1. Home
  2. »
  3. Ilmiah
24 Desember 2016 07:34

Gas alam jadi kunci keberlanjutan energi di masa depan

Listrik berbahan bakar gas alam dapat memenuhi kebutuhan energi untuk ekspansi.
+

Brilio.net - Energi terbarukan adalah penting, tetapi gas alam adalah kunci untuk meningkatkan keberlanjutan energi di dunia ini. Ada sedikit keraguan bahwa gas alam dapat membantu meningkatkan akses listrik di seluruh dunia. Bahkan, ada kasus yang menarik untuk dibahas bahwa gas alam adalah kunci untuk memungkinkan kebijakan energi berkelanjutan dan strategi di Amerika Serikat di masa mendatang untuk memungkinkan mengejar tantangan energi secara global.

Dikutip dari gereports.co.id, Sabtu (24/12), listrik berbahan bakar gas alam dapat memenuhi kebutuhan energi untuk ekspansi. Gas ini juga mampu menyediakan kapasitas baru yang diperlukan untuk meningkatkan dan variasi pasokan serta permintaan akan energi listrik. Gas alam adalah enabler untuk pendekatan yang lebih bijaksana guna keberlanjutan energi hari ini dan esok hari.

BACA JUGA :
5 Alasan batubara jadi primadona sebagai sumber energi listrik dunia

Keberlanjutan energi bagi bangsa apapun bergantung pada tiga pilar:

1. Akses keterjangkauan
2. Akses tanggung jawab
3. Akses lingkungan.

Namun tantangan energi tetap dimulai dengan yang namanya akses. Tantangan energi global untuk 50 tahun mendatang akan memenuhi kebutuhan 2 miliar lebih orang secara global, yakni dua kali lipat permintaan energi. Jadi harus fokus pada akses dan keterjangkauan, serta tentunya tidak mengorbankan tanggung jawab lingkungan.

BACA JUGA :
10 Sumber energi listrik yang menerangi malammu, sampah pun bisa!

Badan Energi Internasional telah memproyeksikan bahwa hampir 80 persen dari energi dunia akan terus dipasok oleh bahan bakar fosil pada tahun 2050. Bahan bakar ini berlimpah dan terjangkau. Dan melalui penyebaran canggih gas alam lewat teknologi. Tidak hanya profil biaya untuk pembangkit listrik saja, tetapi juga efisiensi dan dampak lingkungan, yang pada akhirnya meningkat.

Gas alam telah menyebabkan pertumbuhan kapasitas pembangkit baru di Amerika Serikat, karena menyediakan jalur yang paling efektif untuk mewujudkan keberlanjutan energi yang komprehensif untuk hari ini dan untuk masa depan.

Penyebaran energi terbarukan, pada skala global yang signifikan adalah untuk menyediakan akses energi kepada mereka yang membutuhkan. Tentunya perlu integrasi yang dioptimalkan dari pilihan energi tersebut, bukan terpacu pada pilihan satu atau yang lain.

Optimasi ini hanya dapat dicapai jika ditambah dengan:

1. Kapasitas yang diperlukan,
2. Fleksibilitas sistem,
3. Keandalan pasokan yang memenuhi kebutuhan keberlanjutan energi sejati.

Integrasi sistematis dan holistik dari energi terbarukan hanya akan dicapai jika akses ke energi benar-benar ditingkatkan, dengan energi tersebut dapat dijangkau dengan biaya yang kompetitif.

Indonesia
Indonesia merupakan salah satu eksportir LNG terbesar, bersama dengan Qatar, Australia, dan Malaysia. Gas yang dihasilkan oleh Indonesia dikonsumsi oleh importir LNG terbesar dunia pula seperti Jepang dan Korea Selatan, juga Inggris dan Eropa Selatan.

Indonesia juga merupakan pelabuhan cadangan dari berlimpahnya gas. Menurut BP Statistical Review pada tahun 2014, negara kepulauan ini memiliki 103,3 triliun kubik gas alam, atau setara dengan 1,6 persen dari cadangan total dunia.

Pemerintah sudah sangat jelas dengan sikap bahwa seharunya lebih banyak gas yang harus dialokasikan untuk pasar domestik. Dibandingkan dengan diesel, gas lebih murah dan jika mampu beralih dari komoditas bensin, hal itu berarti triliunan rupiah dapat ditabung negara. Selanjutnya, jika dilihat dari perspektif lingkungan, gas menawarkan sejumlah keunggulan kompetitif, termasuk tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, non-korosif dan bersih.

Di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemerintah telah menetapkan target untuk membangun tambahan kapasitas listrik yang menghasilkan 35.000 megawatt (MW) dalam waktu lima tahun untuk mendukung 7 persen target pertumbuhan ekonomi di tahun 2019. Sebanyak 13.400 MW dari total 35.000 akan dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar gas, seperti yang dikutip dari Jakarta Post, Maret kemarin. PT PLN (Persero) menghitung kebutuhan gas untuk review Program Pembangunan Pembangkit Listrik berkapasitas 35.000 MW mencapai 1.250 miliar British thermal unit per hari (BBTUD).

Meskipun menyimpan cukup cadangan signifikan gas alam dan masih merupakan eksportir utama LNG, produksi gas di Indonesia telah mulai berkurang. GE's Age of Gas melaporkan dan menyarankan pemerintah harus memperhatikan lebih dalam tentang sektor gas di negara tersebut. "Sebagai penemuan awal, utilitas nasional yang bangkrut tidak mampu untuk melakukan investasi tambahan dalam jaringan atau sumber daya sampai kekurangan tersebut sifatnya menjadi akut, dan menciptakan tekanan lebih lanjut pada pemerintah dan penduduk," ujar pihak GE's Age of Gas.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags