Sebagai Kota Budaya, Yogyakarta mengayomi berbagai jenis seni budaya yang ada di Nusantara. Salah satunya adalah budaya masyarakat Tionghoa seperti barongsai, wayang potehi, Liang Liong, dan juga kesenian Wayang Cina Jawa (Wacinwa).
Wacinwa merupakan wayang kulit ciptaan seniman Gan Thwan Sing pada tahun 1925, yang terinspirasi dari pagelaran Wayang Purwa. Karena itu, bentuk pagelaran, bahasa tutur, dan tata karawitan pengiringnya sangat mirip dengan Wayang Purwa. Bedanya, karakter Wacinwa mengambil sosok tokoh legenda klasik Cina, sehingga bentuk wayang jugamenyesuaikan dengan karakternya.
Menurut Kepala Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Setyawan Sahli, koleksi lengkap Wacinwa sekarang ini hanya ada dua di dunia. Satu koleksi berada di Amerika dan satu koleksi lagi ada di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Setiap tahunkoleksi Wacinwa dipamerkan kepada publik sebagai upaya membangun keharmonisan antar suku bangsa yang ada di Jawa, khususnya masyarakat Yogyakarta.
"Kami tidak bisa memamerkannya setiap tahun, karena Wacinwa merupakan koleksi langka yang harus kami rawat sebaik-baiknya." Ujar Setyawan, Rabu (3/3/2021) di ruang kerjanya.
Di samping menyimpan seperangkat koleksi Wacinwa, lanjut Sahli, Perpustakaan Museum Sonobudoyo juga menyimpan lima buah naskah lakon Wacinwa yang ditulis dalam aksara Jawa. Naskah lakon ini ditulis oleh GanThwan Sing pada periode 1925 hingga1960-an. Beberapajudul naskah lakon yang paling sering dipentaskan adalah Thig JingdanSie JIn Kwi Ceng Tang. Kedua lakon tersebut sangat digemari penonton karena dinilai sangat dramatis.
Naskah-naskah lakon inilah yang kemudian dipakai para dalang sebagai pedoman dalam memainkan lakon cerita. Sedangkan pola pementasan wayang seperti janturan, suluk, kepyak, dan lain-lain menyesuaikan dengan pola pementasan Wayang Purwa.
Untuk tahun ini, Pameran Wacinwa juga kembali digelar di Gedung Pameran Temporer Museum Sonobudoyo sejak 26 Februari hingga 27 Maret 2021 ini. Pameran yang diselenggarakan untuk menyemarakkan perayaan tahun baru Imlek ke-2572 ini selain memamerkan berbagai koleksi Wacinwa juga memamerkan koleksi lain seperti wayang potehi, busana tari menak, serta komik bernuansa Cina.
Pameran tersebut digelar setiap hari mulai pukul 09.0021.00 WIB secara gratis. Namun, setiap pengunjung yang akan memasuki area pameran terlebih dulu diwajibkan memenuhi persyarakat protokol kesehatan 3M seperti memakai masker, cuci tangan, dan ukur suhu tubuh.
Di samping itu, pada waktu-waktu tertentu masyarakat juga dapat menyaksikan pagelaran Wacinwa yang disiarkan secara streaming dari jejaring video YouTube milik Museum Sonobudoyo.
"Kalau tahun lalu, Pagelaran Wacinwa kita gelar secara terbuka, agar masyarakat dapat menyaksikan secara langsung. Tetapi karena saat ini masih berada pada masa pandemi, maka pertunjukan Wacinwa kita selenggarakan secara daring." Tandas Sahli.
Melalui pameran ini Sahli berharap masyarakat dapat teredukasi sehingga apresiasi seni khususnya seni wayang dapat meningkat.(*/SulistyawanDs* )
Caption : Pagelaran Wayang Wacinwa. ( Sumber : Buku "Wacinwa , Silang Budaya Cina-Jawa ".