Brilio.net - Penikmat film Indonesia tentu tahu bahwa dunia perfilman Indonesia terus berkembang seiring perkembangan zaman. Film Indonesia memiliki banyak genre, seperti komedi, action, horor, drama, romantis, hingga biopic atau kisah hidup seseorang.
Dari sekian banyak genre, ada juga beberapa film yang mengangkat cerita dan tema tentang masalah yang pada dasarnya tidak banyak diketahui seseorang. Terutama mengenai kesehatan mental, cacat, dan kondisi lainnya yang sering menjadi stigma di kalangan sosial. Dengan mengangkat berbagai tema tersebut, film tersebut banyak mendapat respons positif dari berbagai pihak.
BACA JUGA :
8 Film Indonesia ditarik dari peredaran setelah sempat tayang
Tak hanya itu beberapa di antara pernah mendapatkan penghargaan di kancah perfilman internasional. Seperti film I'am Star yang berhasil meraih Gold Award kategori leading actress dari Independent Film Award (IIFA) di Los Angeles, USA tahun 2014.
Film yang mengangkat tema autis ini, menjadi salah satu sarana pembelajaran lebih lanjut mengenai kondisi dan memahami pengalaman seperti apa yang dihadapi oleh orang autis. Berbagai masalah yang dialami orang autis untuk berjuang menghadapi kehidupan akan membuta narunimu tersentuh. Tak heran setelah kamu menonton film ini, kamu akan terharu hingga meneteskan air mata.
Film dengan tema ini juga membantu mendidik penonton untuk menghancurkan stigma seputar autisme. Nah, apa saja film Indonesia yang mengangkat tema autis? Yuk simak rangkuman brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (29/11)
BACA JUGA :
14 Film anak Indonesia ini sarat pesan mendidik, kini langka
1. I'am Star.
foto: wikipedia.org
Film yang disutradari Deamien Demantra mengangkat kisah perjuangan anak-anak berkebutuhan khusus agar bisa diterima di masyarakat. Kisah ini mengenai kelompok musik "I'am Star" yang beranggotakan Arya, Abhy, Shinta, dan Ervitha. Arya dan lainnya bersekolah di sekolah biasa. Kehadiran empat remaja autis tersebut membuat para guru dan teman-teman lainnya canggung. Arya dan kawan-kawannya mulai menunjukkan diri dengan berekspresi melalui musik.
2. Malaikat Kecil.
foto: wikipedia.org
Film ini mengisahkan perjuangan seorang ayah penderita autis. Budi (Dwi Sasono) mengajak keluarganya pindah ke Jakarta untuk mengadu nasib. Budi sangat sayang kepada keluarga, terutama kedua anaknya Iyan (Dhelon F Albers) dan Ratih (Rachel Patricia). Budi yang hanya bekerja sebagai penjual ikan hias, mendapatkan berbagai kendala untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.
3. Dancing in The Rain.
foto: Instagram/@film_dancingintherain
Banyu (Dimas Anggara) tinggal bersama eyangnya karena kedua orangtuanya tidak mampu mengurusnya. Ketika mulai masuk sekolah, diketahui bahwa Banyu mengidap spectrum autis yang menyebabkan ia sulit berinteraksi dengan lingkungannya. Banyu sering mendapatkan bully dari teman-temannya. Munculah Radin (Deva Mahenra) yang selalu membela Banyu ketika dibully. Ditambah dengan kehadiran Kinara (Bunga Zainal) menambah indahnya persahabatan mereka bertiga.
4. My Idiot Brother.
foto: imdb.com
My Idiot Brother menceritakan mengenai Angel (Adila Fitri) yang tidak pernah menerima keadaan kakaknya yang bernama Hendra (Ali Mensan) yang terlahir dengan keadaan keterbelakangan mental. Angel sangat malu dan membenci kakaknya. Namun sebagai sebagai kakak, Hendra tidak pernah merasa sedih mendapatkan perlakuan seperti itu dari adiknya.
5. Malaikat Juga Tahu.
foto: kapanlagi.com
Film ini merupakan film yang diadaptasi dari album musik Dewi Lestari yang berjudul Rectoverso. Film ini mengisahkan pria yang bernama Abang (Lukman Sardi) menderita autis sejak kecil. Abang tinggal bersama ibunya yang memiliki kos-kosan. Salah satu anak kos bernama Leia (Prisia Nasution) sangat mengerti kondisi Abang. Hal itu membuat Abang jatuh cinta kepada Leia, namun ibu Abang cemas karena tahu hubungan Abang dan Leia akan sulit terjalin.
6. Simfoni Luar Biasa.
foto: imdb.com
Film ini mengangkat kisah seorang musisi yang bernama Jayden (Christian Bautista) dengan sekelompok siswa sekolah luar biasa. Jayden yang ingin memulai karier musiknya dari bawah, mendapatkan banyak halangan. Jayden memutuskan untuk mendatangi ibunya di Jakarta. Di Jakarta Jayden belum memiliki aktivitas, sehingga ia memutuskan untuk datang ke yayasan slb yang dikepalai ibunya sendiri. Dari situlah kehidupan Jayden mulai berubah. Jayden mulai tertarik untuk mengajar anak-anak slb, mulai dari berenang hingga bermain musik.