Brilio.net - Korea Utara merupakan sebuah negara yang sangat tertutup karena dipimpin oleh seorang yang otoriter. Banyak warga ynag mendambakan kebebasan di negara ini. Banyak pula yang merasa begitu tertekan sehingga memutuskan untuk kabur ke negara tetangga. Joy adalah salah seorang warga yang memilih kabur dari negara itu. Kisahnya dituturkan di laman Liberty In North Korea.
Joy tidak pernah bermimpi apapun tentang masa depannya. Ayahnya tadinya seorang petani, setelah lahannya diambil paksa oleh pemerintah, mereka mulai menjual kayu secara ilegal. Sejak itu, ayah Joy kerap mabuk-mabukan dan kurang memperhatikan keluarganya.
BACA JUGA :
20 Potret terlarang Korut, bikin sang fotografer diblokir selamanya
Joy telah terbiasa hidup di bawah bayang-bayang ketakutan dan kecemasan. Dia ingat pernah tidak makan selama dua hari karena ayahnya tak berhasil mendapatkan rumput di gunung yang biasa mereka konsumsi. Keadaan ekonomi ini membuat ibunya memilih bercerai dan pergi. Ayahnya pun memilih menikah lagi, namun kerap bertengkar dengan istri barunya karena urusan ekonomi tadi. Keadaan lebih parah ketika suami dari saudara Joy berusaha memerkosanya. Orangtuanya juga mendorong dirinya agar segera menikah meski dia masih belia.
Joy memutuskan untuk pergi ke China berharap kehidupan yang lebih baik. Joy bertemu seorang broker yang bisa membuatnya lolos dari petugas patroli perbatasan menyeberangi Sungai Tumen yang ketika itu dipenuhi salju. Joy menyeberang dengan cara merangkak sehingga banyak salju yang tertelan. Dia juga sempat tak merasakan kakinya selama beberapa saat.
BACA JUGA :
Momen dramatis tentara Korut kabur ke Korsel, ditembak teman sendiri
Broker mengantarkan Joy ke sebuah rumah untuk dipertemukan dengan seorang broker lainnya. Kepada broker kedua ini, Joy menyampaikan keinginan untuk tinggal bersama pasangan kakek-nenek China. Namun, bantuan yang bisa diberikan broker kedua adalah menikahkan Joy dengan seorang pria warga negara China. Hanya itulah cara yang dianggap bisa membuat hidup Joy lebih terjamin. Broker dapat tips yang biasa disebut 'biaya pengantin' sedangkan Joy bisa hidup aman. Joy tidak berpikir untuk menolak karena takut broker justru membawanya ke petugas kepolisian China hingga dia dipulangkan ke negara asalnya.
Joy juga pernah mendengar bahwa wanita Korea Utara yang menolak menikah dengan pria China bisa dikirimkan ke rumah bordil. Joy harus tinggal dengan pria China setidaknya enam bulan. Jika tidak, biaya pengantin tadi dikembalikan broker kepada pria China dan Joy bisa dipulangkan ke negaranya. Broker kedua ini membawa Joy ke beberapa lokasi untuk ditawarkan kepada pria China tua. Joy merasa layaknya binatang yang diperjualbelikan. Dia merasa tidak punya harapan dan paling menderita. Usianya ketika itu baru menginjak 18 tahun.
Joy memulai hidup baru bersama suami warga China. Awalnya dia berniat pergi dari rumah setelah enam bulan. Namun, dia terlanjur hamil dua bulan setelah menikah. Joy terpaksa bertahan meski dia tak mencintai suaminya. Joy sempat mencoba aborsi dengan beberapa kali melompat dari pohon, namun tak berhasil.
Joy membesarkan anaknya hingga berumur dua tahun. Dia lantas bertemu lagi dengan broker kedua yang telah menjualnya kepada pria China itu. Broker menawarkan kehidupan baru Korea Selatan. Joy berpikir ini adalah kesempatan untuk hidup yang lebih layak. Dia pun memutuskan pergi. Anaknya yang berumur dua tahun itu ditinggalkan bersama ayahnya.