Brilio.net - Kesuksesan film Filosofi Kopi pada 2015 lalu memang nggak diragukan lagi. Film besutan sutradara Angga Dwimas Sasongko ini sempat menghiasi beberapa festival film dunia, seperti Tokyo International Film Festival dan Taipei Golden Horse Film Festival.
BACA JUGA :
10 Peran Rio Dewanto ini bikin dia sah jadi aktor papan atas Indonesia
foto: instagram @lunamaya
Melihat kesuksesan itu, akhirnya Visinema Pictures memproduksi sekuel film tersebut dengan judul 'Filosofi Kopi: Ben & Jody'. Angga mengatakan hingga saat ini tren kopi masih sangat tinggi di kalangan masyarakat, khususnya anak-anak muda. Kita sangat optomistis menyuarakan kembali tentang cerita kopi, ujarnya dalam konfrensi pers di kawasan Blok M, baru-baru ini.
Menurutnya, banyak perbedaan pada filmnya kali. Apa saja ya?
1. Jauh lebih besar dari film yang pertama, termasuk dari skala produksi.
BACA JUGA :
9 Buku laris Tanah Air ini bakal diangkat ke layar lebar di 2017
foto: instagram @filkopmovie
"Yang pertama lebih ke cerita pendek. Kalau ini ceritanya kita gulirin lagi, akan ada banyak surprise baru. Bagaimana kelanjutan hidup karakter ini, dan ketemu sama karakter-karakter yang baru yang nggak ada di film sebelumnya dan nggak ada di cerita pendek," paparnya.
2. Lokasi syuting lebih banyak.
foto: instagram @filkopmovie
Proses syuting Filosofi Kopi: Ben & Jody akan berlangsung hingga awal Februari 2017. Nantinya, film ini akan mengambil lokasi di beberapa tempat seperti Jakarta, Bali, Yogyakarta, Makassar, dan Toraja. Filosofi Kopi: Ben & Jody dijadwalkan tayang pada Juli 2017 mendatang. "Secara schedule syuting lebih dua kali lipat dari yang pertama," ujar pemeran Jody, Rio Dewanto.
3. Ada karakter-karakter baru.
foto: instagram
Sekuel ini memunculkan karakter baru, di antaranya Nadine Alexandra. Mantan Puteri Indonesia ini bakal memerankan sosok Brie, seorang barista.
4. Cerita lebih beragam.
foto: instagram @filkopmovie
Menurut Rio Dewanto, film kedua ini lebih kental unsur persahabatan, cinta, dan juga bisnis. Sementara pada film terdahulu, lebih membicarakan masalah persahabatan kemudian hubungan antara anak dan orangtua. "Jadi lebih kompleks dari yang pertama," ujarnya.