Brilio.net - Sari Rezita Ariyanti tak seperti gadis belia lainnya. Di usianya yang hampir menginjak 24 tahun, berat badan Sari sekitar 20 kg dengan tinggi hanya 87 cm. Tak hanya itu, Sari juga sulit berjalan dan harus bergantung pada kursi roda saat pergi kemanapun. Gadis asal Dusun Dayah Kleng, Kab. Pidie Jaya, Aceh, ini juga kesulitan bicara dan melafalkan kata-kata mudah.
Ibunya bahkan tidak menyadari putrinya menderita kondisi langka sampai anaknya berusia dua tahun. Dokter kemudian menemukan bahwa anak kedua dari lima bersaudara ini memiliki Sindrom Turner. Sayangnya karena didiagnosis terlambat, Sari jadi sulit diobati.
BACA JUGA :
Bocah ini ditumbuhi 'akar' di tubuhnya gara-gara penyakit langka
"Ketika dia masih kecil, dia adalah seorang gadis cantik dan tak tampak cacat. Hingga dua tahun, ia masih belum bisa melakukan apa-apa, termasuk jalan dan bicara. Saya merasa sedih. Saya melihat anak pertama dan ketiga anak saya sehat tapi Sari berbeda," kata ibunya, Suryani H. Suud, seperti dikutip brilio.net dari Viral4real, Selasa (14/2).
Meski kondisi Sari membuat sang ibu bersedih, Sari tetap membuat ibunya bangga karena ia masih bisa tertawa bahagia dengan segala keterbatasannya. Begitu pula dengan saudara-saudara Sari yang tetap mencintai dan merawatnya.
BACA JUGA :
Alami kelainan genetik, 9 dari 11 anggota keluarga ini semuanya kerdil
"Kalau ada orang lain yang menatapnya, biasanya mereka akan bertanya, kenapa dia sangat pendek? Ketika Sari masih bayi, saya pernah membawanya ke pasar, orang lain bertanya kenapa dia begitu berbeda," tambahnya.
Suryani mengakui, kala itu hidupnya masih sulit. Ia hanya memiliki sedikit uang dan tidak bisa pergi ke dokter. Selain itu, menurut dokter, ia hanya kekurangan hormon dan mereka tidak tahu persis apa yang terjadi.
Tim medis di Rumah Sakit Ibnu Sina di Sigli mendiagnosis Sari dengan gangguan pertumbuhan hormonal dan Turner Syndrome, kelainan genetik yang mempengaruhi satu dari 2.000 bayi di dunia, dan hanya terjadi pada anak perempuan.
Dokter Suriadi Umar, Sp. A di Rumah Sakit Ibnu Sina mengatakan bahwa kelainan hormonal yang dialami Sari mempengaruhi sel saraf sehingga pertumbuhannya menjadi lebih lambat.
Saat ini Sari perlahan-lahan bisa bergerak dan tengah menjalani pengobatan dan fisioterapi. Sang ibu berharap bahwa suatu hari anak perempuannya itu bisa berjalan dan beraktivitas seperti gadis seusianya.
Selengkapnya mengenai kondisi Sari bisa kamu lihat dalam video berikut ini.