Brilio.net - Perkembangan Teknologi yang begitu pesat saat ini merambah hampir di semua sektor kehidupan, termasuk di bidang pariwisata dan lingkungan hidup. Fakta inilah yang disaksikan Brilio.net di Geosite Hutan Granit Bukit Peramun, Pulau Belitung dalam acara kunjungan desa binaan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) bertajuk Kafe BCA On The Road, Sabtu (9/11).
Wilayah kawasan hutan yang menjadi habitat Mentilin (Tarsius Bancanus Saltator) atau yang oleh masyarakat sekitar disebut Pelilian ini merupakan salah satu destinasi wisata hijau nan unik. Wilayah ini sekaligus menjadi desa wisata berbasis digital. Desa ini menerapkan virtual guide dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris).
BACA JUGA :
7 Lifehack jenius kurangi plastik di rumah, gampang dan praktis
"Satu hal lain yang menjadi keunggulan Bukit Peramun yaitu mengaplikasikan teknologi virtual guide untuk lebih memanjakan pengunjungnya dalam berwisata," urai Executive Vice President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA Inge Setiawati.
Buat Sobat Brilio yang berkunjung ke sini jangan heran ya jika di hampir semua pohon yang tumbuh di vegetasi ini diberi kode pindai (barcode) atau tanda beberapa titik putih.
BACA JUGA :
10 Kota di dunia punya kebijakan khusus demi selamatkan bumi
Ketua Komunitas Arsel sekaligus penanggung jawab Desa Binaan Bukit Peramun Adie Darmawan (kiri), Executive Vice President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA Inge Setiawati (tengah), dan Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F Haryn (kanan) saat di Desa Wisata Bukit Peramun, Sabtu (9/11).
Penandaan ini bukan untuk gaya-gayaan biar dibilang kekinian. Apalagi sampai kalian berpikir barcode itu untuk menunjukan harga pohon ya. Fungsi barcode berisi informasi mengenai jenis pohon tersebut dalam bentuk teks.
Jadi ketika pengunjung ingin tahu mengenai nama tumbuhan tersebut tinggal pindai saja barcode yang tertera menggunakan aplikasi pembaca kode pindai di smartphone. Nanti akan muncul keterangan pohon tersebut baik nama lokal maupun latin. Selain itu ada juga informasi mengenai ukuran, karakter, hingga manfaatnya.
Nah di bagian akhir informasi kerap disisipkan imbauan agar pengunjung selalu menjaga kebersihan. Tinggalkan Kenangan Anda di Sini, Jangan Tinggalkan Sampah di Sini," begitu pesan yang tertulis.
Selain kode pindai, ada tanda yang menggunakan susunan titik putih berlatar hitam. Fungsi tanda ini juga sama dengan kode pindai. Isinya mengenai informasi jenis pohon. Bedanya informasi yang ditampilkan bukan dalam bentuk teks semata, melainkan audio visual. Informasi tersebut bisa dilihat melalui aplikasi Kenali Pohon (Kepo).
"Jadi pengunjung tinggal mendekatkan saja kamera smartphone mereka ke tanda tersebut. Nanti akan muncul keterangan pohon. Ada penjelasan suara dan videonya," ujar Ketua Komunitas Arsel sekaligus penanggung jawab Desa Binaan Bukit Peramun Adie Darmawan atau yang kerap disapa Adong.
Hanya saja aplikasi Kepo belum diluncurkan untuk publik, baik melalui Android maupun iOS. Untuk saat ini aplikasi tersebut hanya bisa digunakan pemandu wisata Bukit Peramun. Tujuannya untuk mempermudah mereka memberikan penjelasan kepada pengunjung. Rencananya aplikasi ini baru akan diluncurkan awal tahun depan.
Yang jelas aplikasi ini akan membantu pengunjung mendapatkan informasi mengenai jenis dan manfaat pohon yang ada di Bukit Peramun hanya dengan memanfaatkan smartphone.