Brilio.net - Perfilman Hollywood kembali menarik perhatian publik, pasalnya salah satu film garapanya kini sedang ramai diperbincangkan karena dianggap sebagai film yang cukup menarik. Yup, Alita: Battle Angel yang memang sudah dinanti penayangannya pada tahun 2019 ini. Film garapan Robert Rodriguez ini merupakan adaptasi dari manga berjudul Gunnm karya Yukito Kishiro.
Sekenario Alita: Battle Angel yang ditulis James Cameron, mejadi kisah yang cukup menarik untuk ditonton. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan kisah-kisah serupa yang diadaptasi dari manga, di mana sering mendapat kecaman. Death Note dan Ghost in the Shell misalnya, kedua film ini mendapat kecaman perihal kualitasnya yang jauh berbeda jika dibandingkan manganya, dan isu ras juga menjadi kecaman dalam film tersebut.
BACA JUGA :
Tak disangka, 10 adegan film Hollywood ini dibuat tanpa efek CGI
Alita: Battle Angel mencuri perhatian sejak trailer perdananya diluncurkan. Alita: Battle Angel, sajikan pertarungan badass tanpa henti. Hal itulah yang menjadi daya tarik tersendiri untuk film yang diperankan Rosa Salazar, yang tak lain adalah pemeran dalam film The Maze Runner. Dilihat dari imdb.com dan rottentomatoes.com, Rabu (6/2) film Alita: Battle Angel mendapat rating yang cukup tinggi.
Namun di balik tingginya rating tersebut, ada beberapa kejanggalan yang tak disadari. Apa saja itu? Berikut ulasannya yang dilansir brilio.net dari whatculture.com, Rabu (6/2).
1. Adegan terlalu sadistis.
BACA JUGA :
11 Pesona Lucy Boynton, pencuri hati Rami Malek yang memesona
foto: whatculture.com
Film ini memang diperuntukkan bagi mereka yang sudah dewasa, namun tetap saja adegan-adegan yang ditampilkan dinilai terlalu sadistis. Adegan mutilasi manusia diperlihatkan secara vulgar. Hal ini dianggap memberi dampak buruk bagi penontonnya.
2. Eding-nya dianggap kurang menarik.
foto: Instagram/@alitamovie
Mendapat kritikan bukanlah hal baru di dunia perfilman. Para kritikus film menggap film Alita: Battle Angel menyajikan ending yang kurang menarik, di mana dianggap sangat berlebihan dan kurang halus sehingga hampir dapat menyaingi franchise Fantastic Beasts. Klimaks dari film ini sedikit menggelikkan dan terlalu konyol.
3. Tidak adanya konsistensi pada nada.
foto: whatculture.com
Nada adalah bagian penting dari pembuatan film, terutama ketika film tersebut menjadi tontonan massa, dan itu adalah sesuatu yang tidak di dapat dari film ini. Perubahan dalam setiap film dianggap tidak jelas, dan akibatnya film itu terasa agak skizofrenia.
4. Romansa cinta dianggap terlalu berlebihan.
foto: whatculture.com
Masalah terbesar dari film ini justru dari kisah cinta antara Alita dan Hugo yang dianggap terlalu klise. Dalam film itu memang digambarkan, rasa cinta Alita yang tulus dan polos, bahkan terhadap seekor anjing, karena Alita digambarkan sebagai robot yang memiliki rasa humanis yang tinggi.
Namun di akhir film, kisah cinta Alita-Hugo semakin mendominasi dan dianggap terlalu berlebihan untuk porsinya. Para pengamat film berpendapat, ini adalah film laga jadi tentunya cerita bukanlah hal utama yang akan diperhatikan oleh penonton.
5. Kecerobohan Robert Rodriguez.
foto: whatculture.com
Alita: Battle Angel merupakan film garapan Robert Rodriguez, ia dianggap sebagai pembuat film yang tidak konsisten. Meski sudah disandingkan dengan seorang pembuat film yang sukses, yakni James Cameron tetap saja garapan Alita dianggap kurang maksimal, dan bahkan dianggap cukup berantakan.
Hal ini dilihat dari beberapa pilihan penyuntingan yang disorientasi hingga nada yang sering tidak menentu dan kurangnya kepiawaian membuat hasil film ini tidak halus. Para pengamat bahkan tidak percaya bahwa film Alita: Battle Angel digarap oleh sutradara yang berpengalaman.
6. Dialog film terlalu kaku.
foto: whatculture.com
Masalah lain dalam film ini adalah dialognya yang terlalu kaku, tampaknya keberhasilan James Cameron kurang terlihat dalam film ini. Padahal Cameron dikenal dengan ide-ide yang cukup menarik. Dialog dalam film ini dianggap sangat biasa dan mendasar, padahal film ini akan pertontonkan di seluruh dunia. Menurut para pengamat film, begitu banyak dialog dalam film ini yang dibuat begitu menyedihkan dan memalukan.