Brilio.net - Beberapa waktu lalu, ramai sekali kasus-kasus bullying di kalangan pelajar. Bukan hanya siswa dengan siswa, parahnya siswa dengan guru juga ada. Sebut saja seperti aksi bullying yang dilakukan siswi SMP di Thamrin City, Jakarta Pusat pada Juli 2017. Ada pula aksi sekelompok siswa beramai-ramai melakukan adegan berkelahi dengan seorang guru pada 11 November 2018. Itu hanya beberapa di antaranya, masih ada lagi kasus serupa.
Sontak saja kasus-kasus itu menjadi perbincangan khalayak. Mereka berbondong-bondong memprotes. Lini masa media sosial dipenuhi beragam komentar berisi kritikan.
BACA JUGA :
8 Film Indonesia bertema cinta tak direstui, endingnya bikin mewek
Khalayak menilai kasus-kasus bullying atau perundungan mencoreng nama baik dunia pendidikan dan institusi sekolah. Mereka juga mempertanyakan sedemikian parahkah moral generasi sekarang atau bagaimana sih seharusnya guru mendidik muridnya dan lain sebagainya.
Selain bullying, polemik di dunia pendidikan Indonesia masih ada beberapa lainnya yang menjadi sorotan. Tak heran bila akhirnya masalah-masalah ini mendorong adanya kajian ulang terhadap kurikulum sekolah, hingga menjadi bahan pembahasan dalam seminar bahkan diangkat ke layar lebar.
Terkait yang disebut terakhir, film menjadi sarana efektif menyampaikan sebuah pesan moral. Termasuk pesan pendidikan karakter atau moral. Nah, kali ini Brilio.net merangkum dari berbagai sumber, Rabu (13/3), deretan film Tanah Air yang mengangkat tema pendidikan karakter dan moral, tak semata di bangku sekolah.
BACA JUGA :
Efek spesial dalam 10 adegan film Afrika ini kocak banget
Bukan hanya menyoroti pendidikan karakter dan moral anak Indonesia, deretan film ini juga menyuguhkan pesona alam Indonesia yang tiada dua. Penasaran? Berikut ulasannya.
1. Laskar Pelangi.
foto: Istimewa
Siapa yang nggak tahu film fenomenal pada 2008 lalu ini? Film garapan sutradara Riri Riza ini diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama, Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Berawal dari tokoh Ikal yang merupakan anak asli Pulau Belitung berkunjung ke kampung halamannya dan menceritakan pertama kali ia masuk sekolah SD Muhammadiyah.
Kelas baru yang berusaha dibuka oleh 2 orang guru itu mengharuskan memiliki 10 murid dalam satu kelas. Namun pada hari pertama masuk sekolah, kelas tersebut hanya memiliki 9 murid. Untungnya, beberapa saat kemudian, seorang anak baru datang untuk menggenapi jumlah mereka.
Berbagai masalah diceritakan dalam film ini. Keisengan terhadap guru pun kerap dilakukan para murid. Film ini menyodorkan kehidupan sekolah di daerah yang jauh dari hiruk pikuk kota. Meski demikian, pesan moral semangat berjuang meraih mimpi lewat sekolah, sangat ditekankan dalam Laskar Pelangi. Pun semangat para guru mengabdi mendidik anak negeri, juga menjadi inspirasi tersendiri yang bisa diambil dari Laskar Pelangi.
Di sisi lain, film ini menyuguhkan keindahan alam Pulau Belitong. Ini tampak dari adegan saat para tokoh mencoba memecahkan masalah bersama-sama. Salah satu yang saat ini terkenal karena dijadikan tempat syuting film Laskar Pelangi ialah Pantai Tanjung Tinggi.
Secara Geografis Pantai Tanjung Tinggi berada di Desa Ciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Pantai yang berjarak kurang lebih 31 kilometer dari Kota Tanjung Pandan, ibu kota Kabupaten Belitung ini, memiliki luas tak kurang dari 80 hektar yang didominasi pasir putih.
