Brilio.net - Di industri film Tanah Air, nama Mbah Ponco Sutiyem mungkin terasa asing. Maklum, nenek berusia 95 tahun itu bukanlah aktris profesional.
Dia juga nggak punya pengalaman bermain film. Mbah Ponco hanyalah seorang warga desa Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul.
BACA JUGA :
5 Prestasi film Istirahatlah Kata-kata ini bikin bangga, udah nonton?
Tapi, belum lama ini Mbah Ponco jadi pembicaraan di kalangan sineas. Pasti banyak yang nggak percaya kalau nenek yang satu ini masuk dalam daftar nominator Aktris Terbaik (Best Actress) pada ajang ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017. Kok bisa?
Saat pengumuman daftar nominator Aktris Terbaik AIFFA 2017 yang dilakukan di Kuching, Sarawak, Malaysia, Minggu (4/5), Mbah Ponco bersaing dengan sederet aktris ternama ASEAN lain seperti Ngoc Thanh Tam (The Way Station/Vietnam), Subenja Pongkorn (Bangkok Nites/Laos), Al-Al Delas Allas (Area/Filipina), dan Cut Mini (Athirah/Indonesia).
Asal tahu saja ya, Mbah Ponco ini adalah pemeran utama film Ziarah besutan sutradara asal Yogyakarta, BW Purba Negara. Setelah mendapatkan apresiasi Film Terbaik di Salamindanaw Film Festival di Filipina (2016), kali ini film Ziarah menjadi nominasi Film Terbaik AIFFA 2017.
Oh ya, Ziarah berhasil dinominasikan dalam empat kategori lho yaitu Best Film, Best Screenplay, Best Director, dan Best Actress. Malam penganugerahan AIFFA dilaksanakan Sabtu malam (6/5) di Kuching, Sarawak, Malaysia.
BACA JUGA :
Ini 3 fakta film Jailangkung yang rilis tahun ini, siap-siap dihantui
Pemilihan Mbah Ponco sebagai pemeran utama bukan tanpa alasan. Meski nggak punya pengalaman akting sama sekali, sang sutradara melihat Mbah Ponco punya potensi akting yang mumpuni. Karena itu dia dipilih untuk berperan sebagai Mbah Sri dalam film Ziarah.
Rupanya, akting prima Mbah Ponco di film Ziarah benar-benar menarik perhatian dewan juri AIFFA 2017 yang terdiri dari U-Wei bin HJ Saari (Malaysia), Maxine Williamson (Australia), Siti Kamaluddin (Brunei), Eddie Cahyono (Indonesia), dan Raymon Red (Filipina).
Nah yang cukup menarik, proses casting dalam memilih Mbah Ponco untuk berperan dalam film ini di luar kelaziman casting film pada umumnya.
Sang sutradara meminta kru film Ziarah berkeliling desa untuk mencari orang-orang lansia yang memungkinkan berakting. Hal ini dilakukan untuk mencoba memberi warna baru dalam dunia keaktoran film Indonesia.
Kami mengunjungi rumah ke rumah, kami berbincang dengan mereka satu demi satu. Akhirnya kami dipertemukan dengan Mbah Ponco Sutiyem yang di usia senja masih bersemangat bertanam jagung di dekat rumahnya di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, tutur Co-produser film Ziarah, Bagus Suitrawan.
Dalam pemilihan pemain, sutradara menghindari bentuk-bentuk akting stereotype. Alasannya, ia ingin menjadikan film ini sebagai ruang ekspresi bagi orang-orang yang tidak pernah mempunyai ruang di media mainstream.
"Ketika memilih aktris untuk film Ziarah, pertimbangan utamanya adalah pada otentisitas. Bukan soal pengalaman akting, tetapi lebih kepada pengalaman hidup," kata BW Purba Negara.
Agar lebih otentik, film ini perlu diperankan orang-orang yang benar-benar mengalami masa perang. Salah satunya Mbah Ponco yang memerankan tokoh Mbah Sri, si tokoh sentral dalam film ini.
Pada masa Agresi Militer Belanda II, suami Mbah Ponco ditangkap Belanda. Saat itu, ia sedang hamil tua. Rumahnya dihujani mortir dan peluru. Mbah Ponco lari, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Perjalanannya diwarnai kejaran peluru. Untungnya ia selalu menemukan cara menyelamatkan diri.
Beberapa potongan pengalaman Mbah Ponco ini saya masukkan sebagai bagian dari cerita film Ziarah. Ada juga tokoh lain, seperti tentara veteran yang turut berperan untuk film ini. Dengan cara seperti itu, akting para tokoh film Ziarah ini jadi tampak dramatis, unik, dan otentik serta jauh dari stereotipe, ungkap BW Purba Negara.
Film Ziarah bercerita tentang perjalanan Mbah Sri, seorang nenek berusia 95 tahun, yang mencari makam suaminya yang hilang pada zaman Agresi Militer Belanda II. Tujuan perjalanan Mbah Sri ini sederhana. Ia ingin dimakamkan di samping makam suaminya.
Rencananya, film ini akan tayang di bioskop nasional mulai 18 Mei 2017 mendatang. Trailernya bisa kamu lihat di bawah ini: