Brilio.net - Keindahan Gunung Bromo memang nggak bakal ada habisnya jika diceritakan. Kekayaan panorama dan budaya yang melekat di dalamnya kerap membuat kesan tersendiri bagi para pengunjung. Terlebih jika menengok kehidupan khas masyarakat Suku Tengger.
Alasan inilah yang membuat tiga forografer melansir sebuah buku fotografi bertajuk Bromo, A Country Above The Clouds. Mereka adalah Hasiholan Siahaan XIV, Ali Masduki, dan Muhammad Sabki. Lewat lensa kamera, para fotografer ini merekam berbagai keindahan dan kekayaan budaya Bromo.
BACA JUGA :
Heboh pembangunan tugu nama dari pemerintah di Bromo tuai protes
Ini adalah salah satu cara kami mendokumentasikan Gunung Bromo dengan segala budayanya. Kita tak pernah tahu 10 hingga 20 tahun lagi Bromo akan seperti apa, ujar Hasiholan kepada briilio.net beberapa waktu lalu di Jakarta.
Fotografer yang sudah 15 tahun lebih berkecimpung di media nasional ini dikenal memiliki antusiasme yang tinggi terhadap pelestarian kekayaan alam dan warisan budaya Indonesia.
BACA JUGA :
7 Fakta Jazz Gunung Bromo yang perlu kamu tahu, nomor tujuh catat ya
Buku fotografi Bromo ini merupakan buku ke-5 yang ia luncurkan. Sebelumnya Hasiholan juga pernah meluncurkan buku fotografi yang memuat keindahan Danau Toba.
Memotret menurut saya adalah cara paling sederhana untuk melestarikan budaya Indonesia, yang hasilnya dapat dinikmati masyarakat dari seluruh dunia, pada generasi sekarang dan yang akan datang. Saya percaya hasil fotografi ini dapat menjadi salah satu karya abadi dan kelak dapat menjadi bukti otentik sejarah, lanjut Hasiholan.
Sementara menurut Ali, Bromo adalah anugerah dari Tuhan untuk masyarakat Indonesia yang menjadi surga kecil di Jawa Timur. Bromo dengan segala keindahannya menyimpan segudang budaya yang layak direkam lewat lensa.
Kehidupan masyarakat Suku Tengger menggambarkan lokalitas yang sangat luar biasa. Bromo memang luar biasa. Pasirnya seakan membisikkan kita untuk selalu ke sana, kata Ali.
Yang cukup menarik, karya para fotografer semakin menakjubkan setelah mendapat dukungan dari PT Astra Graphia dengan mencetak hasil foto mereka menggunakan mesin Fuji Xerox Versant 80 Press yang dirancang untuk operasional cetak digital.
Menurut Direktur PT Astra Graphia Tbk Arifin Pranoto, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kekayaan alam dan melestarikan warisan budaya dari nenek moyang kita. Seperti buku fotografi Bromo ini, yang menggabungkan hobi dengan aksi sosial menjadi sebuah karya.
Kami merasa bangga dan terhormat atas kesempatan untuk berkontribusi pada pelestarian budaya bangsa melalui pencetakan buku fotografi Bromo, ujar Arifin Pranoto.
Melalui peluncuran buku ini, para fotografer ingin mengajak anak-anak muda Indonesia untuk turut peduli dan berpartisipasi melestarikan kebudayaan di Indonesia.