Terdapat juga ratusan batu granit berukuran besar yang tersebar di sekitar pantai dan di kedua semenanjung di dekatnya. Ukuran batu granit tersebut bervariasi, bahkan ada yang mencapai ratusan kubik sehingga lebih besar dari rumah.
Jika Sobat Brilio berkunjung ke sini, banyak aktivitas yang bisa kamu lakukan. Mencoba menyelam dan menyaksikan pemandangan bawah laut merupakan aktivitas yang wajib karena kamu akan disambut dengan ribuan jenis ikan.
Selain berenang dan menyelam, aktivitas yang tak kalah menyenangkan di Pantai Tanjung Tinggi Belitung adalah bermain dan naik di batu-batu granit raksasa. Jadi berasa ikut syuting, kan?
2. Tanah Surga...Katanya.
foto: youtube.com/Katalog FI
Tanah Surga...Katanya adalah film yang menceritakan kehidupan sebuah keluarga yang tinggal di perbatasan Indonesia dan Malaysia. Bermula dari seorang pejuang Indonesia, Hasyim yang pernah berperang tahun 1965 melawan Malaysia memutuskan untuk tidak menikah lagi sejak kematian istrinya.
Haris, anak Hasyim yang juga seorang duda, pulang merantau dari Serawak-Malaysia dengan dua orang anaknya, Salman dan Salina. Suatu hari, Haris mengetahui bahwa ayahnya menderita sakit keras. Hal itu mendorong Haris untuk mengajak ayahnya pindah ke Malaysia dengan alasan Negeri Jiran itu menyediakan fasilitas kesehatan yang mudah diakses. Namun sang ayah memilih tetap tinggal karena Indonesia adalah tanah surga dibandingkan dengan Malaysia.
Meskipun tidak berhasil membujuk ayahnya untuk pindah ke Malaysia, Haris berhasil membujuk satu anaknya, Salina untuk tinggal di Malaysia. Namun Salman, tetap tinggal bersama sang kakek di Indonesia.
Kehidupan sehari-hari di sinilah, menunjukkan keindahan alam pedalaman Indonesia. Perkampungan yang masih kental dengan adat dan budaya masyarakat Dayak, hutan yang masih asri dengan kerindangan pohonnya, dan air yang jernih bahkan layak konsumsi.
Film ini menunjukkan bahwa masih ada bagian negara Indonesia yang indah nan asri, yang belum tentu dimiliki negara lain.
3. Di Timur Matahari.
foto: youtube.com/Dipo Alam
Film yang menceritakan kehidupan di pedalaman Papua ini dirilis pada 14 Juni 2012. Papua, pulau paling timur Indonesia yang disinari cahaya matahari lebih dulu dibandingkan dengan pulau lainnya, justru mendapatkan "penerangan" lebih lama. Penerangan di sini mengacu pada edukasi.
Dalam film ini diceritakan bahwa ada sekelompok anak sekolah dasar yang menanti-nantikan guru pengganti di sekolah mereka. Mazmur, Thomas, dan temannya setiap pagi pergi ke lapangan dan menengadah ke langit, menanti pesawat yang mendatangkan guru pengganti datang. Enam bulan mereka menunggu namun tak ada jawaban sama sekali.
Hingga suatu hari, peperangan antarsuku terjadi. Hal ini bermula dari ayah Mazmur, Blasius meninggal dunia akibat dibunuh ayah Agnes, Yoseph. Peperangan yang terjadi ini akhirnya sampai di telinga Michael, salah satu anak Blasius yang tinggal di Jakarta.
Michael segera bertolak ke Papua untuk membantu meredakan peperangan. Namun ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Pesan moral baik di film ini adalah meskipun para orangtua melakukan peperangan, anak-anaknya tetap bersahabat.
Berbagai keindahan pedalaman Papua sangat ditunjukkan dalam Di Timur Matahari hingga film ini diganjar penghargaan Indonesian Movie Awards 2013.
