menimpa diri mereka dapat mereka kontrol. Namun, ada 1 hal yang dapat mereka kontrol, yakni respon mereka terhadap hal-hal tersebut.
2. Dengarkan kata-kata kamu.
Perbedaan besar antara reaktif dan proaktif juga terletak pada kata-katanya.
Kata-kata si reaktif:
Ah, gue mah emang gak bakat di bidang itu
Aku emang gini, pendiam, pemalu, pokoknya udah gak bisa diubah deh karakter ini
Kalo gue ganteng, kaya, punya mobil, punya teman-teman yang baik, punya ortu yang baik, punya pacar cantik, pasti gue bakal bahagia. Gak kayak sekarang, ngenesnya minta ampun.
Dia udah merusak hari-hariku
Intinya, kata-kata reaktif ini seolah merampas kekuatan yang kamu miliki dan dialihkan ke orang lain. Kata-kata seperti ini membuat kamu sangat tidak berdaya.
Kata-kata si proaktif :
Gue akan melakukannya
Gue bisa ngelakuin yang lebih baik
Kuy liat semua pilihan yang ada. Pasti ada jalan keluarnya kok
Gue memilih untuk bahagia, gak bakal gue biarin seorang pun merusak hari-hari gue.
3. Yakini bahwa kamu hanya bisa mengontrol 1 hal.
Ada fakta fundamental yang perlu kamu yakini, yaitu We cant control everything that happen to us. Kamu tidak bisa mengontrol di mana kamu lahir, di keluarga seperti apa kamu dibesarkan, berapa bayaran SPP tahun depan, pacar setia atau tidak, hari ini hujan atau tidak, dan sebagainya. Tapi, kabar baiknya adalah ada 1 hal yang bisa kamu kontrol, bagaimana respon kamu terhadap apa yang terjadi pada diri kamu. Jadi, stop mengeluh hal-hal yang tidak dapat kamu kontrol dan fokuslah terhadap hal-hal yang bisa kamu kontrol.
Nah, untuk memudahkan kamu menjalani kebiasaan proaktif ini, kuy tempuh dengan baby steps berikut!
1. Lain kali, kalau ada orang yang bikin kamu kesal, marah, kecewa, maka beri tanda peace saja.
2. Dengarkan kata-kata kamu baik-baik. Hitung berapa kali kamu mengatakan kata-kata reaktif. Coba untuk terus mengurangi jumlahnya.
3. Hari ini, lakukanlah hal-hal yang sejak dulu ingin kamu lakukan, tapi tidak pernah dilakukan karena kamu tidak berani. Tinggalkan zona nyamanmu. Ajak cencengan kamu kencan, angkat tangan kamu di kelas, atau gabung komunitas idaman kamu.
4. Di pesta selanjutnya, jangan cuma duduk menghadap ke tembok dan menunggu orang mengajak kamu ngobrol. Kamulah yang harus memulai obrolan. Berjalanlah dan temui orang-orang baru.
5. Lain kali kalau kamu mendapat nilai yang menurutmu tidak adil, maka jangan tangisi hal itu. Buatlah janji dengan gurumu dan diskusikan masalah nilai dengannya.
Selamat menempuh baby steps untuk menjadi proaktif, guys!