1. Home
  2. ยป
  3. Jalan-Jalan
26 Maret 2024 23:23

Pepeng si penyeduh kopi tanpa gula ciptakan vibes coffee shop bak klinik, bikin Derby Romero ketagihan

Penikmat kopi dilayani orang per orang layaknya di sebuah klinik. Terasa lebih privat menikmati kopinya. Devi Aristyaputri
foto: brilio.net/devi aristya putri

Brilio.net - Cuaca panas di siang hari menyelimuti kota Yogyakarta saat pulang kerja membuat suasana hati terasa lelah. Penatnya menjalani keseharian setelah bekerja membuat tim brilio.net tertarik ngopi sebentar. Saat itu, tujuan yang sudah ada di kepala adalah Klinik Kopi. Nama kedai kopi satu ini sekilas agak unik, jika dibandingkan dengan coffee shop pada umumnya. Inilah yang membuat tim brilio.net penasaran dan ingin mencoba secangkir kopi di sana.

Perjalanan dari kantor yang berada di pusat kota ke Klinik Kopi membutuhkan waktu 30 menit. Kepulan asap kendaraan yang begitu pekat, membuat tim brilio.net tidak sabar untuk sampai di Klinik Kopi yang berlokasi di Jalan Kaliurang KM 7.8, Sinduharjo, Ngaglik Sleman, Yogyakarta.

BACA JUGA :
Barista Innovation Challenge 2022 jaring peracik kopi sustainable coffee drink


Agak sulit untuk menemukan kedai Klinik Kopi. Lokasinya memang terlalu 'mblusuk' dan agak jauh dari jalan utama. Sebagai patokan agar tidak kesasar, saat sampai di titik Google Maps, kamu akan melihat tatanan bambu nan rapat. Di situlah kedai Klinik Kopi berada.

foto: brilio.net/devi aristya putri

BACA JUGA :
Kopi Darat, acara ini bantu barista memperkaya kreasi racikan kopi  

Sesampainya di sana, tampak sejumlah kendaraan bermotor yang terparkir rapi di halaman, begitu juga deretan mobil. Setelah mengamati suasana di luar, tim brilio.net langsung masuk ke dalam kedai. Namun di sini ada yang agak mengusik pikiran, kedai kopi tersebut tampak sepi orang. Mulai diselimuti perasaan bingung, akhirnya ada seorang pegawai cafe yang menyuruh tim brilio.net masuk ke area dalam.

Setelah masuk, ada pemandangan yang tidak didapatkan di cafe mana pun. Tampak ada tiga hingga lima orang berada di area tersebut. Mereka tengah mengantre dengan kertas bernomor urut untuk menikmati secangkir kopi bikinan sang barista.

foto: brilio.net/devi aristya putri

"Ambil nomor antrean masuk aja ke dalam," ucap salah seorang lelaki yang sedang berkunjung.

Sembari menunggu nomor antrean, terdengar sayup-sayup perbincangan yang begitu asyik antara penyeduh kopi dengan sang customer. Situasi tersebut benar-benar menggambarkan kamu berada di sebuah klinik, namun bukan untuk berobat. Melainkan menikmati secangkir kopi. Dari sini, tim brilio.net langsung mendapatkan jawaban kenapa tempat ini disebut Klinik Kopi.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya nomor antrean tim brilio.net dipanggil oleh Pepeng, si barista. Ia pun mempersilakan tim brilio.net untuk masuk ke ruangan barista. Ruangan itu tertata rapi, mulai dari meja yang dipenuhi mesin kopi, beberapa toples berisi biji kopi, dan ada selingan mainan mobil-mobilan. Sementara itu, di balik meja ada dinding yang dilengkapi dengan beberapa cangkir kopi dan alat penyaring.

"Konsepnya kita ngelayanin secara personal gitu. Nggak yang dicampur gitu, jadi personal. Kalau yang datang rombongan yang dilayani satu nggak dicampur. Pasti obrolannya pasti beda," jelas Pepeng saat ditemui di Klinik Kopi belum lama ini.

foto: brilio.net/devi aristya putri

Saat tim brilio.net sudah duduk di depan meja barista, Pepeng memberikan satu pertanyaan "Mau kopi yang soft atau strong?". Karena tidak suka kopi yang terlalu pekat, akhirnya tim brilio.net memilih racikan yang soft.

