Brilio.net - Kasus Covid-19 telah menyerang hampir semua negara di dunia. Di awal kemunculannya, kabar kematian akan virus ini terus meningkat dari setiap negara. Namun tak sedikit pula dari mereka yang berhasil sembuh dari virus Covid-19.
Selain itu, kisah cukup unik sekaligus memprihatinkan terjadi pada seorang pria asal Istanbul, Turki bernama Muzaffer Kayasan. Bagaimana tidak, jika pada umumnya orang terserang virus ini hanya sekali atau dua kali, Muzaffer justru 14 bulan berturut dan sudah tes sebanyak 78 kali, semuanya dinyatakan positif. Pria berusia 56 tahun ini pun masih berjuang melawan virus tersebut, bahkan dinyatakan masih hidup.
BACA JUGA :
Pulang dari Turki, Thariq Halilintar positif Covid-19 ketiga kalinya
Dilansir brilio.net dari timesofindia.indiatimes.com, Kamis (17/2), Muzaffer Kayasan memiliki infeksi Covid-19 berkelanjutan terlama yang tercatat di Turki. Dokter mengungkapkan mungkin karena sistem kekebalan yang melemah akibat kanker. Meski sudah keluar masuk rumah sakit sejak November 2020, semangatnya tetap tinggi.
"Saya kira ini Covid versi perempuan - dia terobsesi dengan saya," canda Muzaffer Kayasan, ketika dia melakukan tes PCR lagi dan kembali dinyatakan positif.
Kondisi ini membuat Muzaffer harus jauh dari keluarganya. Menurut sumber yang sama, pria paruh baya ini telah menghabiskan sembilan bulan di rumah sakit dan lima bulan sendirian di flatnya. Terkadang keluarganya datang mengunjunginya, termasuk sang cucu Azra. Namun tetap saja, dinding penyekat harus membatasi pertemuan mereka.
BACA JUGA :
Deretan seleb ini pernah alami badai sitokin pasca terpapar Covid-19
Meet Muzaffer Kayasan, 78 times tested, and Covid positive for 14 straight months
The Times Of India (@timesofindia) February 15, 2022
"I guess this is the female version of COVID - she has been obsessed with me," Kayasan joked last week as he found out that his latest PCR test was, yet again, positive.https://t.co/hZleLkkomV pic.twitter.com/io5VCQEcPG
"Saya akan bermain dengan Anda ketika saya sembuh," ujarnya Azra.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu di New England Journal of Medicine, pasien virus corona dengan imunosupresi berisiko mengalami infeksi berkepanjangan dengan sindrom pernapasan akut yang parah. Selain itu juga, Leukemia & Lymphoma Society menunjukkan satu dari empat pasien kanker darah tidak menghasilkan antibodi terdeteksi bahkan setelah menerima dua suntikan vaksin.
Dokter yang menangani Muzaffer, Serap Simsek Yavuz - profesor penyakit menular dan mikrobiologi klinis di Universitas Istanbul, mengatakan kasusnya adalah kasus terlama yang mereka lacak dan sedang dipantau secara ketat untuk setiap risiko varian yang bermutasi.
"Kasus seorang pasien yang dinyatakan positif selama 441 hari bukanlah sesuatu yang dilaporkan hingga hari ini," kata Cagri Buke, dokter penyakit menular dan mikrobiologi klinis di Rumah Sakit Acibadem.
Tes positif membuat Muzaffer tidak memenuhi syarat untuk vaksin, menurut pedoman Turki, pasien positif harus menunggu pemulihan penuh untuk menerima suntikan. Muzaffer sempat meminta pada tim medis agar masa karantinanya bisa dikurangi, pasalnya cukup berat harus berada di suatu bilik sendiri selama berbulan-bulan.
Putranya, Gokhan Kayasan, mengungkapkan cukup prihatin atas kondisi yang menimpa ayahnya. Sulit dipercaya sang ayah terus mendapatkan hasil yang sama meski sudah berkali-kali di tes dan melakukan perawatan. Harapan keluarga tentu saja agar Muzaffer Kayasan bisa kembali pulih.