Brilio.net - Di tengah wabah Corona Covid-19, para dokter dan juga perawat menjadi pahlawan di garda terdepan. Demi tugas mereka meninggalkan rumah, berpisah dengan orang-orang terkasih demi membantu menangani pasien Corona.
Dokter dan perawat menjadi orang-orang yang paling berpotensi terpapar bahaya virus ini. Seorang perawat yang bekerja di unit perawatan intensif episentrum wabah virus Corona di Italia melakukan bunuh diri. Aksi itu dia lakukan karena sang perawat berinisial DT itu dinyatakan positif Covid-19.
BACA JUGA :
Antar jenazah anak, pasien positif Corona kabur dari rumah sakit
Dilansir brilio.net dari merdeka.com pada Jumat (27/3), DT khawatir akan menyebarkan virus ke orang lain saat bekerja di Rumah Sakit San Gerardo di kota Monza, di wilayah Lombardy yang terkena dampak parah. Federasi Perawat Nasional Italia membenarkan kabar DT bunuh diri.
Asosiasi menyebut, DT bunuh diri pada Minggu, (21/3). DT disebut mengalami beban pikiran selama bekerja di garis depan melawan virus Corona dan keadaannya dilaporkan memburuk ketika dia didiagnosis dengan Covid-19 pada 10 Maret lalu.
Dilaporkan Metro.co.uk, DT memberi tahu rekan-rekannya sangat khawatir bisa enginfeksi seseorang dengan virus tersebut.
BACA JUGA :
5 Fakta Tegal lockdown, jalur perbatasan bakal ditutup beton
"Kami menyatakan duka cita dan kesedihan kami karena kematian rekan muda kami. 450.000 profesional kami akan bergabung bersama di sekitar kerabat dan keluarga DT. "
Mario Aparone, Direktur Rumah Sakit San Gerardo, menyesalkan kematian DT. Dia ingin otoritas pengadilan menyelidiki kasus ini.
Federasi mengatakan bahwa situasi serupa terjadi beberapa hari yang lalu di Venesia.
"Para perawat berisiko menderita kondisi stres dan kekurangan pekerja, tetapi ini kematian semacam tidak dapat dikomentari."
Pemerintah Italia mencatat lebih dari 69.000 kasus coronavirus dan 6.820 kematian. Jumlah korban jiwa sekarang hampir dua kali lipat dari yang tercatat di Tiongkok, tempat Covid-19 pertama kali muncul Desember lalu.
Badan Perlindungan Sipil Italia, yang mengumpulkan data, mengatakan jumlah sebenarnya infeksi bisa mencapai 700.000.
foto: worldofbuzz.com
"Krematorium di Bergamo bekerja dengan kapasitas penuh, selama 24 jam. Krematorium hanya bisa mengkremasi 25 orang dalam sehari," kata juru bicara krematorium.
Sementara itu, juru bicara militer Italia mengungkapkan bahwa 15 truk dan lebih dari 50 personil militer dikirim ke kota Bergamo yang 'dikepung' Covid-19 untuk membantu mengangkut jenazah para korban.
The Guardian melaporkan bahwa lebih dari 65 peti mati diangkut keluar dari Bergamo. Warga lokal yang melihat iring-iringan peti mati itu menggambarkannya sebagai 'salah satu foto paling menyedihkan dalam sejarah negara kita'.
Laporan lainnya menyebutkan, dalam satu hari saja, 93 warga Italia meninggal akibat Covid-19 dan 4.305 orang terinfeksi pada hari Rabu, 18 Maret 2020.