Brilio.net - Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang besar bagi semua sektor. Salah satunya adalah pariwisata. Bagaimana tidak, dengan kunjungan wisatawan ke suatu daerah dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah pariwisata tersebut. Selain itu, kunjungan wisatawan mancanegara juga menjadi penyumbang terbesar devisa negara. Namun sejak pandemi, pariwisata di Indonesia nyaris mati.
Hal itu yang dirasakan oleh pariwisata di Bali. Sebagai destinasi yang menjadi favorit turis mancanegara, sejak pandemi angka kunjungan menurun drastis bahkan bisa dikatakan nol. Hal itu diungkapkan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa. Ia mengatakan Bali merupakan salah satu daerah yang hampir 55 persen pertumbuhan ekonominya bersumber dari sektor pariwisata. Selama pandemi tentu berpengaruh dan menurun drastis karena tidak adanya kunjungan wisatawan ke Bali.
BACA JUGA :
Jauh dari keramaian, 5 spot agrowisata Bali ini cocok untuk keluarga
"Bali berfokus pada kunjungan wisatawan mancanegara. Tahun 2019 kemarin, perhari wisatawan mancanegara yang datang sebanyak 6,3 juta dari Tiongkok, Australia, India, Inggris, dan Amerika. Sementara Wisatawan nusantaranya sendiri dalam perhari sebanyak 22 ribu, tapi sejak pandemi perhari hanya 9 orang, bisa dikatakan zero lah," ujar Putu saat dihubungi Brilio.net melalui sambungan telefon, Kamis (26/11).
Selain itu juga, karena tidak adanya wisatawan membuat bisnis hotel dan restoran nyaris mati. Hal itu membuat banyak karyawan-karyawan di sektor pariwisata dirumahkan, bahkan ada yang di-PHK karena perusahaan tidak bisa memberikan upah dikarenakan tidak adanya pemasukan.
BACA JUGA :
Rekomendasi 5 destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat akhir tahun
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali/Putu Astawa
foto: Brilio.net/Syifa Fauziah
Bali kan punya banyak sekali kamar hotel, total ada 146 ribu tapi sekarang paling ramai ke isi hanya 10 kamar. Restoran pun sama, yang biasanya ramai turis, kini mereka memilih untuk tutup karena sepi pengunjung," ucapnya.
Kini, hampir 8 bulan berlalu, pariwisata Bali sudah mulai bangkit. Meskipun belum dibukanya gerbang internasional, namun wisatawan nusantara yang datang ke Bali sudah cukup meningkat. Dari yang awalnya 9 orang naik jadi 3 ribu, kini sudah mencapai hampir 10 ribu wisatawan nusantara yang datang ke Bali.
"Bertahan di awal 9 Juli, kita buka yang lokalan, kita evaluasi aman, kemudian kita buka yang untuk nusantara, dari Jawa dan Sumatera masuk Bali dari 31 Agustus dengan catatan tidak membawa virus ke Bali, dibuktikan dengan PCR dan rapid tes. Akhirnya banyak yang datang," tuturnya.
Tak hanya kepada wisatawannya saja yang harus menerapkan protokol kesehatan, Putu mengatakan setiap tempat wisata, hotel, dan juga restoran pihaknya akan menjalankan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability). Hal itu menjadi jaminan berwisata aman di masa pandemi dari Kemenparekraf.
"Beberapa destinasi wisata sudah memiliki sertifikat CHSE. Pelan-pelan akan kita ajukan untuk semuanya (hotel, restoran, transportasi, dan objek wisata) agar wisatawan merasa lebih aman saat berwisata ke Bali," jelasnya.
Untuk semakin memberi kepercayaan masyarakat bahwa Bali sudah aman dikunjungi, setiap tempat wisata di Bali dijaga ketat oleh satpol PP dan juga aparat kepolisian untuk mengingatkan kepada wisatawan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan terutama saat libur weekend dan libur nasional.
"Di tempat wisata juga kita sudah sediakan cuci tangan, pengukur suhu. dan pemberlakuan jaga jarak," ucapnya.
Tak hanya dari segi protokol kesehatannya saja yang diupayakan oleh Pemerintah Daerah Bali. Tapi juga Bali melakukan inovasi-inovasi untuk menarik kunjungan wisatawan. Salah satunya adalah dengan menerapkan wellness tourism atau wisata kebugaran. Mengingat keindahan alam di beberapa daerah di Bali masih sangat sejuk dan asri menjadikan Bali memiliki potensi untuk wellness tourism.
Wakil ketua Tim Percepatan Pariwisata Badung dan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung I Gusti Ngurah Rai Surya Wijaya, mengatakan bahwa Bali sebenarnya sudah mencanangkan untuk menjadikan Bali sebagai wisata wellness sejak 2012 lalu, namun sejak munculnya pandemi Covid-19 pihaknya makin serius untuk menjalani program tersebut.
Wakil ketua Tim Percepatan Pariwisata Badung dan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)/Badung I Gusti Ngurah Rai Surya Wijaya
foto: Brilio.net/Syifa Fauziah
"Kita melihat tren liburan sekarang sudah berubah dan peminatnya banyak. Wisatawan sekarang saya lihat kalau berlibur bukan hanya sekadar senang-senang tapi juga untuk healing atau penyembuhan, untuk recharge pikiran. Jadi kita manfaatkan momen itu, apalagi di tengah pandemi ini," tutur Surya.
Surya menambahkan beberapa tempat di Bali seperti Tabanan, Bangli, dan Ubud bisa jadi rekomendasi untuk membuat tubuh menjadi lebih bugar setelah berlibur di Bali. Selain itu, wisatawan juga banyak yang melakukan pengobatan tradisonal untuk menyehatkan tubuh.
"Bisanya mereka (wisatawan) melakukan yoga, healing, meditasi. Meraka juga melakukan pengobatan tradisonal sebagai kearifan lokal yang menarik, nanti disajikan makanan dan minuman yang dapat meningkatkan imun tubuh," jelasnya.
Surya mengatakan saat ini tren berlibur juga masyarakat lebih memilih untuk menghindari keramaian, jadi pihaknya akan terus mengembangkan desa wisata di Bali yang akan menerapkan protokol kesehatan dan juga kenyamanan para wisatawan.
"Dari segi pembayaran juga kita akan menerapkan lebih banyak menggunakan cashless untuk menghindari contactless," ucapnya.
Rupanya, tak hanya Bali yang terdampak pandemi Covid-19 tapi juga seluruh daerah di Indonesia. Salah satunya adalah Belitung. Wakil Bupati Belitung, Isyak Meirobie mengatakan hampir 90 persen wilayah Belitung tedampak. Hal itu membuat penurunan wisatawan yang datang ke Belitung menurun drastis hingga 80 persen.
"Kebanyakan wisatawan kita ini dari Jakarta, jadi kalau Jakartanya lockdown tidak akan ada wisatawan yang masuk," ucap Isyak
Namun setelah memasuki era New Normal, sudah mulai banyak wisatawan yang berkunjung ke Belitung. Meskipun belum signifikan, namun Isyak mengatakan jumlahnya sudah lebih baik. Ia juga mengatakan bahwa di Belitung sendiri merupakan salah satu daerah yang jumlah pasien positif corona rendah, sehingga Belitung cukup aman untuk dikunjungi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Wakil Bupati Belitung/Isyak Meirobie
foto: Instagram/@isyakmeirobie
"Kami sangat paham masyarakat sangat rindu untuk berlibur dan kami sebagai masyarakat Belitung sangat mengharapkan kehadiran wisatawan tentunya dengan protokol kesehatan ketika datang dari bandara maupun dari laut," kata Isyak.
Tak hanya mengharapkan kunjungan wisatawan, pihaknya pun melakukan inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Isyak mengatakan bahwa saat ini tren berlibur wisatawan berubah. Mereka memilih untuk berlibur di area ruang terbuka untuk menghindari kerumunan. Beruntungnya banyak destinasi wisata di Belitung yang lebih banyak eksplor alam.
"Belitung mempersiapkan geosite atau Geopark Belitung sebagai bagian bagian dari kandidat Unesco Global Geopark. Geosite tempat berlibut paling pas karena kembali ke alam dan kita jadi lebih gampang menjaga jarak dan kami bisa membatasi jumlah orang yang hadir di setiap geosite," tuturnya.
"Jadi kita ingin menjaga wisatawan agar ketika datang ke Belitung tidak terkena Covid dan masyarakat juga aman dari Covid, tradisi lokal juga tetap terjaga. Sama-sama happy lah," sambungnya.
Isyak menjelaskan geosite ini merupakan gabungan dari Kabupaten Belitung dan Belitung Timur dan disebut sebagai Belitung Geopark. Ada banyak geosite yang ada di wilayah Belitung seperti Juru sebrang, bukit peramun, kuale granit mangrove, pantai tanjung kelayang, pantai batu bedil, dan masih banyak lagi. Banyak hal menarik yang didapatkan wisatawan bila datang ke Geopark Belitung. Mulai dari keanekaragaman dan latar belakangnya berbeda.
"Belitung kan khas dengan batu-batu granit yang lebih tua dari jaman jurassic sampai tambang tertua di Asia. Jadi banyak pilihan untuk wisatawan," ungkapnya.
Selain itu, nantinya akan dihadirkan experience tourism dimana wisatawan akan diajak untuk mencoba berbagai kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas masyarakat asli Belitung. Misalnya membuat terasi, belajar membatik hammering dengan daun khas Belitung, dan juga membuat tembikar dari tanah liat, hingga membuat kerupuk ikan khas Belitung yang sangat terkenal.
"Sehingga mereka bisa merasakan experience tourism yang nantinya ada sertifikatnya. Bahwa mereka sudah lulus jadi pelaku tembikar, pembuat terasi dan sebagainya. Ini yg sedang kita persiapkan dari bagian ekonomi kreatif," tuturnya.
Hal yang tak kalah penting adalah, Belitung akan menyiapkan Ojek Pariwisata, di mana Dinas Pariwisata Belitung bekerjasama dengan platform ojek online untuk memberi edukasi kepada para ojek dan taksi online dalam bagaimana mereka melayani wiasatawan.
"Kami lihat banyak banget wisatawan yang datang naikojek dan taksi online tapi kalau ditanya soal pariwisata Belitung mereka nggak tahu. Jadi kami training mereka, setelah lulus kemudian kami launching helm yang ada tulisan pariwisata, jaketnya juga ada bordiran pariwisata. Jadi dengan ojek dan taksi onlie, wisatawan bisa dengan mudah bertanya soal destinasi wisata, makanan dan lain sebagainya," pungkas Isyak.