Brilio.net - Apakah kamu sering terganggu dengan bunyi-bunyi kecil yang muncul seperti goresan kuku di papan tulis, kecapan orang yang sedang makan permen karet dan menyeruput minuman, atau bahkan suara detik jam? Jika kamu merasa terganggu, risih bahkan tersiksa dengan suara itu, berarti kamu termasuk dari 20 persen orang di dunia yang terkena misophonia. Lantas apakah hal ini berbahaya bagi kesehatan?
Dikutip brilio.net dari elitereaders, Kamis (2/3), misophonia yang juga disebut sindrom sensitivitas selektif suara, adalah suatu kondisi yang ditandai oleh kecemasan berlebihan jika mendengar suara yang sangat bising atau berada di dalam keramaian. Tidak diketahui penyebab misophonia, tetapi beberapa teori menyatakan bahwa penyebabnya berasal dari sistem saraf pusat saat menanggapi suara yang muncul.
BACA JUGA :
Gigi kuning terbukti lebih kuat ketimbang gigi putih, ini alasannya
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Northwestern University, Illinois, Amerika Serikat menemukan bahwa mereka yang hipersensitif terhadap suara adalah pribadi yang kreatif. Jadi, jika kamu merasa terganggu suara mengunyah, mungkin kamu adalah orang jenius. Semakin marah kamu saat mendengar suara orang mengunyah makanan, menunjukkan tingginya kecemerlangan otakmu.
Namun menurut penelitian dari Newcastle University di Inggris mengungkapkan jawaban yang berbeda. Mereka menemukan bahwa seorang pengidap misophonia memiliki perbedaan pada bagian otak, khususnya di lobus frontal, dengan orang-orang yang tidak menderita gangguan ini.
BACA JUGA :
Penelitian ungkap menonton film horor baik untuk kesehatan
Rupanya, ketika seorang pengidap misophonia mendengar suara yang menganggu, perubahan aktivitas otak terjadi dan mendorong otak untuk bekerja lebih keras dari biasanya. Tim peneliti juga menemukan bahwa pengidap misophonia mengalami peningkatan denyut jantung dan lebih banyak mengeluarkan keringat saat mendengar suara-suara kecil di sekitarnya.
"Studi ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada otak sebagai bukti untuk meyakinkan komunitas medis bahwa penyakit ini memiliki kedekatan dengan gangguan kecemasan," kata Dr. Sukhbinder Kumar dari Institute of Science di Newcastle University.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sekitar 20% dari populasi orang yang menderita misophonia, kaum wanita lah yang lebih sering terkena. Biasanya terjadi antara usia 9 dan 13.
Orang dengan misophonia membenci suara tertentu, disebut suara pemicu, yang akhirnya merasa tidak nyaman, cemas, marah, jengkel, dan dalam kasus yang ekstrem, kekerasan dan pikiran untuk bunuh diri atau dorongan untuk menghentikan atau membunuh siapapun atau apapun yang menjadi suara pemicu.
Misophonia dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang tetapi dapat ditangani melalui terapi suara dan konsultasi dengan psikolog. Pengobatan lainnya juga termasuk menggunakan alat bantu dengar, terapi antidepresan, dan terapi bicara.