Brilio.net - Pejuang Taliban memasuki Istana Kepresidenan Afghanistan beberapa jam setelah Presiden Ashraf Ghani meninggalkan negaranya, tepatnya pada Minggu (15/8). Kondisi istana negara saat itu kosong, tampak seluruh pejabat sudah meninggalkan gedung tersebut.
Dilansir brilio.net dari edition.cnn.com, Senin (16/8), Taliban telah mengungkapkan pada pemerintah Afghanistan mengenai siapa yang akan memerintah negara itu, menyusul kemajuan pesat kelompok militan di seluruh negeri. Di mana Taliban berhasil merebut kekuasaan terhadap banyak kota dengan sedikit atau tanpa perlawanan. Namun tampaknya, usaha ini akan sedikit sulit karena kepergian Presiden Ghani.
BACA JUGA :
10 Potret skater cewek di Afghanistan, tetap ceria apapun kondisinya
Sebelumnya, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa pasukan Taliban akan mulai memasuki wilayah kota di mana pejabat pemerintah dan pasukan keamanan telah meninggalkan pos mereka, untuk menegakkan ketertiban.
"Pagi ini Imarah Islam mengeluarkan pernyataan bahwa pasukan kami berada di luar kota Kabul dan kami tidak ingin memasuki Kabul melalui cara militer," katanya.
"Namun, sekarang kami mendapat laporan bahwa kantor polisi distrik dievakuasi, polisi telah meninggalkan pekerjaan mereka untuk memastikan keamanan, juga kementerian dikosongkan dan personel keamanan pemerintah Kabul telah melarikan diri," pungkasnya.
BACA JUGA :
Kehadiran Nissa Sabyan dan Ayus di Malam Bainai Lesty bikin heboh
Presiden Ashraf Ghani mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan di Facebook bahwa dia telah meninggalkan Afghanistan. Ghani mengatakan dia meninggalkan negara itu untuk mencegah pertumpahan darah ketika Taliban memasuki wilayah Ibu Kota Kabul.
Ghani mengatakan bahwa dirinya percaya patriot yang tak terhitung jumlahnya akan menjadi martir dan kota Kabul akan hancur, jika dia tetap berada di sana.
"Taliban telah menang dengan penghakiman pedang dan senjata mereka, dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pertahanan diri warga negara mereka," ujar Ghani.
"Mereka sekarang menghadapi ujian sejarah baru. Entah mereka akan mempertahankan nama dan kehormatan Afghanistan atau mereka akan memprioritaskan tempat dan jaringan lain," sambungnya.