Brilio.net - Meksiko memang sangat mengecam niat Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko demi mencegah imigran ilegal keluar. Namun, salah satu perguruan tinggi di negara tersebut baru-baru ini menggunakan taktik yang sama persis untuk sebuah acara wisuda.
Pihak kampus mendirikan tembok tinggi untuk memisahkan antara mahasiswa yang sanggup membayar biaya wisuda dan mereka yang tak sanggup membayar.
BACA JUGA :
Potret haru penyapu jalan berbagi makan dengan pemulung tuna netra
Foto-foto acara wisuda di sebuah aula kampus tersebut kemudian tersebar di media sosial dan memicu perdebatan. Foto suasana wisuda dengan adanya tembok pemisah tersebut pertama kali diunggah oleh seorang pengguna Facebook bernama Salvador Brieno Aleman.
Banyak netizen yang menganggap cara tersebut sangatlah diskriminatif dan tak jarang pula yang menyebutkan jika dengan adanya tembok dapat menjaga mahasiswa dan sanak keluarga dari mereka yang tak ingin membayar dan hanya ingin makan gratis saja.
Tembok tinggi yang terbuat dari kayu tersebut diketahui didirikan di dalam sebuah aula kampus perguruan tinggi negeri di Qunitana Roo, Cozumel.
BACA JUGA :
Kisah miris dua anak pencari ular untuk hidupi keluarga
Menurut informasi yang dikutip brilio.net dari Odditycentral, Senin (17/7), pesta perpisahan tersebut diselenggarakan oleh sebuah party organizer bernama 'Colegio de Bachilleres'. Acara wisuda itu ditujukan bagi wisudawan tahun 2014 hingga 2017.
Menanggapai kritikan yang dilontarkan netizen melalui media sosial, pihak kampus berdalih bawah mereka telah menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab atas kejadian tersebut pada pihak yang mengatur acara wisudaan itu, yakni party organizer bernama 'Colegio de Bachilleres'.
Selain tembok tinggi, rupanya mahasiswa yang telah membayar biaya perpisahan tersebut akan diberikan sebuah gelang yang nantinya digunakan sebagai akses masuk ke acara wisuda dan duduk di kursi mewah yang disediakan. Sedangkan bagi mahasiswa yang tak mampu membayar akan ditempatkan pada bagian belakang tembok kayu dengan ruang yang sempit dan duduk di deretan kursi lipat.
Mahasiswa yang tak mampu membayar biaya wisuda hanya bisa duduk dan mendengarkan para tamu dari balik dinding kayu bersenang-senang. Saking tingginya tembok kayu itu, mereka yang tak mampu membayar juga tak sanggup melihat apapun yang ada di depannya.
Setelah foto-foto tersebut viral di jejaring sosial Facebook, Komisi Hak Asasi Manusia Quintana Roo telah menerima beberapa keluhan tentang hal tersebut dan diminta untuk menjelaskan tindakan diskriminasi itu.
Seorang advokat publik Cozumel telah berbicara mengenai masalah ini dan mengatakan bahwa pihak kampus melepaskan diri dari bertanggung jawab sehingga membiarkan hal tersebut terjadi.
"Mereka (pihak kampus) mengatakan jika semua ini adalah salah perusahaan pengelola pesta, namun seharusnya mereka tidak membiarkan tindakan ini terjadi, ini jelas sebuah diskriminasi," kata anggota tim investigasi, Harley Sosa Guillen.
Sebagaian besar pengguna media sosial setuju jika tembok kayu itu merupakan bentuk diskriminasi dan menyalahkan para petinggi kampus atas kejadian tak menyenangkan itu. Namun sebagian netizen juga berpendapat bahwa tindakan itu merupakan hal yang wajar.
Alasannya karena pihak party organizer telah berbaik hati mengizinkan mahasiswa yang tak membayar ikut datang meskipun tak bisa langsung menikmati acara wisuda.
Nah, kalau menurutmu gimana nih Sobat Brilio?