Brilio.net - Gerhana matahari total (GMT) terjadi ketika matahari, bulan dan bumi berada tepat sejajar. Terhalangnya cahaya matahari oleh bulan ini menyebabkan bayangan inti (umbra) bulan yang sampai ke permukaan bumi. Permukaan bumi yang dikenai oleh umbra ini merupakan wilayah yang mengalami gelap total.
Nah, berikut ini merupakan hal-hal seputar gerhana matahari yang penting kamu tahu, seperti dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (24/2):
1. Gerhana tidak terjadi setiap bulan
BACA JUGA :
Fenomena langit indah ini bakal terjadi sepanjang 2016, siap-siap ya!
foto: pics-about-space.com
Ketika mengelilingi bumi, bulan bergerak di orbitnya dengan kemiringan sekitar 5 derajat terhadap orbit rotasi bumi. Karena itu, bulan tidak selalu sejajar dengan bumi dan matahari ketika fase bulan baru dan bulan purnama. Fase bulan baru adalah ketika posisi bulan berada di antara matahari dan bumi, sedangkan fase bulan purnama adalah ketika posisi bumi berada di antara matahari dan bulan. Pada dua fase ini, bulan dapat berada di atas atau di bawah bumi. Inilah sebabnya gerhana tidak terjadi.
Seandainya tidak ada kemiringan tersebut di atas, yang artinya bulan selalu berada sejajar dengan posisi bumi dan matahari, maka akan ada 2 gerhana setiap bulan. Setiap fase bulan purnama, permukaan bumi tidak akan dikenai cahaya terang yang dipantulkan bulan karena justru terjadi gerhana bulan. Penampakan bulan bundar penuh akan menjadi fenomena langka bahkan tidak pernah terjadi. Begitupun ketika fase bulan baru, yang terjadi adalah gerhana matahari, karena cahaya matahari tidak sampai ke permukaan bumi terhalang oleh bulan.
2. Dampak GMT
foto: blog.eng.usm.my
Ketika GMT terjadi, temperatur permukaan bumi yang dilintasi gerhana akan turun sesaat sekitar 3 derajat Celsius. Pengaruhnya, uap air menjadi lebih mudah berkumpul sehingga lebih mudah terbentuk awan. Hewan-hewan malam pun akan bersiap-siap ke luar sedangkan hewan yang hidup di siang hari akan bersiap tidur karena menganggap GMT adalah datangnya malam hari.
3. Tidak semua lokasi bisa menyaksikan GMT
BACA JUGA :
Eclipse Festival, melihat gerhana matahari total sekaligus berwisata
foto: en.yibada.com
Diameter bulan adalah 3.474 km sedangkan bumi 12.742 km. Perbedaan ukuran ini menyebabkan hanya sebagian permukaan bumi yang dikenai bayangan bulan (umbra).
4. Waktu puncak GMT di setiap lokasi berbeda
foto: cs.astronomy.com
Durasi total gerhana matahari umumnya beberapa jam. Bayangan bulan bergerak melintasi beberapa belahan bumi dengan sangat cepat mencapai lebih dari 1.000 km/jam, sebagai akibat dari rotasi bulan serta rotasi bumi. Hal ini menyebabkan fase total GMT berbeda dan berlangsung singkat hanya sekitar 2 menit di masing-masing lokasi.
5. Gerhana matahari hibrid
foto: apod.nasa.gov
Selain gerhana matahari total (GMT), gerhana matahari cincin (GMC), dan gerhana matahari sebagian (GMS), ada pula Gerhana matahari hibrid (GMH). Gerhana ini merupakan penampakan GMT dan GMC secara bersamaan (bukan secara berurutan) dari tempat yang berbeda. Bentuk bumi yang bulat adalah penyebabnya. Ujung kerucut bayangan bulan bisa benar-benar sampai ke permukaan bumi, sehingga daerah yang dilewati melihatnya sebagai GMT. Bisa pula terjadi ujung kerucut bayangan bulan tergantung di atas permukaan bumi, sehingga lokasi di bawahnya melihatnya sebagai GMC.
6. Terjadinya GMT
foto: eclipse.gsfc.nasa.gov
GMT terjadi setiap 18 bulan (1,5 tahun) sekali. GMT yang melintasi Indonesia pernah terjadi pada 11 Juni 1983, 22 November 1984, 18 Maret 1988, 24 Oktober 1995. GMT berikutnya diperkirakan akan terjadi pada 20 April 2042 dan 12 September 2053. Sedangkan pada 20 April 2023 dan 25 November 2049, Indonesia akan dilewati gerhana hibrida.