Brilio.net - Jika harus mendeskripsikan masa kecil, kebanyakan orang akan mengatakan masa kecil adalah masa-masa paling bahagia. Tanpa harus pusing memikirkan tugas kuliah yang begitu banyak, atau tekanan pekerjaan di kantor yang begitu berat. Masa kecil hanya diisi oleh bermain dengan teman atau menghabiskan waktu dengan keluarga.
Namun tentu saja Tuhan menyiapkan berbagai skenario kehidupan yang akan dijalani oleh setiap manusia. Tak semua orang memiliki masa kecil yang sebahagia itu. Contohnya yang dialami Eunice Lee. Wanita 23 tahun ini sejak kecil telah mengidap penyakit Pierre Robin's Syndrome (PRS).
BACA JUGA :
Kisah di balik 10 tato ini bikin terharu, maknanya dalam banget
PRS merupakan penyakit langka. Pengidapnya ditandai dengan rahang bawah yang lebih kecil daripada ukuran normal. Posisinya lebih mundur daripada rahang atas. Posisi tersebut membuat lidah jatuh di tenggorokan dan menutupi jalan pernafasan. Selain itu, pengidap juga mengalami masalah penglihatan yang bisa menyebabkan kebutaan.
Tak hanya mengidap penyakit langka, Eunice juga dilahirkan di keluarga yang orangtuanya memiliki masalah penglihatan atau tunanetra. Dilansir dari worldofbuzz, Selasa, (6/3), Eunice mengatakan kondisi mata ibunya hampir tak bisa melihat sama sekali. Sementara ayahnya benar-benar tak bisa melihat dan memiliki penyakit kolesterol tinggi.
BACA JUGA :
Kisah 8 'penjaga jodoh orang', pacaran lama nikahnya sama orang lain
foto: worldofbuzz.com
Saat beranjak remaja, wanita yang kini telah berusia 23 tahun ini sempat mengalami depresi. Dengan kondisi berbeda dari teman-temannya, ia mendapat perlakuan bullying di sekolahnya. Tak hanya teman, gurunya juga kadang mengolok-olok Eunice karena penglihatannya yang buruk.
Dengan tekanan sepeti itu, ia mengalami depresi berat di usia 17 tahun. Ia didiagnosa Major Depressive Disorder dan Bipolar Disorder. Namun orangtuanya meyakinkan bahwa menjadi beda bukanlah sebuah persoalan besar. Ternyata keluarga mereka bisa beraktivitas seperti keluarga normal lainnya, lho.
Ibunya, Wong, tiap pagi menyiapkan sarapan untuk keluarganya dan membersihkan rumah sambil mendengarkan radio pada sore hari. Di sisi lain, ayahnya yang tunanetra bekerja penuh sebagai guru. Tak berbeda dengan keluarga yang hidup dengan normal, kan?
foto: worldofbuzz.com
Saat ini, wanita asal Malaysia tersebut sedang merampungkan kuliah S-1 di Jurusan Psikologi Sains. Ia pun bertekad untuk menjadi ahli kesehatan suatu hari nanti. Dengan menjadi ahli kesehatan, ia bisa membantu orang-orang yang mengidap penyakit serupa.
"Orang disabilitas itu sama seperti orang normal. Kami bukannya tidak mampu, hanya saja kami memiliki kemampuan yang berbeda. Kami tetaplah berguna dan dapat hidup secara normal," kata Eunice.