Brilio.net - Negeri tirai bambu sedang mengalami peningkatan jumlah kelahiran dalam 10 bulan terakhir. Ini disebabkan pemerintah mulai memberikan kelonggaran terhadap program KB satu anak di negara tersebut.
Akibatnya, permintaan terhadap jasa baby sitter pun ikut meningkat. Sebagaimana diberitakan Straitstimes, Kamis (17/11), pada akhir Juni 2016 jumlah kelahiran yang terdaftar secara nasional adalah sebesar 8.310.000.
BACA JUGA :
10 Potret kondisi mencekam di Selandia Baru usai diguncang gempa bumi
Angka ini meningkat sebesar 6,9 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dari angka tersebut, 44,6 persen merupakan anak kedua. Ini berarti jumlah anak dalam satu keluarga terus meningkat.
Ledakan jumlah kelahiran bayi itu juga membuat permintaan tenaga kerja ikut meningkat. Sebuah sumber mengatakan, biaya mempekerjakan seorang pengasuh anak bisa mencapai 30.000 yuan, atau sekitar Rp 58 juta per bulannya. Angka itu meningkat dua kali lipat dibanding satu dekade yang lalu.
Sementara itu Du Yonghong, seorang supervisor di perusahaan penyedia jasa baby sitter juga mengatakan hal yang serupa. Permintaan untuk baby sitter terus melonjak seiring dilonggarkannya kebijakan keluarga berencana.
Para baby sitter tersebut biasanya akan mendapat bayaran sekitar 11.000 yuan atau Rp 21 juta dari perusahaan tempat mereka bekerja. Angka itu bisa meningkat hingga 13.800 yuan atau Rp 26 juta, tergantung pendidikan, keterampilan, dan reputasi mereka.
Sedangkan seorang pengasuh yang memiliki sertifikat "gold medal" dapat mendapat gaji antara 14.000 -15.000 yuan atau Rp 27 juta-Rp 29 juta. Gimana? Tertarik bekerja sebagai baby sitter di China?
BACA JUGA :
Anti-Trump bersenjata diduga menyusup, Trump diamankan saat kampanye