Brilio.net - 3D-printing bisa dikatakan telah menjadi primadona dan telah cepat berkembang untuk membuat plastik gizmos guna mencetak bagian-bagian mesin dari logam terberat yang digunakan dalam suatu pembangkit listrik. Bahkan, kini sudah ada generasi pesawat, yakni pesawat penumpang jenis Airbus yang menggunakan mesin dengan nozel bahan bakar 3D-printing.
Sejak September lalu, teknologi 3D-printing telah membantu menjalankan pembangkit listrik besar di dekat Ibu Kota Jerman, Berlin.
BACA JUGA :
5 Penemuan keren ini dijamin membuatmu berdecak kagum
Ini adalah pembangkit listrik yang sangat penting, kata Wolfgang Muller, Product Line Leader dari GE Power Services. Pembangkit dengan 3D-printing ini memiliki beberapa fakta yang sayang untuk dilewatkan. Apa saja?
1. Pembangkit listrik Berlin Mitte yang dioperasikan perusahaan listrik Vattenfall menggunakan tahap pertama mesin 3D-printing.
Pembangkit listrik Berlin Mitte yang dioperasikan perusahaan listrik Vattenfall menggunakan tahap pertama mesin 3D-printing dan tahap pertama baling-baling di dalam turbin gas alam tunggal milik GE. Setiap bagian memiliki berat sekitar 4,5 kilogram dan kira-kira seukuran laptop.
BACA JUGA :
5 Alasan batubara jadi primadona sebagai sumber energi listrik dunia
Muller mengatakan mesin tersebut membantu turbin berjalan lebih efisien dan membakar gas.
Ini adalah komponen 3D-printing terbesar secara global dalam turbin gas yang dioperasikan secara komersial, kata Muller lagi. 3D Printing sering dianggap sebagai salah satu komponen kompleks.
2. Metode 3D-printing ini memungkinkan untuk membuat lebih banyak jalur kompleks daripada pengecoran logam secara tradisional.
Ketika operator menjalankan mesin, komponen ini akan bercahaya dan memanas kira-kira 1.000 derajat Celsius (1.800 Fahrenheit) dan harus didinginkan dengan menggunakan udara.
Bagian-bagian dari mesin ini bisa dikatakan dapat menangani panas karena mesin ini dapat menangkap udara yang relatif dingin, sekitar 400 sampai 500 derajat Celsius, melalui saluran yang dipotong menjadi komponen untuk menurunkan suhu. Tetapi proses pendinginan ini juga mengurangi efisiensi turbin.
3D-printing, yang melibatkan pembangunan benda padat dari model digital dengan meletakkan ribuan lapisan dalam bahan di atas yang lain adalah cara lain yang bisa digunakan.
Metode ini memungkinkan para teknisi GE untuk membuat lebih banyak jalur kompleks daripada pengecoran logam secara tradisional.
foto: gereports.com
3. 3D-printing merupakan salah satu metode yang hemat dan efisien.
Struktur 3D-printing mencakup saluran udara yang rumit yang mendinginkan komponen lebih efisien. Muller mengatakan bahwa ketika semua menjadi perisai panas pada turbin maka 3D-printing akan mengurangi pendinginan aliran hingga 40 persen.
Dengan demikian hal tersebut dapat menghemat jutaan dolar dalam pengeluaran bahan bakar, serta biaya per tahun, ujarnya.
Salah satu turbin biasanya mengkonsumsi 10 kilogram bahan bakar setiap detik. Setelah 100 detik maka sudah melalui satu ton bahan bakar.
Perbedaan mencolok ada pada tahap pertama turbin, yang merupakan salah satu komponen terpanas di turbin. 3D-printing adalah bagian dari baling-baling yang telah menyebabkan penurunan 15 persen pada kebutuhan untuk pendinginan udara. Hal tersebut setara dengan sekitar USD 3 juta dalam penghematan bahan bakar per tahun.
4. 3D-printing adalah terobosan baru dalam desainer industri yang menggunakan program open-source dan algoritma.
Muller mengatakan bahwa 3D-printing telah menciptakan terobosan baru dalam desainer industri yang menggunakan program open-source dan algoritma. Hal itulah yang membedakan antara mesin ini dan mesin sebelumnya yang menggunakan metode pengecoran tradisional. Secara bertahap, 3D-printing menjadi bagian yang lebih besar dari industri manufaktur, setelah sebelumnya ada dalam dunia penerbangan.
Awal tahun ini GE juga Center for Additive Technology Advancement dekat Pittsburgh, di mana para peneliti di sana bereksperimen dengan cara-cara baru untuk mencetak komponen industri menggunakan laser bertenaga tinggi.
Danny D Kosasih, Co-Maker of MakeDoNia Makerspace, sebuah pioneer dari maker movement di Indonesia, memberikan pendapatnya mengenai teknologi 3D printing yang ada di Indonesia. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Danny:
1. Apa pendapat Anda tentang teknologi manufaktur yang tengah diadopsi di Indonesia, terutama pada 3D printing?
Kita masih dalam tahap adopsi awal untuk teknologi 3D printing ini. Sebagian besar penggunaan 3D printing ini masih dengan Hobbyist, Makers atau Technologists untuk mempercepat prototipe mereka. Ini masih belum ke pasar konsumen massal, alasannya lebih mengacu ke harga atau biaya. Tapi sekarang, kita telah bisa melihat lokal maker membuat 3D printing ini dengan biaya yang rendah.
2. Bagaimana hal tersebut (3D printing) mempengaruhi inovasi dan kemampuan teknologi di Indonesia?
Dalam 3 sampai 5 tahun dari sekarang, 3D printing akan banyak digunakan oleh tipe pengguna dari consumer to business dan juga business to business. 3D printing akan mempengaruhi ekosistem inovasi keseluruhan di Indonesia. Teknologi ini telah membantu untuk memicu gerakan Maker di Indonesia, dan itu akan menjadi alat yang umum digunakan oleh Makers untuk mendorong inovasi.
3. Apa pendangan Anda berkaitan dengan tren manufaktur di masa depan yang digunakan untuk memajukan di Indonesia?
Akan ada pergeseran tren Maker, terutama dalam pemodelan atau prototyping. Tren tersebut nantinya lebih terkolaborasi antara orang awam, konsumen, desainer, Makers dan produsen. Biaya 3D printing akan lebih rendah dalam 3 sampai 5 tahun ke depan, yang akan didorong oleh permintaan konsumen.
4. Menurut Anda, apa yang akan menjadi faktor kunci dalam membentuk inovasi di Indonesia dan kemampuan teknologi untuk tahun-tahun mendatang?
Ekosistem adalah faktor yang paling penting untuk inovasi dan memajukan kemampuan teknologi di Indonesia. Pertama adalah adanya peraturan dan dukungan pemerintah. Kedua, kurikulum akademik dalam membuat dan berinovasi. Ketiga, dana terutama dalam Penelitian dan Pengembangan. Last but not least, gerakan berbasis masyarakat yang berkolaborasi dan terlibat menjadi kunci dari munculnya inovasi-inovasi tersebut.