Brilio.net - Pemilu 2019 kali ini dilaksanakan dengan penuh perjuangan. Sebab di balik suksesnya Pemilu 2019, ada kerja keras petugas pemilu. Mereka bekerja mengabdi pada negara hingga meninggal dunia. Ada 119 petugas pemilu meninggal pada Pemilu 2019 ini.
Salah satu petugas pemilu yang meninggal ialah Rudi M Prabowo. Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kelurahan Pisangan Baru meninggal lima hari setelah pemungutan suara. Anak perempuannya, Inez (23), mengatakan ayahnya sempat memegangi kotak suara karena limbung dan pucat wajahnya saat tengah bertugas pada Pemilu 2019.
BACA JUGA :
Update Kamis siang, real count KPU Pilpres 2019 suara masuk 33%
"Saat papa saya sedang menghitung surat suara C1, dia pegangan kotak suara karena limbung, lalu minta digantikan sebentar. Saat nengok ke saya, wajahnya sudah pucat," kata Inez.
Menjelang kepergian Prabowo, sang istri Sukaesih (58) mengatakan suaminya mengeluh pusing setelah pemungutan suara berlangsung. Dan keluhan itu terus terjadi selama beberapa hari hingga akhirnya muntah-muntah kemudian mengembuskan napas terakhir pada 22 April 2019 pukul 13.30 WIB.
Meski sudah tidak ada pergerakan pada denyut jantung suaminya, Sukaesih tetap membawa dia ke RSPAD di Matraman, Jakarta Timur, dengan harapan suaminya masih bisa tertolong.
BACA JUGA :
Kemenkes larang jemaah haji selfie dengan unta, ini alasannya
Setiba di rumah sakit tentara itu, dokter berusaha membantu dengan memberikan bantuan pernapasan. Namun, Prabowo tidak dapat diselamatkan. Demikian seperti dikutip dari Antara, Kamis (25/4).
Diagnosis dokter menyebutkan, Prabowo terkena serangan jantung akibat kelelahan. Sukaesih mengatakan suaminya selama ini tidak memiliki riwayat sakit dan dalam keadaan sehat, sebelum menjalankan tugasnya sebagai Ketua KPPS.
Sukaesih mengatakan beberapa hari sebelum pencoblosan, suaminya sering pulang malam karena disibukkan dengan banyak tugas yang berkaitan dengan persiapan Pemilu 2019.
Satu hari sebelum pencoblosan Prabowo baru beristirahat pada pukul 02.00 WIB dini hari dan bangun pukul 05.00 WIB untuk segera menyiapkan acara pemungutan suara.
Saat pencoblosan, Prabowo bahkan bekerja dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB keesokan harinya karena panjang rangkaian acara mulai dari persiapan, pemungutan suara, penghitungan suara hingga penyerahan kotak suara ke kecamatan. Karena jadwal yang padat dan beban kerja yang terlalu berat, suaminya bahkan baru makan pada pukul 14.00 WIB dan melewatkan beberapa kali jam makan berikutnya sampai keesokan harinya.
Usai pencoblosan, Prabowo masih bertugas menjaga kotak suara. Meski jarak rumahnya dengan TPS tidak lebih dari 100 meter, tetapi Prabowo tidak bolak-balik pulang dan bersikukuh untuk terus menjaga kotak suara di bawah kursi tempatnya duduk agar tidak terjadi kemungkinan kecurangan. Hingga pada akhirnya Prabowo kelelahan dan meninggal sambil memegangi kotak suara.
Kejadian ini membuat Sukaesih mengenang kejadian tersebut dengan sedih. Ia berharap pemerintah tidak mengulang pemilu serentak sehingga memakan korban lebih banyak. Ia meminta agar pemerintah lebih memperhatikan beberapa hal menyangkut pelaksanaan pemilu di kemudian hari.