Brilio.net - Terkadang, seseorang akan melakukan apa saja untuk mencari sosok yang dicintainya jika menghilang. Hal itu tentu didorong oleh emosional yang kuat dan ikatan yang mendalam. Rasa cinta dan tanggung jawab itu terkadang yang membuat seseorang untuk mengambil tindakan.
Hal itulah yang dilakukan oleh pria asal Jepang, bernama Yasuo Takamatsu. Dia kehilangan istrinya, Yuko dalam peristiwa tsunami di Jepang pada 11 Maret 2011. Saat itu, gempa bumi bermagnitudo 9,1 mengguncang Jepang pukul 14.46 waktu setempat dan memicu gelombang tsunami.
BACA JUGA :
Ditinggal pergi orang tua, kisah Windi nyamar jadi laki-laki & kerja kuli bangunan demi hidupi 3 adik
Takamatsu yang kini telah berusia 67 tahun masih merasakan kehilangan mendalam atas kepergian istrinya itu. Meski bertahun-tahun berlalu, Takamatsu tak menyerah untuk mencari jasad istrinya yang tenggelam. Bahkan dia rela menyelami lautan sebanyak ratusan kali sejak 2013.
BACA JUGA :
Dulu diremehkan karena gaptek, kisah pria buktikan bisa kuliah sampai S3 di Australia ini bikin salut
Dia ingat betul pada insiden bencana alam tersebut bahwa Jepang mengalami guncangan selama enam menit penuh. Takamatsu lantas mencari kabar keluarganya untuk memastikan soal keamanan. Syukurnya, anak dari Takamatsu dikabarkan selamat di Universitas Sendai. Akan tetapi, dia tidak dapat menghubungi putrinya dan juga sang istri.
Tahu istrinya terseret oleh gelombang tsunami, Takamatsu membuat keputusan untuk mencari jasad orang yang dicintainya itu. Dia punya keyakinan bahwa usaha ini akan mempertemukannya dengan jasad sang istri. diketahui, Takamatsu telah menyelam ke laut lebih dari 600 kali. Meski dengan berbekal harapan tipis, Takamatsu tetap ingin menemukan istrinya dan membawanya pulang.
"Saya sudah menduganya akan sulit dan saya merasa cukup sulit, tetapi itu satu-satunya yang dapat saya lakukan. Saya tidak punya pilihan selain terus mencarinya. Saya merasa paling dekat dengannya di lautan," ujar Yasuo Takamatsu dikutip dari good.is pada Kamis (25/7).
Setiap kali menyelam, Takamatsu tidak hanya menghadapi tantangan bahayanya laut, tetapi juga gejolak emosi karena harus pulang tanpa menemukan sang istri. Dia mengaku telah menyisir dasar laut untuk mencari tanda-tanda keberadaan Yuki istrinya. Namun, sayangnya, jejak tersebut tak pernah dia temukan.
Takamatsu mengaku bahwa sampai saat ini hatinya belum bisa mengikhlaskan kepergian sang istri. Bagian, pemulihan perasaan tersebut memang membutuhkan banyak waktu. Tidak hanya dirinya, orang-orang Jepang yang kehilangan pada bencana alam tersebut juga merasakan hal yang serupa.
"Pemulihan hati orang-orang akan membutuhkan waktu," katanya dikutip dari milwaukeeindependent.com
Hingga 2024, Takamatsu masih saja melakukan ritual tersebut. Dia hidup di sebuah kota pesisir dengan jiwanya yang terbebani oleh sejarah kelam. Mungkin suatu saat dia akan mengakhiri pencarian tersebut dan mengikhlaskan sang istri. Namun saat ini dia akan terus berusaha menemukan istrinya.