Fenomena kebakaran hutan makin sering terjadi seiring berjalannya waktu. Fenomena ini disebabkan oleh pemanasan global dan musim kemarau yang terjadi secara bersamaan. Tidak hanya itu saja, angin yang kuat juga membuat api merembet ke lahan yang lebih luas dengan cepat.
Kebakaran hutan tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di berbagai wilayah negara di seluruh dunia. Salah satunya di California, Amerika Serikat. Peristiwa kebakaran hutan di California yang terjadi sejak bulan Oktober lalu membuat 50 ribu lebih manusia harus dievakuasi. Pemerintah di sana juga telah melakukan berbagai upaya untuk memadamkan api.
Sayangnya upaya yang dilakukan masuh kurang untuk bisa memadamkan api yang terus merembet dengan cepat. Salah satu kendalanya adalah sangat sulit untuk masuk ke daerah-daerah sempit di dalam hutan sambil membawa mobil atau peralatan pemadam lainnya. Kebakaran ini juga tidak hanya terjadi di hutan, tetapi juga di lahan ternak yang mengering akibat suhu yang begitu tinggi.
Bagaimana kebakaran bisa terjadi?
Kebakaran hutan berasal dari banyaknya rumput-rumput yang mengering di sebuah lahan luas yang disebabkan oleh tingginya suhu cuaca akibat global warming. Kondisi ini bila didiamkan dapat memicu terbakarnya rumput dengan sendirinya. Angin yang kuat pun akan mendorong api ke hutan sehingga terjadi kebakaran hutan.
Menggunakan kambing sebagai solusi masalah kebakaran hutan.
Setelah melakukan berbagai upaya, pihak berwenang di California akhirnya memutuskan untuk menggunakan kambing sebagai solusi. Apakah ada hubungannya? Ternyata kambing-kambing ini sangat berpengaruh untuk mengurangi kebakaran hutan.
Selain penyebab yang sudah disebutkan di atas, kebakaran hutan juga disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan ekosistem. Keseimbangan ekosistem yang dimaksud adalah adanya suatu organisme yang berperan vital dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan, yakni organisme pemakan rumput yang spesifik.
Kambing-kambing gembala inilah yang menjadi solusi. Begitu dilepasliarkan kambing-kambing itu akan memakan rumput-rumput yang ada sehingga ketika musim panas tiba, jumlah rumput kering sudah bekurangdan dapat meminimalisir kemungkinan api merembet.
Banyaknya rumput kering juga dikarenakan banyaknya masyarakat desa yang mayoritas berprofesi sebagai gembala memutuskan pindah ke kota untuk mencari pekerjaan lain. Ketika mereka pergi maka lahan ternaknya akan terus tumbuh dan mengering sehingga bisa memicu terjadinya kebakaran.
Dikutip dari situs weforum.org, pihak California telah melepaskan 500 ekor kambing di lahan luas untuk mencegah kebakaran di California. Dan terbukti, ratusan kambing itu berhasil menyelamatkan Ronald Reagan, perpustakaan di sana beberapa waktu lalu dengan memakan rumput-rumput kering di sekitarnya.
Tidak hanya di California.
Cara seperti ini juga diterapkan Pemerintah Portugal baru-baru ini. Setelah melakukan riset bertahun-tahun mulai dari drone, satelit, hingga pesawat untuk pemadaman, pemerintah Portugal memilih menggunakan kambing.
Seperti desa-desa di Eropa, penduduk di desa-desa pedalaman Portugal memilih pindah ke kota untuk mencari pekerjaan baru. Hal ini tentunya berakibat kepada lahan yang mereka tinggalkan menjadi tak terurus. Semua rumput tumbuh dan mengering sehingga dapat memicu terjadinya kebakaran.
Bahkan di Desa Vermelhos, Portugal, hanya tersisa satu pengembala kambing bernama Leonel Martins Pereira (49). Pengembala di desanya memilih untuk pindah ke kota mencari pekerjaan lain.
Untuk mencegah kebakaran, Martins membiarkan kambing-kambing algarve peliharaannya memakani rumput-rumput di lahan terbuka miliknya dan penduduk yang telah pindah.Meskipun menjadi satu-satunya yang tersisa, ia menjadi bagian dari program percontohan Pemerintah Portugal untuk membantu negaranya beradaptasi dengan masa depan yang mungkin saja akan mengalami perubahan iklim.
Program ini digagas oleh Lembaga Kehutanan Pemerintah mulai tahun 2018 dengan anggaran hanya beberapa ribu Euro saja. Hingga saat ini, program ini telah memiliki 10.800 ekor kambing yang terdaftar dan merumput di area lahan seluas 6.700 hektar yang tersebar di beberapa daerah rentan terjadi kebakaran.
Namun bukan tanpa kendala, sedikitnya jumlah penggembala yang berpartisipasi juga menjadi hambatan dalam program ini. Alasannya karena sangat sulit menemukan orang-orang yang bersedia bekerja di area-area yang mudah terbakar.
Menurutmu, apakah cara ini juga patut ditiru untuk meminimalisir kebakaran hutan yang sering terjadi di Indonesia?