Brilio.net - Setelah beberapa waktu sebelumnya diputar dalam 2 festival film internasional bergengsi, yakni Fantasia Film Festival di Montreal, Kanada dan New York Asian Film Festival, Amerika Serikat, Kamis (19/7) lalu, Buffalo Boys resmi naik layar di bioskop Indonesia.
Film garapan Mike Wiluan, sutradara asal Singapura ini bercerita tentang 2 orang pangeran Jawa yang pulang ke tanah kelahirannya, setelah hidup di pengasingan selama puluhan tahun, guna membalas dendam atas dibunuhnya ayah mereka oleh Van Trach, seorang Belanda yang menjajah tanah Jawa.
Dalam film bergenre action tersebut, Mike menggandeng banyak aktor berbakat Tanah Air, seperti Tio Pakusadewo, Ario Bayu, Yoshi Sudarso, Alex Abbad, dan Happy Salma. Sayangnya, bakat akting mereka yang mumpuni tersebut tidak mampu membuat film ini lepas dari kekurangan.
Hingga berita ini diturunkan, dilansir dari IMDb, Buffalo Boys mendapatkan bintang di bawah 8. Hal ini tentunya cukup disayangkan, mengingat ketika melihat trailernya, Buffalo Boys terlihat sebagai film yang amat 'menjanjikan'.
Nah, berikut sejumlah kekurangan Buffalo Boys, seperti dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Sabtu (21/7). Simak, yuk!
1. Alur cerita mudah ditebak.
BACA JUGA :
13 Tahun berlalu, ini kabar terbaru pemain film Catatan Akhir Sekolah
foto: Instagram/@buffaloboys.movie
Secara keseluruhan, alur cerita Buffalo Boys sebetulnya cukup sederhana. Permasalahannya, kesederhanaan tersebut kurang dikemas dengan apik. Akibatnya, plotnya pun mudah ditebak. Di akhir cerita, yang baik akan menang, sementara yang jahat akan kalah.
2. Lemahnya pengarahan.
BACA JUGA :
Film Suzzanna diremake, ini penampilan Luna Maya yang bikin merinding
foto: Instagram/@buffaloboys.movie
Film ini 'hanya' berdurasi 102 menit. Akan tetapi, terasa berjalan lebih lama dari waktu tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurang mampunya Mike dalam menjaga ritme kisah ini. Akibatnya di beberapa bagian Buffalo boys terasa membosankan.
3. Penggunaan CGI masih terlihat kasar di beberapa adegan.
foto: Instagram/@buffaloboys.movie
Secara keseluruhan, penggunaan CGi di film ini tidak buruk. Akan tetapi, masih terasa kasar di beberapa scene. Misalnya, saat rumah tempat Arana, Seruni, Suwo, dan Jamar bersembunyi dari kepungan pasukan Van Trach.
4. Menggunakan Bahasa Inggris.
foto: kapanlagi
Alih-alih menggunakan Bahasa Belanda, mengingat bahwa setting waktunya adalah zaman penjajahan Belanda di Jawa, film ini justru menggunakan Bahasa Indonesia dan Inggris.