1. Home
  2. ยป
  3. Duh!
20 Mei 2022 16:30

Kisah wanita ditalak cerai suami setelah 8 hari menikah ini bikin pilu

Alasannya membuat hati terenyuh. Kisah Eka menjadi pelajaran bagi semua orang, baik perempuan maupun laki-laki yang hendak mengikat janji suci. Devi Aristyaputri
foto: Twitter/@EkaRufaedah

Brilio.net - Perjalanan mengenai kehidupan berumah tangga tidak ada yang tahu apakah akan berjalan langgeng hingga menua bersama atau berakhir dalam waktu singkat. Seperti kisah viral pernikahan yang diceritakan pemiliki akun Twitter bernama Eka Rufaedah belum lama ini.

Melalui cuitan di Twitter, Eka menceritakan mulai dari awal pertemuan hingga alasan Eka diceraikan sang suami. Alasan ia diceraikan oleh sang suamidinilai sepele dan membuat siapa pun bisa geleng-geleng kepala. Eka menceritakan bahwa alasan sang suami menceraikannya yaitu karena baju yang ia kenakan mengenai nasi yang pada saat itu akan disantap sang suami.

BACA JUGA :
11 Film rekomendasi Netflix tentang perceraian, cinta jadi benci


Awal pertemuan dengan sang suami.

foto: Twiiter/@EkaRufaedah

Awal pertemuan Eka dengan suami berawal dari proses taaruf. Pada tanggal 26 Februari, Eka mendapatkan sebuah CV yang masuk ke email pribadinya. Pada hari berikutnya yaitu tanggal 27 Februari, Eka bertemu dengan sang suami dan mengajak orangtua beserta adiknya agar tidak menimbulkan fitnah.

BACA JUGA :
Dulu nikahi diri sendiri, model cantik ini cerai karena cintai pria

Di awal pertemuan, Eka mengaku terlalu percaya dengan laki-laki yang baru dikenalnya melalui CV. Hal ini dikarenakan sang suami merupakan seorang tenaga pendidik di suatu universitas swasta di Jakarta dan termasuk lulusan terbaik.

"Hal tersebutlah yang membuatku yakin bahwa dia adalah pria baik-baik. Ku ketahui dari CV yang ia berikan padaku, bahwa ia adalah seorang tenaga pengajar profesional pada sebuah universitas swasta di Jakarta," jelas Eka, dikutip brilio.net dari Twitter @ekarufaedah, Jumat (20/5).

Niatnya untuk menikah dengan pria pilihan melalui taaruf tersebut semakin mantap. Tanpa pikir panjang, pada pertemuan pertama Eka langsung mengajak sang suami beserta keluarga untuk mampir ke rumahnya dan bertemu secara langsung dengan kedua orangtuanya.

Rencananya, lamaran dilangsungkan pada tanggal 6 Maret. Kemudian pada beberapa hari kemudian yaitu pada tanggal 13 Maret, Eka dan sang suami menikah.

"Maka diputuskanlah, kami melangsungkan lamaran pada tanggal 6 maret. Dan akad nikah pada tanggal 13 Maret di rumahku. Sedangkan untuk resepsi rencananya akan berlangsung di kota tempat dia tinggal pada tanggal 20 Maret," jelasnya.

Namun, terdapat permintaan dari pihak pria, bahwa Eka setelah lamaran diminta tinggal di Karawang sampai acara pernikahan tiba. Agar tidak menimbulkan fitnah, Eka menjelaskan terjadi perubahan acara. Seharusnya pernikahan yang diadakan pada tanggal 13 Maret, berubah menjadi 6 Maret.

"Usai lamaran dan akad, aku dibawa oleh suami untuk tinggal sementara di rumah mertua. Rencana semula, aku tinggal di rumah mertua satu pekan sampai resepsi. Namun, tanggal 7 yakni Senin malam mertuaku mengizinkan aku untuk tinggal di rumah dia. Lelaki yang sudah sah menjadi suamiku," ujarnya.

Kehidupan setelah menikah.

foto: Twiiter/@EkaRufaedah

Pada hari berikutnya pada tanggal 8, Eka menceritakan bahwa ia baru mengetahui bahwa suaminya merupakan penderita OCD atau gangguan obsesif kompulsif.Sebagai informasi, menurut Davison & Neale (2012), gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan cemas, di mana pikiran seseorang dipenuhi gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stres dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, OCD sang suami tidak mengganggu Eka sama sekali. Tak bisa dipungkiri, semenjak tinggal bersama suami, sifat asli sang suami pun mulai ia ketahui, seperti sifat tempramental dan emosi yang tidak bisa terkontrol. Ia pun memberikan saran kepada sang suami untuk menemui psikologi, namun saran dari Eka ditolak mentah-mentah.

Beberapa hari melalui kehidupan bersama suami, pada tanggal 9 kesehatan badannya mulai menurun dan Eka memutuskan untuk melakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa Eka positif DBD dan Covid-19. Lalu, pada tanggal 10 sang suami jatuh sakit dan harus dirawat di sebuah klinik.

"Selama dirawat di klinik, aku menjaganya dengan baik. Menyiapkan setiap kebutuhannya dan mensterilkan perlengkapan yang akan digunakan. Termasuk kebutuhan dia mengajar secara online," lanjut Eka.

Pada hari berikutnya yaitu tanggal 12, Eka seperti biasa mempersiapkan semua kebutuhan, salah satunya yaitu kebutuhan waktu sang suami akan makan. Ia mulai mempersiapkan mulai dari merendam sendok yang akan digunakan dan merapikan meja makan. Pada saat merapikan meja makan, tak sengaja baju Eka menyentuh nasi yang akan disantap.

"Seketika itu dia marah, dia bilang nasinya udah ga bisa dimakan. Aku yang sudah lelah, ditambah kurang tidur sejak awal satu rumah dengannya, mendengar dia marah hanya karena nasi yang kena pakaian, maka akun pun ngambek. Ku diamkan dia," kata Eka.

Tidak hanya membentak Eka, sang suami pun menyuruh Eka untuk segera minta maaf. Eka pun meminta maaf. Tak selang beberapa lama sang suami memesan makanan secara online dan tidak menghiraukan Eka yang pada saat itu sedang menangis.

Lalu, setelah selesai makan Eka baru menyadari bahwa air habis dan dia meminta tolong adiknya untuk membelikan minum. Namun, adiknya itu tidak kunjung datang dan Eka memutuskan untuk membeli air minum di toko terdekat. Ia pun izin kepada sang suami untuk pergi ke toko terdekat, tapi sang suami justru membentaknya.

"Namun ternyata dia malah membentak ku "siapa yang nyuruh kamu ke alfamart, diem kamu di situ" Aku pun nurut diem. Tidak jadi beli air," lanjut Eka.

Merasa kasihan dengan sang suami yang haus minum, ia tetap nekat izin pergi ke toko terdekat. Bukannya diberi izin, sang suami justru membentak Eka dengan suara yang semakin tinggi.

"Aku yang saat itu kaget, kepala ku pun sudah sangat pusing. Ditambah saat itu aku menangis tanpa henti. Ku katakan padanya "Aku ingin pulang aja" dan dia menjawab "Silahkan pulang sana"," jelas Eka.

Dan akhir dari kisah pernikahan Eka dan sang suami, pada tanggal 12 di mana sang suami sudah diizinkan pulang oleh dokter, kedua orangtua dari pihak suami pun menjemput. Lalu kondisi Eka yang benar-benar sudah tidak kuat ditenangkan oleh orangtuanya.

Akhir kisah pernikahan Eka.

foto: Twiiter/@EkaRufaedah

Banyak permasalahan antara Eka dengan suami. Eka yang masih dalam keadaan emosi tidak stabil, ia melepaskan cincin dan gelang mahar yang diberikan oleh sang suami. Lalu, Eka melanjutkan cerita dan mengatakan bahwa pada keesokan harinya sang suami menginginkan berpisah dengannya.

Eka pun memilih untuk pulang ke rumah orangtua dengan menggunakan bus walaupun ia memiliki rasa takut untuk pulang. Namun, pada saat menuju perjalanan pulang ia telepon oleh teman dekatnya. Eka menceritakan semua permasalahan dan memilih pulang ke tempatnya itu. Sesampainya di terminal Leuwipanjang, ia dijemput oleh teman dekatnya.

Pada keesokan harinya, tepatnya pada hari Selasa, Eka mendapatkan pesan singkat dari suami yang memberikan talak satu.

"Keesokan harinya, di hari Selasa dia mengirim chat WhatsApp berisikan pernyataan bahwa dia menceraikan aku, dia memberi ku talak 1," jelas Eka.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags