Brilio.net - Setiap ibu tentu ingin mendapati bayinya lahir dalam kondisi yang sempurna. Namun apa yang dialami seorang wanita asal China, Liu Peihua ini sungguh membuatnya sedih. Bayi laki-lakinya yang lahir pada 20 September 2016 di Kota Guangzhou, China tak memiliki mata.
Awalnya, Peihua dan keluarga merasa gembira dengan kehadiran anggota baru. Jika dilihat sekilas, sang bayi seperti sedang menutup matanya rapat-rapat. Namun beberapa hari kemudian dokter menemukan bayi itu menderita kondisi langka, anophthalmia. Kondisi ini berarti matanya tidak tumbuh normal, hanya punya kecil atau tidak punya jaringan mata sama sekali.
BACA JUGA :
Penyakit gangguan jiwa ini bisa menyerang wanita kurang kasih sayang
Dilaporkan laman Asiantown, bayi laki-laki yang tak disebutkan namanya itu dijuluki "bayi tanpa mata". Menurut keluarga, selama hamil Peihua selalu melakukan tes antenatal dan tidak ada indikasi jika terdapat kelainan pada putranya.
BACA JUGA :
Alasan bocah 4 tahun berfisik renta ini tak bersekolah bikin haru
Saat ini, kelurga mendapat bantuan dari rumah sakit yang lebih besar di Guangzhou agar si bayi bisa mendapat pemeriksaan secara menyeluruh. Keluarga berharap ada bantuan dari sejumlah badan amal yang bisa membantu keberlangsungan hidup si bayi.
"Anak kami seperti bayi lainnya. Dia menangis dengan keras ketika ingin minum susu dan mengayun-ayunkan tangannya. Meski sangat terpukul, saya berusaha tetap memahami dan mempelajari kondisi anak saya ini," kata Peihua seperti dikutip brilio.net dar People's Daily Online, Sabtu (1/10).
Anophthalmia diderita oleh 30 orang dari 10.000 anak-anak, termasuk bayi itu yang benar-benar tak bisa melihat. Sayangnya saat ini belum ada pengobatan bagi penderita anophthalmia. Meskipun di antara anak-anak yang menderita kondisi itu menjalani pemasangan mata palsu demi alasan estetika, maupun untuk membantu perkembangan rangka di sekitar mata.
Anopthalmia merupakan gangguan langka yang berkembang selama kehamilan dan dapat dikaitkan dengan cacat lahir lainnya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh mutasi genetik dan kromosom abnormal.
Para peneliti meyakini bahwa faktor lingkungan seperti paparan sinar X, bahan kimia, obat-obatan, pestisida, racun, radiasi, dan virus bisa meningkatkan risiko anopthalmia. Meskipun demikian penyebab pada tiap individu tidak dapat dipastikan.