Dalam film ini, penonton disuguhkan pemandangan dataran tinggi yang masih asri, pegunungan hijau juga tampak terlihat nyata. Air sungai yang mengalir deras tampak masih alami, tak terkontaminasi. Apalagi rumah-rumah sederhana khas Papua menambah keelokan alamnya seolah berteriak Indonesia Indah.
4. Negeri 5 Menara.
foto:KapanLagi.com
Film yang diadaptasi dari novel berjudul Negeri 5 Menara ini dirilis pada 1 Maret 2012. Film ini menceritakan tentang seorang anak yang baru saja lulus SMP di Maninjau. Tokoh Alif dan sahabatnya ingin melanjutkan SMA di Bandung dan kemudian masuk kampus idamannya, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Namun, keinginan Alif harus pupus saat Amaknya menginginkan Alif masuk Pondok Madani, sebuah pesantren di sudut Ponorogo, Jawa Timur. Meski awalnya tidak mau, Alif terpaksa memenuhi permintaan orang tuanya.
Saat Alif tiba di Pondok Madani bersama sang ayah, hatinya hancur. Di benaknya terlintas hidup seperti di penjara. Ditambah lagi ia harus mundur setahun karena kelas adaptasi.
Awalnya, hari-hari Alif dilalui dengan kesendirian. Namun seiring berjalannya waktu, Alif mendapatkan sahabat dari teman-teman satu kamarnya yaitu Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Said dari Surabaya, Raja dari Medan, dan Dulmaid dari Madura. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias pemilik menara.
Hari-hari Alif pun dilalui dengan menyenangkan. Dalam film ini juga menunjukkan keindahan alam Indonesia terutama saat mereka pergi bermain. Salah satunya Danau Maninjau yang terletak di sekitar gontor, tempat mereka tinggal. Danau yang merupakan danau vulkanik ini berada pada ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Keindahan Danau ini seringkali dikaitkan dengan legenda Kisah Bujang Sembilan.
Untuk bisa berwisata ke Danau Maninjau ini, kamu harus melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 KM mulai dari Ambun Pagi hingga sampai ke Danau Maninjau. Namun tenang saja, perjalanan berkelok-kelok tersebut akan terbayar dengan keindahan alam Danau Maninjau yang dikelilingi perbukitan.
5. 5 Elang.
foto: Istimewa
Film drama anak-anak Indonesia yang dirilis pada 25 Agustus 2011 ini dibuat dalam rangka memperingati 50 tahun hari jadi Pramuka yang diperingati 14 Agustus 2011 lalu. Diawali dengan tokoh Baron, yang kesal karena harus mengikuti orangtuanya pindah dari Jakarta ke Balikpapan.
Hari-hari Baron dilalui dengan bermain game dibandingkan bermain dengan teman-temannya. Seiring berjalannya waktu, Baron mulai terbuka dengan teman-temannya hingga suatu hari ia harus mewakili sekolahnya ikut perkemahan Pramuka. Bersama anggota lain mereka memulai petualangan barunya di Perkemahan.
Saat perkemahan berlangsung inilah banyak sudut keindahan pedalaman Balikpapan ditunjukkan. Hutan yang rindang, sungai yang jernih, bahkan suara kicauan burung kerap kali terdengar di pagi hari. Suasana malam pun terasa mencekam karena penghuni hutan hanyalah hewan dan tumbuhan.
Bagi kamu yang penasaran ingin napak tilas ke lokasi syuting 5 Elang ini, bisa mengunjungi Kawasan Wisata Hutan Bukit Bengkirai terletak pada Km 38 jalan raya Soekarno Hatta Balikpapan Samarinda, Kaltim.
Kawasan wisata alam ini berada di areal PT. Inhutani I Unit Manajemen Hutan Tanaman Industri (UMHTI) dan diresmikan pada tanggal 14 Maret 1998 oleh Mantan Menteri Kehutanan Ir. Djamalluddin Suryohadikusumo.
mgg/chatarina lia