Brilio.net - Berlokasi di Jeram Manir, Kuala Terengganu, Terengganu, Malaysia, sebuah bangunan bernama Pura Tanjung Sabtu dibiarkan terbengkalai dan menjadi usang seiring waktu. Bangunan yang memiliki luas kira-kira 5,6 hektar itu di kelilingi oleh pohon lebat dan sungai.
Dilansir dari utusanborneo.com.my, pura ini dahulunya berfungsi sebagai penginapan yang menjadi daya tarik wisatawan pada tahun 1990an. Kini pura tersebut sudah lama terbengkalai. Penampakannya pun menjadi berantakan dan terkesan menyeramkan.
BACA JUGA :
Sempat jadi restoran, 11 foto rumah lawas Syahrini yang kini mangkrak
Lantas seperti apa detail potret dari Pura Tanjung Sabtu yang merupakan warisan Kesultanan Melayu tersebut? Berikut ini brilio.net himpun potretnya dari Facebook Taiko, Rabu (13/7).
1. Cantik namun usang, begitulah sekiranya kata yang cocok disematkan pada bangunan peninggalan budaya ini.
BACA JUGA :
5 Tahun terbengkalai, ini 13 potret rumah klasik Cut Keke di Bandung
2. Kata "pura" dari Tanjung Sabtu diambil dari bahasa sanskrit yang berarti Istana. Lokasinya kira-kira 14 kilometer dari Kuala Terengganu.
3. Jika dilihat sekilas bangunan ini seperti istana yang sangat besar dan cantik pada masanya. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, kamu akan melihat rumah yang lantainya diselaputi lumut.
4. Bagian luar dari Pura Tanjung Sabtu memang masih kokoh. Tapi, bagian dalam istana tersebut sudah berantakan dan tidak berbentuk.
5. Bangunan ini juga dikenal sebagai Tujuh Rumah Putera, yang berarti gabungan dari tujuh rumah kayu tradisional Terengganu di kawasan tanah pusaka seluas 5.66 hektare berdekatan dengan tebing Sungai Nerus.
6. Menurut Pengerusi Majlis Pengurusan Komuniti Kampung (MPKK) Tanjung Sabtu, Md Fauzi Mustaffa, Pura ini dulunya merupakan tempat penginapan desa yang ditujukan untuk kerabat raja Terengganu, Allahyarham Tengku Ismail Tengku Su, kira-kira 30 tahun lalu.
7. Rumah-rumah tradisional di Pura Tanjung Sabtu yang antaranya dinamakan Rumah Seberang Baroh, Rumah Rhu Rendang, Rumah Kuala Ibai, dan Rumah Atas Tol berusia 100-200 tahun.
8. Nama-nama tersebut diberikan mengikuti asal rumah itu diambil atau dibelinya. Menariknya, bangunan rumah itu tidak dibangun menggunakan paku melainkan berkonsepkan tanggam dan pasak.
9. Namun sayang, setelah Tengku Ismail meninggal dunia pada tahun 2011, tidak ada orang lain yang mengelola Pura tersebut, sehingga dibiarkan terbengkalai.
10. Sebelum Pura Tanjung Sabtu ini kembali jadi sorotan publik. Pintu masuk pura dipenuhi oleh semak belukar, sehingga sangat sulit mengakses rumah tersebut.
11. Karena kondisinya yang tidak terurus dan banyak bagian yang rusak, Pura ini terkesan menyeramkan. Terlepas dari itu, masyarakat sekitar tidak pernah mengalami hal mistis maupun kejadian aneh lainnya.