Ada alasan tertentu kenapa Pepeng bertanya selera kopi pada customer. Hal tersebut dikarenakan Klinik Kopi tidak menyediakan buku menu. Selain itu, saat kamu datang ke kedai kopi ini, tidak menawarkan cappucino atau latte, seperti coffee shop pada umumnya.

foto: brilio.net/devi aristya putri

Dulu ngurus furniture, kini meracik kopi sedap favorit para artis.

Sembari meracik kopi, Pepeng mulai bercerita mengenai berdirinya Klinik Kopi. Sebelum terjun ke dunia perkopian, Pepeng merupakan seorang pekerja kantoran di bidang furniture. Setelah sekian lama bergulat dengan pekerjaannya itu, ia memutuskan resign. Kemudian barulah ia fokus mendirikan Klinik Kopi yang saat ini menjadi pekerjaan utamanya.

"Dulu kerja kantor di furniture, terus 2013 resign. Terus udah fokus di sini," ujar Pepeng.

Sejak tahun 2013 itu, Pepeng sudah menyeduh kopi ribuan cangkir. Setiap cangkir tidak hanya disajikan bersama obrolan yang asyik saja, namun cita rasanya yang pekat dan enak tentu dibuat dengan racikan pas di lidah.

Tak asal meracik, Pepeng memiliki pengetahuan yang kuat mengenai biji kopi dan cara menyajikan. Ilmu membuat kopi ini didapatkannya secara otodidak. Tidak hanya itu, Pepeng menggunakan metode penyeduhan (brewing) yang dipilih dengan cara mudah dan murah. Hal ini meyakinkan semua orang bahwa kopi ini bisa dimiliki dan dinikmati oleh siapa pun.

foto: brilio.net/devi aristya putri

Di samping itu, tidak adanya gula ataupun cream mematahkan kesan pahit pada secangkir kopi. Hal tersebut dikarenakan Klinik Kopi berfokus pada biji arabika light roasted, yang artinya proses penyangraian biji berlangsung tidak terlalu lama. Dengan begitu, biji kopi tidak gosong dan rasa pahitnya tidak terlalu kuat. Dengan menerapkan proses penyeduhan yang tepat, secangkir kopi bisa menghasilkan rasa manis dan kecut.

"Biji light roasted ini jarang dipakai sama cafe lainnya. Soalnya punya tekstur keras. Jadi bisa ngerusak grinder," jelas Pepeng.

foto: brilio.net/devi aristya putri

Penikmat kopi yang selama ini datang ke Klinik Kopi tidak hanya warga lokal. Kedai kopi ini sudah menjadi salah satu destinasi wajib para wisatawan saat berkunjung ke Jogja.

Tempat kedai kopi yang masuk ke dalam gang ini banyak diketahui dari mulut ke mulut. Selain itu, ada hal unik lainnya yang membuat kedai kopi semakin dikenal yaitu melalui film Ada Apa Dengan Cinta jilid 2 (AADC 2).

Ya, kedai kopi milik Pepeng ini sempat masuk ke dalam salah satu scene film yang dibintangi Dian Sastro dan Nicholas Saputra itu. Bagai ketiban durian runtuh, nasib baik yang diperoleh Pepeng ini berasal dari unggahan seorang pengunjungnya di media sosial. Pengunjung tersebut diketahui kenalan sutradara terkenal yaitu Riri Riza.

"Dari situ, Riri tanya itu di mana? Oh di Jogja ada? Mas Riri langsung Dm 'Halo saya Riri Riza'," kata pria yang saat ditemui brilio.net waktu itu menggunakan pakaian serba hitam.

Mengetahui keberadaan Pepeng yang berada di Jogja, membuat Riri Riza langsung mendatanginya ke kedai. Menurut penuturan Pepeng, ketika Riri Riza datang, keduanya langsung ngobrol mengenai project yang dibuat sang sutradara.

"Peng, nanti kamu ngobrol sama Dian, pas di kamera biar nggak canggung. Langsung ketemu set, ngobrol," ujar Pepeng menirukan penuturan Riri Riza kala itu.

Melalui film AADC 2 itu membuat lingkungan pertemanan Pepeng mulai berkembang. Klinik Kopi kini makin dikenal hingga di kalangan artis, seperti Derby Romero dan Sherina.

"Derby itu hari kedua sampai ke sini lagi karena pengin dilayani personal. Hari pertama aku video kan, 'Mas Peng nanti nggak boleh difoto yah'," ujar Pepeng mengenang pertemuannya dengan bintang film Petualangan Sherina tersebut.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags