Brilio.net - Mangir dikenal sebagai perkampungan tua di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Mangir adalah cagar budaya menarik namun masih belum dikenal secara luas oleh masyarakat.
Di dusun tersebut banyak terdapat situs bersejarah yang sangat jarang dieksplorasi. Hanya orang-orang yang tertarik dengan hal bernuansa spiritual saja yang datang ke tempat peninggalan Ki Ageng Mangir tersebut.
BACA JUGA :
15 Lokasi Instagrammable di Batam ini bikin kangen piknik
Beberapa waktu lalu, brilio.net mengunjungi situs petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo tersebut. Dari buku tamu yang ada, banyak umat Hindu yang bersembahyang ke tempat tersebut. "Hampir semua Presiden RI pernah datang ke sini," kata Retno Utari (57) pengelola cagar budaya tersebut.
Papan nama situs Mangir
BACA JUGA :
15 Objek wisata ikonik dunia ini wajib dikunjungi sebelum punah
Menurut cerita yang diperoleh Retno, jauh sebelum berdirinya Mataram Islam, Mangir merupakan tanah perdikan (bebas dari upeti atau pajak) yang dipimpin oleh Ki Ageng Mangir dan keturunannya. Selama ratusan tahun desa ini dipimpin oleh Ki Ageng Mangir I hingga Ki Ageng Mangir IV, yaitu Wanabaya III.
Mangir pada perjalanannya dianggap sebagai desa yang memberontak karena menolak tunduk di bawah Mataram. Panembahan Senopati mencari cara untuk menaklukan Ki Ageng Mangir dan merelakan putrinya Retno Pembayun untuk merayu Mangir. Beberapa versi cerita kematian Ki Ageng Mangir disebutkan ia dibunuh saat berada di rumah mertuanya.
Pada awal tahun 1900 an cerita itu masih ada. Namun situs peninggalan Mangir tak dikelola dengan baik. Hingga ada sosok orang tua bernama Mbah Bali yang kemudian mengaku mendapat wangsit untuk mengelola petilasan tersebut. Mbah Bali mengelola selama 30 tahun dan membangun kompleks petilasannya menjadi bagus seperti ini dengan biaya pribadi.
"Dahulunya komplek petilasan ini merupakan kebun pohon bambu yang wingit dan dikeramatkan masyarakat sekitar. Namun dengan segala upaya Mbah Bali dapat membangun dan melestarikan petilasan Ki Ageng Mangir sesuai dengan wangsit yang ia dapat pada tahun 1984 melalui mimpinya," kata Retno Utari. Retno adalah putri dari Mbah Bali yang kini menjadi penerus pengelola situs.
Retno Utari (57), pengelola situs Mangir
Setelah dipugar dan diperbaiki, petilasan Ki Ageng Mangir menjadi objek wisata yang indah. Kompleks ini menawarkan pemandangan yang sejuk dan alami sehingga pengunjung akan merasa nyaman dan betah untuk berlama-lama di kampung ini.
Desa yang berdekatan dengan Kali Progo ini juga memberikan pemandangan yang indah, para pengunjung dapat menikmati naik gethek yang merupakan transportasi untuk menyeberangi Kali Progo. Di dalam situs Mangir juga terdapat banyak spot yang instragamable untuk mereka yang suka selfie.
Kebanyakan pengunjung yang datang ke petilasan Ki Ageng Mangir adalah orang-orang yang ingin berwisata spiritual. Menurut Retno, petilasan ini menjadi tempat wajib untuk sembahyang bagi umat Hindu.
Berikut beberapa foto-foto lain di kompleks petilasan Mangir:
1. Gerbang masuk KampungMangir
2. Situs Petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo, di kanan kirinya ada batu Lingga Yoni
3. Batu Gilang
4. Surau, Peninggalan Ki Ageng Mangir untuk beribadah. Surau tersebut berusia hampir 200 tahun, dan belum pernah diganti apapun bangunannya