Brilio.net - Pandemi Covid-19 menghantam hampir semuabidang kehidupan, termasuk bidang ekonomi. Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang paling terdampak. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, 90% kegiatan UMKM terganggu akibat pandemi.
Banyak faktor yang membuat daya tahan UMKM tak seperti krisis-krisis sebelumnya. Sebut saja pada 1998 dan 2008, di mana UMKM mampu menjadi motor penggerak perekonomian disaat hampir semua perusahaan konglomerasi kolaps. Saat itu UMKM cukup tahan banting.
BACA JUGA :
4 Tips sukses bisnis online ala Arief Muhammad, maksimalkan medsos
Selain masih banyak UMKM yang menjalankan bisnisnya secara konvensional sehingga tak mampu beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat, aturan seperti pembatasan interaksi sosial, penerapan pembatasan sosial, hingga penutupan tempat wisata membuat UMKM kesulitan menemukan pasar. Akibatnya, banyak UMKM merugi bahkan gulung tikar.
Padahal, Kementerian Keuangan menyebutkan, UMKM menyumbang 61,1% terhadap PDB dan 97% terdapat penyerapan tenaga kerja. Lesunya perekonomian mikro dan menengah ini turut berpengaruh pada perekonomian nasional secara keseluruhan.
BACA JUGA :
3 Alasan Sasa mendorong milenial agar kreatif lewat Korean Wave
Pada krisis 1998 dan 2008, UMKM masih menjadi penguat perekonomian nasional. Di tahun 2020, pandemi mempengaruhi segala sektor, bahkan secara global. Aktivitas ekonomi juga menjadi terbatas. Akibatnya performa UMKM menjadi tidak sebaik sebelumnya, ungkap Direktur Sistem Manajemen Investasi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, Ludiro dalam acara Niagahoster Media Meet-Up virtual yang digelar perusahaan web hosting Niagahoster dan Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kamis (28/1/2021).
Karena itu optimisme usaha kecil ini harus dibangun agar pulih untuk mendongkrak perekonomian UMKM tahun ini. Inisiatif pemerintah seperti program vaksinasi, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dan digitalisasi merupakan dorongan agar UMKM dapat bangkit di tahun ini.
Perlu adanya sinergi antar instansi. Baik antar kementerian, pemerintah dengan daerah, maupun pemerintah dengan swasta. Hal ini supaya pelaksanaan program tepat sasaran dan tepat guna, dan betul-betul memberi manfaat bagi pemulihan UMKM pasca pandemi, ungkap Ade Syah Lubis, CEO Niagahoster.
Prioritas program pemerintah untuk UMKM
Ludiro menyampaikan, UMKM Indonesia mengalami beberapa permasalahan klasik dalam mengembangkan bisnis. Antara lain, sulit menembus pasar global, belum produktif, hingga kekurangan layanan finansial. Pandemi membuat kondisi UMKM semakin tidak menentu dengan berkurangnya permintaan dari pasar, yang membuat UMKM kesulitan menyeimbangkan proses produksi dan pemasaran.
Sebelum pandemi pun pemerintah sudah melakukan kebijakan seperti mempercepat perizinan, memberikan bunga pinjaman ringan, pendampingan usaha, hingga penurunan tarif pajak. Di masa pandemi kami mengakselerasi program-program tersebut, ucap Ludiro.
Pada tahun 2020, pemerintah merealisasikan program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) yang mencakup restorasi di sektor kesehatan, perlindungan sosial, UMKM, dan lainnya. Hingga saat ini, realisasi sementara kluster dukungan untuk UMKM sudah mencapai 96,6% dari pagu anggaran atau sebesar Rp112,4 triliun.
Tahun 2021 masih menjadi tahun yang menantang untuk UMKM. Namun beberapa inisiatif ini membuahkan hasil positif bagi perekonomian secara keseluruhan, ungkap Kepala Subdit Kredit Program dan Investasi Lainnya, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Dwi Apriany.
Dukungan swasta
Penanganan UMKM memerlukan kolaborasi dan dukungan berbagai pihak, baik pusat hingga daerah. Pengadaan bantuan langsung, pemberian kursus, penyediaan fasilitas internet, dan lainnya juga dapat dieksekusi oleh perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak di bidangnya.
Salah satu perusahaan penyedia layanan web-hosting Niagahoster melihat peluang tersebut dengan meluncurkan program Etalase Digital. Ini merupakan program pelatihan UMKM yang dilakukan secara daring, mencakup topik seputar pentingnya go online, membuat website dengan WordPress, membuat konten, branding, hingga digital marketing,
Di awal pandemi, di kuartal II 2020, kami mencatat kenaikan jumlah pemilik bisnis yang membuat website. Kenaikannya sebesar 18,99% dari tahun sebelumnya. Tidak semua pemilik bisnis memiliki kemampuan teknis yang cukup atau sudah mahir di dunia online. Kami memberikan solusi untuk mereka, ucap Ade.
Ade menilai, tantangan selanjutnya untuk UMKM di tahun 2021 adalah menaikkan kelas dan meningkatkan daya saing. UMKM yang tergabung dalam program Etalase Digital ini akan memiliki toko online di mesin pencari, yang dapat diakses oleh pasar yang lebih luas, dan dapat membangun branding-nya secara mandiri.
Ini PR bersama bagi industri di bidang teknologi untuk menciptakan iklim digitalisasi yang semudah mungkin, secepat mungkin bagi pelaku UMKM. Tahun 2021 adalah waktu yang tepat untuk membangkitkan kembali semangat UMKM go digital, ucap Ade.