Brilio.net - Budi Santosa memulai usaha yang dinamai Jogja Artwork pada 2012 ketika masih menempuh pendidikan di Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta. Karena masih disibukkan dengan kuliah, usahanya ini diakuinya baru mulai berkembang sejak 2013 silam. Lalu melihat potensi pasar, maka dilebarkan jangkauannya dengan membuat bisnis yang lain bernama Jogja Painting.
Meskipun upaya promosi baru dilakukan melalui online dan belum agresif ke lapangan, namun pesanan yang mampir terbilang banyak, baik dari Yogyakarta maupun dari berbagai kota lain.
"Yang penting kalau ada order kami terima, kalau nggak didiemin aja. Kadang ngiklan di facebook kalau lagi selo (luang). Kebanyakan dari link (jaringan) yang sudah buat juga mereka pada suka," kata pria asal Kebumen ini kepada brilio.net, Rabu (10/2).
Budi mengaku sudah banyak permintaan di kota gudeg yang telah mereka kerjakan. Antara lain kafe, hotel, dan mal.
"Malnya baru Hartono (di Bakso Cak Man) sama di Jogja Bay ada juga. Nanti mau ngerjain di Jogja City Mall. Kalau di luar di Mataram Mall, Lombok. Kalau di Bali di Museum Trick Art Seminyak, Bali. Di Jakarta di Dufan, di Kalimantan di Samarinda (vila), Semarang juga. Di Blitz Hartono Mall sama Blitz Jwalk Mall. Ada puluhan lah," terangnya.
Sekali melukis waktu yang dibutuhkan oleh tim produksi yang beranggotakan 3 orang bisa 2-3 hari, tergantung luasannya. Jika proyek besar bisa sampai berminggu-minggu atau bahkan bulanan. Jika dibutuhkan anggota tim bisa ditambah hingga 5 orang.
Tidak ada pelatihan khusus dari para artis yang dipekerjakan Budi. Prinsipnya sama dengan melukis di kanvas, hanya berbeda media saja.
"Jika lukisan di kanvas kalau mural di tembok. Teknik segala macam semua sama. Mungkin ada penyesuaian saja kalau biasa di kanvas lebih kasar, kalau di tembok lebih licin, catnya berbeda. Jadi penyesuaian media sama bahannya saja. Kalau emang dasarnya bisa melukis ya dimana aja juga oke," terang Budi.
Untuk pembuatan gambar 3D pun tidak ada pelatihan khusus dari para pelukis Jogja Painting, semua dkerjakan otodidak. Dituturkan pria yang resmi menjadi sarjana pada Desember 2013 tersebut, gambar trik (3D) adalah seni menipu secara visual. Jika sudah bisa melukis tinggal dimainkan saja perasaannya serta bermain dengan sudut pandang.
"Kalau dari sini bisa 3D dari sana belum tentu. Kalau objeknya di lantai berarti (sudut pandangnya) dari atas, kalau objeknya di sudut berarti dari samping, kalau objeknya tempat biasa (datar) berarti dari depan. Dilihat dari mana orang gampang melihatnya. Jadi nggak semua sisi (terlihat 3D). Masih nampak sih (dilihat dari sudut lain) tapi kayak kurang greget," aku Budi.
Peralatan yang digunakan sama seperti melukis di kanvas (kuas, cat, tangga), karena lebih mengedepankan skil manual. Aplikasi-aplikasi komputer sesekali digunakan untuk membuat sketsa, namun tak jarang pula total manual.
Harga yang dipatok tergantung jenis lukisan, objek, serta luasnya. Kisarannya Rp 3 juta sampai Rp 20 juta. Budi mengaku pernah mendapat bayaran untuk melukis taman di sebuah gereja di Yogyakarta hampir Rp 30 juta.
Selain painting, bisnis lainnya antara lain lukis di media piring/keramik dan digital art. Umumnya lukisan ini tentang foto wajah dan memakan waktu pengerjaan hingga 2-3 hari. Lukis manual di piring untuk wajah dipatok dengan harga Rp 250 ribu, sedangkan digital art dipatok Rp 150 ribu per wajah dalam bentuk file.
BACA JUGA :
Lukisan-lukisan 'sederhana' ini harganya 50 kali mobil Pajero, wow!