Brilio.net - Mengenal tempat sejarah di Jogja memang sangat banyak. Mulai dari keraton, masjid, makam hingga museum. Nah kali ini, brilio.net akan mengajak kamu untuk mengenal Museum Bahari yang ada di Jogja.
Museum Bahari merupakan museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia. Museum yang didirikan pada 25 April 2009 oleh Laksamana Madya TNI Didik Heru Purnomo ini memiliki sejumlah koleksi barang yang berhubungan dengan kelautan.
BACA JUGA :
Kursi jati saksi amarah Pangeran Diponegoro atas penyergapan Belanda
"Museum ini didirikan ya karena kecintaan Pak Didik Heru terhadap kelautan dan keresahannya pada generasi muda yang sudah mulai luntur pemahaman terhadap bidang kelautan, sehingga rumahnya ini dijadikan museum," kata Agus, pengelola Museum Bahari, Jumat (18/11).
Didirikannya Museum Bahari Jogja ini dengan tujuan untuk membuka wawasan dan pengetahuan tentang kelautan dalam arti seluas-luasnya bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi generasi muda. Dengan mengenal kemaritiman secara lebih dekat, diharapkan generasi muda sebagai harapan bangsa lebih mencintai laut dan memberdayakan sumber daya kelautan.
Museum ini bisa kamu kunjungi mulai dari hari Selasa hingga Minggu. Tak perlu merogoh uang banyak cukup dengan Rp 2.000 kamu bisa mengunjungi museum, berfoto dan bisa mendapatkan pengetahuan sejarah bahari.
BACA JUGA :
5 Serunya jalan-jalan ke Museum Kereta Api Ambawara, bak ke masa lalu
Museum Bahari Jogja juga memiliki beberapa koleksi di antaranya:
1. Torpedo Rusia
foto: Feni Listiyani
Museum Bahari Jogja memiliki koleksi senjata, salah satunya adalah torpedo SAET 50 buatan Rusia. torpedo SAET 50 (Samonavodiashaiasia Akustisticheskaia Elektricheskaia Torpeda) adalah torpedo jenis homing akustik yang ditenagai teknologi elektrik. Torpedo ini saat diluncurkan langsung dapat mencari sasaran sendiri berdasarkan suara baling-baling atau material magnetik yang dipancarkan oleh badan kapal target. Ledakan dari SAET ini mencapai berat 375 kg dan teknologi homing akustik pasif torpedo ini dapat mencapai sasaran mulai dari jarak 600-800 meter.
2. Kompas magnet
foto: Feni Listiyani
Kompas magnetik pertama kali ditemukan dan digunakan sebagai alat untuk meramal pada tahun 200 SM atau awal Dinasti Han Tiongkok. Kemudian teknologi magnetik ini diadopsi oleh Dinasti Song pada abad ke-11. Kompas magnet merupakan koleksi Museum Bahari Jogja yang digunakan untuk navigasi kapal.
3. Radar
foto: Feni Listiyani
Radar merupakan singkatan dari radio detection and ranging, yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah suatu sistem gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak dan alat untuk mengetahui posisi kapal.
4. Display Control Radar Navigasi
foto: Feni Listiyani
Display control radar navigasi, berfungsi untuk menampilkan (Layar monitor echo). benda-benda permukaan di laut yang ditangkap oleh reflektor.
5. Peluru
foto: Feni Listiyani
Selongsong peluru berbagai kaliber (40 mm-120 mm) dari senapan di KRI (kapal perang Republik Indonesia)
6. Macam-macam teropong laut
foto: Feni Listiyani
Teropong masuk dalam salah satu alat keselamatan kapal, sehingga alat ini wajib ada pada setiap kapal. Walaupun kecanggihan teknologi sudah mampu mendeteksi keberadaan objek lain di sekitar kapal, namun teropong masih diperlukan untuk memastikan langsung wujud objek di kejauhan.
Teropong di kapal, memiliki spesifikasi di antaranya antiair, antifog, serta dilengkapi stabilizer. Selain itu untuk di kapal, biasanya ada teropong yang dipasang menempel di salah satu sudut kapal, serta ada juga yang tidak menempel dan dapat dibawa ke mana-mana.
7. Pakaian dinas
foto: Feni Listiyani
Pakaian dinas upacara (PDU), yakni PDU I (memakai pedang), II, III (tanpa pedang), dan IV (lengan pendek). Pakaian Mayoret TNI, pakaian dinas lapangan (PDL) Marinir, pakaian pilot TNI AL, seragam wanita TNI AU.
reporter: mg/Feni Listiyani