Brilio.net - Talking to a brick wall merupakan salah satu peribahasa dalam bahasa Inggris yang berarti berbicara ke orang yang tidak mau mendengarkan, atau dengan kata lain, perbuatan yang sia-sia dan mustahil. Tapi benarkah dinding tidak bisa mendengar?
Pertama kali kita tentunya harus bertanya apa artinya mendengar itu sendiri. Proses yang terjadi pada indera pendengaran manusia sendiri sebenarnya cukup kompleks. Namun secara singkat kita bisa menyebutkan bahwa pendengaran terjadi ketika gendang telinga manusia digetarkan oleh gelombang suara, baik yang timbul dari mulut manusia maupun dari sumber-sumber lain.
BACA JUGA :
6 Potret di balik layar Beauty and the Beast sebelum dipoles efek CGI
Tim dari GE Research yang terdiri dari Sara Underwood, Sid Ashar, dan Vanita Mani menafsirkan dinding yang bisa mendengar dengan membandingkannya dengan proses pendengaran pada manusia. Mereka mencoba mengukur getaran yang terjadi pada dinding ketika seseorang berbicara, dan kemudian mengonstruksi ulang getaran tersebut ke dalam percakapan yang dapat dipahami manusia.
Para peneliti ini memilih salah satu tembok termasyhur di dunia, Tembok Berlin, untuk melakukan percobaan ini. Menggunakan sensor akselerometer untuk mengukur getaran, tim GE Research mampu mendeteksi getaran pada dinding beton seperti tembok Berlin, yang terbuat dari beton dengan tebal 6-12 inci,sebagaimana dilansir brilio.net dari laman GE Reports Indonesia, Jumat (23/6).
Dalam percobaan tersebut, getaran dari suara seseorang yang membacakan buku cerita dari sisi barat Tembok Berlin dideteksi dan ditapis terlebih dahulu, dan kemudian diperdengarkan menggunakan speaker. Percobaan ini merupakan penerapan yang unik dari teknologi pengukuran getaran. Biasanya teknologi pengukuran getaran dari GE digunakan mencari masalah yang mungkin terjadi pada turbin gas, mesin pesawat terbang, dan mesin dan struktur lainnya.
BACA JUGA :
Mobil terbang siap mengudara tahun 2020, ini harga satu unitnya
Percobaan yang merupakan bagian dari tantangan yang berjudul Unimpossible Missions ini berawal permintaan kepada GE Research pada musim panas 2015, untuk melakukan tiga tugas yang dianggap mustahil. Tugas ini dan pemecahannya mencerminkan pekerjaan sehari-hari para ilmuwan di GE Global Research Center untuk menggarap pekerjaan yang sangat sulit dan dianggap tidak mungkin, dan kultur inovasi yang tumbuh dalam pusat-pusat riset tersebut.
Kultur inovasi inilah yang ingin ditularkan GE ke seluruh dunia, lewat kompetisi global bertajuk Unimpossible Missions: University Edition. Bekerja sama dengan NineSigma dan lebih dari 125 universitas ternama pada awal 2016, GE menawarkan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mematahkan peribahasa yang mencerminkan tugas-tugas yang dianggap mustahil. Pemenang kompetisi ini telah diumumkan pada 20 Juli 2016 lalu.
Christopher Nguyen, mahasiswa teknik biomedik University of Wisconsin Madison, memenangkan kompetisi dengan membongkar peribahasa you cant unring a bell, yang berarti mustahil membatalkan suatu hal yang telah dilakukan. Bila para peneliti GE di tembok Berlin berusaha membuat dinding lebih peka terhadap suara, Christopher Nguyen berusaha membungkam dentang lonceng gereja berukuran 1 ton.
Nguyen memperkirakan bahwa dia dapat menggunakan busa untuk mengisolasi dentang lonceng tersebut, dan melenyapkan gema yang tidak diinginkan. Menggunakan mikrofon dan sistem akustik bawah laut dari GE, dia menganalisis frekuensi dan amplitudo dari lonceng tersebut. Kemudian dari hasil analisis itu dia dapat menciptakan suara yang persis sama, namun dengan fase gelombang yang berlawanan. Ini akan menghasilkan interferensi destruktif, yang melenyapkan suara dari lonceng tersebut.
Untuk menguji sistem yang membungkam suara lonceng ini, para insinyur GE menaruh bayi yang sedang tidur ketika lonceng sedang berdentang.
Dari solusi brilian ini, Nguyen tidak hanya menerima beasiswa sejumlah USD 100.000, tetapi juga magang di GE Global Research Center di Niskayuna, New York.