Brilio.net - Jalan hidup penulis skenario bisa jadi tak seindah cerita yang ditulisnya. Atau bisa juga sama rumitnya dengan kisah yang dia tulis. Seperti Georgia Patricia Titi Sari, penulis skenario ini punya kisah berliku sebelum karya-karyanya sukses difilmkan.
Barangkali kamu masih awam, siapa sih perempuan yang punya nama tenar Tisa TS ini. Karya-karyanya sebut saja Di Sini Ada Setan, Love In Paris, Diam Diam Suka, Magic Hour, London Love Story, dan lain-lain.
Perempuan kelahiran 30 November 1977 ini terinspirasi menulis dari film fenomenal tanah air, Ada Apa Dengan Cinta? (AADC). Tisa mengaku kagum dengan skenario film besutan Rudy Soedjarwo imi. Tisa kagum dengan para penulis skenario AADC karena film ini begitu meledak. Dia berandai-andai namanya yang ada di situ pasti sangat puas dan bangga.
Ketika itu Tisa belum merampungkan kuliahnya dan baru saja berhenti dari pekerjaan sebagai wartawan. Bermodalkan duit 35 ribu rupiah dia ke toko buku untuk membeli buku skenario AADC. "Jadi AADC satu-satunya buku yang menjual buku skenario, saat itu. Aku beli, kubuka, aduh ni apaan stres lihatnya Ada in titik (in.) kamar Cinta, ini apa. Cuma karena aku kepo jadi aku ngerti," ujarnya pada acara 'Meet and Share Bagaimana menciptakan Karya-karya Box Office, di Yogyakarta, Minggu (3/4) kemarin.
Tisa pun mengira-ira sendiri istilah-istilah yang ada dalam skenario tersebut."Jangan-jangan in. ini interior, karena setiap ada itu adegannya di dalam ruangan. Jangan-jangan ex. ini eksterior, karena setiap ada itu adegannya di luar ruangan," tutur Tisa mengisahkan masa lalunya.
Dari situlah Tisa kemudian membikin cerita sendiri, dengan mensontek draft AADC. Ketika itu Tisa tak punya perangkat komputer. Dia hanya punya pesangon 2 bulan gaji yang dimanfaatkan untuk pergi ke warnet.
Tisa menyewa komputer berjam-jam hanya untuk menulis dan mengeprint draft cerita yang dia tulis. Tak heran uang Tisa pun habis untuk di warnet saja. Dia juga mencoba mecari tahu beberapa production house yang berpotensi menerima ceritanya.
Dengan modal tipis, Tisa harus memutar otak agar tak kekurangan dana. Misal dia mengunjungi beberapa PH yang lokasinya berdekatan. Dia juga harus memastikan agar draft yang dititipkan di satpam benar-benar sampai di meja produser. Tak hanya itu, dia harus rela berjalan jauh hanya untuk memastikan yang dimilikinya cukup. Paling tidak bisa untuk membeli air minum.
Butuh lima bulan sampai Tisa mendapat jawaban dari PH. Dalam masa menunggu itu, tak jarang orangtuanya meledek dengan mengungkit pekerjaan yang dulu cukup menjanjikan. Padahal, di pekerjaan sebelumnya Tisa sudah menjabat sebagai redaktur senior. Belum lagi sindirian dari teman kuliahnya tentang skripsi yang tak kunjung selesai. Tisa mengakui ketika itu dia tertekan dan rasa mindernya bertambah-tambah.
Tisa sempat gembira ketika mendapat kabar bahwa skenarionya akan diangkat dan mendapat honor yang lumayan kala itu. Sayangnya kegembiraan tersebut tak berlangsung lama. Satu setengah bulan lebih tidak ada kabar, Tisa kemudian mendatangi PH yang mengangkat skenarionya. Usut punya usut ternyata stradara yang mengangkat cerita Tisa adalah sutradara freelance . Tisa tak dapat menuntut banyak sebab naskah tersebut diakui milik sang sutradara.
BACA JUGA :
Yuk kenalan dengan 'kembaran' Scarlett Johannsson, mirip nggak?
Kecewa pasti. Namun di balik kekecewan tersebut Tisa mendapat hikmah yang luar biasa. Tisa mendapat kesempatan menulis dari produser film. Tak tanggung-tanggung Tisa dikontrak 4 judul sekaligus.
Tak lama salah satu PH lain memberi kabar bahwa skenario Tisa diterima dan ditayangkan dengan judul Duda Keren. Honor pertama 3 juta rupiah. Diakui Tisa, honor penulis tidak cuma dilihat dari baru atau lamanya dia sebagai penulis skenario, tapi seberapa bagus ceritanya dan seberapa suka produsernya.
Karirnya semakin meningkat. Bahkan dia mendapat fasilitas apartemen bintang 5 di Jakarta dari tempanya bekerja. Makin lama, Tisa makin kreatif dan produktif. Dia mengaku tak salah ambil keputusan sebab terbukti skenario karangannya yang difilmkan dengan judul London Love Story berhasil menarik takkurang dari satu juta penonton.
"Setiap kali punya satu tekad dan punya feeling yang kuat tentang hidupmu, bawa dalam doa, ikhlaskan aja prosesnya, nikmati perjuangannya itu. Pasti akan jadi indah," pungkasnya.