Brilio.net - Industri perfilman Indonesia belakangan tengah mendapatkan perhatian lantaran mulai banyak film berkualitas hingga berhasil mendapatkan penghargaan tingkat dunia. Hal itu mendorong para filmmaker dan pegiat industri film untuk kembali menggarap film berkualitas yang dapat menghibur dan memberikan sudut pandang baru bagi penonton.
Hal itu juga yang membuat Amrit Punjabi selaku Produser dari rumah produksi MVP Pictures yang terkenal dengan film-film horornya kembali menggarap sebuah film berjudul Di Ambang Kematian. Di project film terbarunya, kali ini Amrit menggandeng sutradara ternama, yakni Azhar Kinoi Lubis yang telah beberapa kali menggarap film horor Tanah Air.
BACA JUGA :
Bukan sekadar bioskop, Klub DIY Menonton jadi ruang pertemuan filmmaker dan audiens
Film yang terinspirasi dari kisah nyata yang ditulis dalam sebuah thread di Twitter ini pun menarik untuk ditonton karena menyajikan cerita tentang peristiwa pesugihan yang terjadi di dalam sebuah keluarga.
Resmi tayang pada 28 September 2023, ini 5 alasan kenapa film Di Ambang Kematian wajib ditonton.
BACA JUGA :
5 Alasan film Kejarlah Janji wajib ditonton, sarat nilai edukasi politik yang dibalut adegan komedi
1. Diadaptasi dari sebuah thread viral di Twitter.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
Film Di Ambang Kematian diangkat dari sebuah utas di Twitter yang berjudul "Di Ambang Kematian". Utas tersebut pertama kali diunggah ke Twitter pada 15 April 2022 oleh pemilik akun @Jeropoint. Utas horor tersebut rupanya menarik perhatian pengguna Twitter dan dibaca lebih dari 10 juta kali.
Hal itu juga yang membuat Amrit Punjabi tertarik untuk menuangkan kisah horor ke dalam bentuk visual. Skenario Film "Di Ambang Kematian" sendiri ditulis oleh penulis muda Erwanto Alphadullah.
"Karena mendapatkan apresiasi yang tinggi dari pembaca di Twitter membuat kami (MVP Pictures) tertarik untuk menjadikan ini sebuah film," ungkap Amrit Punjabi.
Seperti yang sudah disinggung, Amrit kali ini juga menggandeng sutradara yang telah berpengalaman menggarap film horor Tanah Air, yakni Azhar Kinoi Lubis. Ia mengungkapkan bahwa ketenaran cerita menjadi tantangan tersendiri baginya untuk bisa memberikan gambaran visual yang sesuai dengan ekspektasi pembaca.
"Menjadi tantangan buat saya secara pribadi karena cerita ini sendiri diangkat dari Twitter yang viral. Biasanya para pembaca mempunyai theater of mind sendiri dan itu menjadi tanggung jawab saya agar bisa mencapai hasil yang sesuai dengan ekspektasi para pembaca," ujar Azhar.
2. Sajikan konflik keluarga yang mengaduk emosi penonton.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
Film ini menceritakan tentang kisah hidup gadis kecil bernama Nadia yang tinggal bersama kedua orang tua dan kakak laki-lakinya. Keluarganya pun harmonis sampai akhirnya sang ibu jatuh sakit dan meninggal dunia secara misterius.
Sejak saat itu, keluarga Nadia mulai diguncang masalah dan perdebatan antara ayah, dirinya, dan sang kakak. Konflik keluarga yang disajikan pun dapat mengaduk emosi para penonton.
3. Ungkap dampak tindakan pesugihan terhadap orang terdekat.
foto: Instagram/@diambangkematianfilm
Kematian sang ibu pun akhirnya terbongkar. Nadia dan kakaknya mengetahui bahwa sang ayah telah melakukan pesugihan. Siapa sangka kalau tindakan yang dilakukan oleh sang ayah berdampak buruk bagi keluarganya. Melalui film ini, penulis dan sutradara ingin memberikan gambaran mengenai akibat pesugihan yang dilakukan oleh seseorang.
Keluarga yang awalnya harmonis justru harus kehilangan satu persatu anggota keluarganya akibat keegoisan dan rasa serakah.
4. Banyak adegan teror yang mencekam.
foto: Instagram/@diambangkematianfilm
Semenjak kematian sang ibu, keluarga Nadia pun banyak menerima teror yang mencekam. Beberapa adegan teror dalam film pun sukses membuat pentonton merasa tegang sekaligus penasaran dengan kelanjutan kisah keluarga Nadia.
5. Dibintangi oleh aktor dan aktris papan atas.
foto: Instagram/@diambangkematianfilm
Film Di Ambang Kematian juga dibintangi oleh pemeran muda berbakat mulai dari Taskya Namya yang berperan sebagai Nadia, Wafda Saifan sebagai Yoga, Kinaryosih sebagai ibu Nadia, Teuku Rifnu Wikana sebagai ayah Nadia, Giulio Parengkuan sebagai Nabastala, Farras Fatik sebagai Yoga kecil, Raya Adena sebagai Nadia kecil.