Brilio.net - Pelantikan Donald Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat Jumat (20/1) membuka lembaran baru hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Pemerintah Indonesia menunggu politik luar negeri yang akan dikeluarkan Trump.
Banyak yang menilai bahwa Trump akan mengeluarkan kebijakan yang sangat berbeda dari Barack Obama pendahulunya. Di zaman Obama hubungan Indonesia-AS terlihat cair dan harmonis. Berbalas kunjungan kenegaraan dilakukan dua pemimpin negara.
BACA JUGA :
Wanita ini pakai asparagus ramal nasib AS di bawah Donald Trump
Dan sejumlah fakta di bawah ini semestinya membuat optimistis bahwa Indonesia akan tetap menjadi prioritas dalam kebijakan politik luar negeri AS. Brilio.net merangkumnya dari Financial Times, Bloomberg, dan The Straitstimes.
1. Pertemuan kontroversial Setya Novanto dan Fadli Zon.
BACA JUGA :
Ini isi pidato terakhir Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat
Setya Novanto dan Fadli Zon selaku pimpinan DPR-RI menghadiri The 4th World Conference of Speakers Inter Parliamentary Union (IPU) di New York, AS, 31 Agustus-2 September 2015. Usai menghadiri acara konferensi tersebut, Setya Novanto menghadiri acara jumpa pers kampanye politik Donald Trump di New York, Amerika Serikat. Kehadiran Setya Novanto kemudian diperbincangkan publik dan menuai kontroversi.
Seusai kemenangan Trump, Fadli Zon kepada media mengungkap bahwa terpilihnya sosok 70 tahun itu justru bagus bagi Indonesia. Fadli meyakini hubungan Indonesia dan AS akan lebih baik. Hubungan dalam bidang investasi harus ditingkatkan.
"Saya kira hubungan dagang, investasi, harus ditingkatkan di Indonesia," kata Fadli.
2. Kerja sama dengan Hary Tanoesoedibjo.
Jauh sebelum Donald Trump mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat, pengusaha Indonesia sekaligus pemilik MNC Group Hary Tanoesoedibjo sudah melakukan kerja sama di bidang bisnis. Hary Tanoe mengatakan kerja sama tersebut dilakukan mulai 2015 silam. Bentuk kerja sama adalah dengan membangun resort mewah dan theme park di Lido, Jawa Barat dan di Tanah Lot, Bali.
Dalam wawancara dengan media asing, Hary Tanoesoedibjo yang juga datang menghadiri pelantikan Trump menyatakan bahwa kerja sama tersebut sama sekali tak ada konflik kepentingan. "Kami sama sekali tak memiliki proyek baru sejak dia (Trump) memutuskan maju sebagai presiden. Jadi saya pikir ya tak ada konflik kepentingan," ungkap pengusaha 51 tahun itu dalam wawancaranya di Trump International Hotel Manhattan, Rabu (18/1) sebelum terbang ke Washington menghadiri pelantikan Trump Jumat ini, dikutip brilio.net dari Straitstimes.
3. Trump didukung orang-orang yang berkaitan dengan Indonesia.
Rix Tillerson, mantan pimpinan ExxonMobil kandidat Menlu AS.
Sejumlah perusahaan besar yang memiliki keterkaitan proyek politik sensitif dengan Indonesia dihubung-hubungkan akan menjadi orang kepercayaan Trump di pemerintahan. Rex Tillerson, mantan chief executive ExxonMobil dinominasikan sebagai menteri luar negeri. Jika terpilih tentu akan memuluskan sejumlah proyek eksplorasi dan produksi di Tanah Air.
Selain Tillerson, Carl Icahn, konglomerat lainnya adalah pendukung Trump saat pemilihan. Icahn diketahui sebagai investor penting di Freeport-McMoRan, yang menjalankan roda bisnis penambangan terbesar dunia di bidang emas dan tembaga di Papua.
Nah dari sejumlah fakta di atas, terlepas dari kontroversi yang sempat mengemuka, Indonesia jelas masih memiliki magnet kuat secara ekonomi dan politik dengan AS. Nah, tinggal menunggu sikap Trump yang masih menjadi tanda tanya.