Brilio.net - Menurunnya jumlah pasien yang terjangkit virus corona di beberapa wilayah, membuat pemerintah setempat berencana untuk melonggarkan kebijakan pembatasan sosial dan bahkan menghentikan karantina wilayah. Kota Wuhan, China adalah salah satu contohnya. Pada awal April ini, otoritas setempat telah mencabut kebijakan masa isolasi wilayah atau lockdown.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan agar pencabutan kebijakan lockdown tersebut hendaknya tidak dilakukan secara terburu-buru.
BACA JUGA :
Gelombang kedua corona bisa melanda Indonesia, ini penjelasan ahli
Dengan kata lain, pihaknya meminta agar semua pihak tidak cepat berpuas diri dalam berperang melawan virus corona. Pasalnya, pencabutan masa lockdown dapat menyebabkan infeksi atas Covid-19 muncul kembali.
"Melihat ke belakang, saya pikir, kami mengumumkan keadaan darurat pada waktu yang tepat dan ketika dunia memiliki cukup waktu untuk merespons," katanya seperti dilansir oleh brilio.net dari BBC, Kamis (23/4).
Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus juga memperingatkan soal tren peningkatan kasus virus corona di Afrika, Eropa Timur, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di mana itu artinya, virus ini masih terus mengganas dan belum dapat dikendalikan.
BACA JUGA :
Warna kulit dokter Wuhan menghitam karena corona, ini potretnya
"Dan beberapa (negara) yang terkena dampak awal pandemi sekarang mulai melihat peningkatan kasus. Jangan salah - kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama," jelasnya.
Meski begitu, dirinya pun mengakui bahwa pemberlakuan physical distancing atau jaga jarak fisik tak berarti telah berhasil menekan penularan dari virus corona ini. Namun setidaknya, hal tersebut dapat bermanfaat bagi kesehatan masyarakat itu sendiri.
"Tidak ada pertanyaan bahwa perintah tetap di rumah dan langkah-langkah jaga jarak fisik lainnya telah berhasil menekan penularan di banyak negara. Tetapi virus ini tetap sangat berbahaya. Bukti awal menunjukkan sebagian besar populasi dunia tetap rentan. Itu berarti epidemi dapat dengan mudah menyalakan kembali. Salah satu bahaya terbesar yang kita hadapi sekarang adalah kepuasan diri," pungkasnya.