Brilio.net - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) kini sedang menjadi pusat perhatian dunia. Pertarungan sengit antara Donald Trump dan Joe Biden membuat banyak orang bertanya-tanya, siapa yang akan menjadi pemimpin negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
Terdapat dua kandidat utama yang pertama tentunya petahana dari Partai Republik, Donald Trump dengan pasangannya Mike Pence, sementara pesaingnya datang dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden AS era Barack Obama, yakni Joe Biden dan pasangannya Kamala Harris.
BACA JUGA :
Hasil Pilpres AS, Joe Biden semakin dekat dengan kemenangan
Siapapun yang akan menjadi pemimpin tentunya diharapkan bisa membawa perubahan, baik untuk negara itu sendiri dan juga negara-negara lainnya. Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Kamis (5/11), pemerintahan AS selama empat tahun terakhir menggelorakan proteksionisme dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Menurut pendukung Donald Trump, kepemimpinan presiden AS tersebut telah membawa keuntungan bagi rakyat Amerika, termasuk mengurangi ketergantungan terhadap impor negara lain.
Menurut The Diplomat, wilayah Asia Tenggara atau yang disebut sebagai Indo-Pasifik akan mempengaruhi kebijakan domestik AS, hal tersebut juga ditambah dengan masuknya peran China pada wilayah ini.
Donald Trump disebut melakukan sebuah "Inkoherensi" pada kebijakan luar negeri AS, yakni telah menjanjikan dukungan yang kuat kepada mitra Asia Tenggara untuk memperkuat tekad mereka dalam melawan kekuatan China yang berkembang. Kebijakan itu tidak hanya untuk membuat mereka gagal untuk berhadapan dengan urusan diplomatik yang lebih penting.
BACA JUGA :
Pilpres AS sedang berlangsung, kapan pemenang akan diumumkan?
Selama Trump menjabat disebutkan tidak baik bagi Departemen Luar Negeri AS dan karier Petugas Layanan Luar Negeri yang telah lama mewakili kepentingan dan nilai-nilai Amerika kepada dunia.
Kini harapan baru datang pada Joe Biden, jika Biden berhasil menjadi presiden, maka diperkirakan dia dapat membangun kembali hubungan ekonomi dan diplomatik dengan wilayah Asia Tenggara, termasuk dengan Indonesia.
Dalam program Inspirato Liputan6.com bertajuk "Kondisi AS Setelah Pilpres 2020", peneliti Hubungan Internasional CSIS, Andrew W Mantong mengatakan, Joe Biden dapat membawa keuntungan bagi wilayah Indo-Pasifik. Dia diperkirakan akan memimpin AS sama seperti gaya kepemimpinan Presiden Obama, di mana kerja sama multilateral akan diwujudkan.
Kemungkinan yang akan terwujud adalah lebih banyaknya investasi dalam diplomasi antara AS dan Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Jika Biden menang, sosoknya dinilai akan mulai memperbaiki banyak kekurangan yang terjadi selama beberapa tahun terakhir.
Sebagai anggota lama Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Biden dinilai akan mempelopori kebangkitan Departemen Luar Negeri AS. Dalam hal kebijakan Asia-nya, Biden akan memimpin "penyeimbangan kembali", yang perumusan dan penerapannya akan memperhatikan kepentingan kawasan dengan lebih serius.
"Joe Biden akan muncul dan mengeluarkan ASEAN dalam masalah kritis," ujar penasihat senior Biden, Anthony Blinken.
Lebih banyak diplomasi tidak selalu menjanjikan lebih banyak keefektifan, tetapi hal itu akan memunculkan kepastian bahwa kebijakan AS diformulasikan dengan lebih akurat dan tentu melibatkan negara-negara di Asia Tenggara.