1. Home
  2. »
  3. Duh!
27 Januari 2016 00:05

Dibully gara-gara bau badan, Ratri justru ingin berterimakasih

Sejak SMP sampai kuliah Ratri kerap dibully gara-gara bau badan. Agustin Wahyuningsih

Brilio.net - Lebih mudah melihat kekurangan orang ketimbang diri sendiri. Termasuk lebih mudah membau bau badan orang lain ketimbang diri sendiri. Benar, bukan? Nah, tapi bukan keinginan orang bersangkutan memiliki bau badan sampai akhirnya menjadi bahan bulan-bulanan kawan sekitar, dong! Seperti yang dialami Ratri, nama samaran, (25) asal Jember, Jawa Timur. Akibat bau badan dia sering dikucilkan oleh teman sepergaulan akibat bau badan.

Kala itu dia masih kelas 1 SMP di kota yang khas dengan oleh-oleh kue prol tape tersebut. Suatu ketika salah seorang temannya melabrak Ratri lantaran mendapat laporan dari kawan lain bahwa Ratri mengaku tak suka dan menjelek-jelekkannya

"Saya antara mimpi sama nggak mengatakan nggak suka sama teman yang melabrak itu. Dibilang mimpi terasa nyata, dibilang nyata, kok saya agak susah mengingatnya," ujar Ratri kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Selasa (26/1).

Namun tak bisa dielakkan lagi, selain dilabrak, akhirnya teman-teman satu kelas terpengaruh dengan teman yang melabrak Ratri. Anehnya hal yang dipersoalkan mereka adalah masalah bau badan Ratri. Semenjak itu, Ratri seolah menjadi public enemy. Banyak teman mengucilkannya. Bahkan tidak jarang dia dikerjai oleh teman satu sekolahnya misal ada yang bilang ada kodok dalam tasnya padahal setelah diperiksa tidak ada. Sedihnya tak ada yang mau satu kelompok tugas dengannya. Bahkan ada yang menamparnya di hadapan kawan-kawan gara-gara tak menjawab pertanyaan seorang kawan kelas tersebut. Menurutnya, dia tak perlu menjawab pertanyaan tersebut.

"Saya diem aja. Soalnya ya mungkin badan saya kecil waktu itu, jadi iya-iya aja diapa-apain sama teman-teman. Dulu juga kalau SMP saya tuh duduknya selalu di belakang, pojok, dan sendirian lagi," lanjut Ratri yang mengaku berubah menjadi pendiam semenjak mendapat pem-bully-an dari teman-teman sekolahnya. Padahal dia merasa selalu bisa ramah dan lepas saat berinteraksi dengan orang lain sebelumnya. Bahkan cenderung cerewet.

Ternyata, masalah pergaulan serupa di SMP berlanjut saat Ratri SMA. Para 'pelaku'-nya memang berbeda, namun masalahnya sama. Gara-gara bau badan, Ratri dianggap remeh oleh teman-temannya. Dia juga tak mempunyai teman, kecuali sahabat lama bernama Ulil, nama samaran, yang selalu berbaik hati padanya. Bahkan Ulil sempat menyampaikan secara baik-baik masalah bau badan Ratri kepada gadis yang hobi membaca novel ini.

Masalah pergaulan akibat bau badan berlanjut sampai Ratri kuliah di salah satu jurusan Politeknik Negeri di Jember. Di sana, dia tak memiliki kawan, terutama teman cewek. Akhirnya, dia bergaul dengan teman-teman cowok.

"Ternyata, teman-teman cowok sama aja kayak teman-teman cewek. Tapi kalau teman cewek ngomongnya nylekit atau nyakitin banget, teman cowok kayak menghindari gitu. Tapi pas kuliah itu saya cuek aja orang mau bilang apa," terang gadis yang kini menekuni bisnis online shop book ini.

Sekalipun cuek, Ratri tetap teringat sekali kejadian lain yang menyakitkan perihal pertemanan. Kala itu dia sedang ada acara kampus di Bali, tepatnya pada tahun 2011. Tiga orang teman-temannya berniat pindah karena sekamar dengan Ratri yang memiliki masalah bau badan.

"Mereka nyindir gitu, sih. Tapi akhirnya nggak jadi pindah kamar. Dan, demi menghargai mereka, saya rela tidur menghadap pantat salah seorang dari mereka," sambungnya.

Semasa kuliah itu, Ratri berupaya untuk berubah jadi lebih wangi. Tapi menurutnya, sekalipun dia sudah berubah, teman-temannya tetap saja melihat sisi buruknya, bukan perubahannya lebih baik. Namun dari kisahnya ini, Ratri mengambil hikmah tersendiri.

"Kalau nggak di-bully, saya nggak akan berubah seperti sekarang. Terima kasih untuk yang sudah pernah mem-bully saya. Sekarang ini, saya juga sedang berusaha menjadi diri sendiri seperti dulu, nggak peduli orang mau bilang apa," pungkas Ratri menutup cerita.

Cerita ini disampaikan oleh Ratri melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!


SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags