Brilio.net - Selama ini mungkin kamu mengenal Yesus dengan penggambaran sosok lelaki dengan wajah seperti orang Timur Tengah. Tumbuh tinggi, kulit putih, memakai jubah hingga perwajahan disesuaikan dengan kultur dan karakter yang lekat dengan zaman ketika Yesus hidup.
Namun hal tersebut tidak akan kamu temui di gereja yang satu ini. Gereja ini bernama Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang terletak di Bantul, Yogyakarta. Bukan saja bangunan gereja yang mirip pendopo dan juga candi, tapi sosok Yesus di gereja ini juga ditampilkan dalam versi kebudayaan Jawa bercampur dengan Hindu.
Patung Yesus tampak duduk di kursi dengan mengenakan pakaian dan aksesori laiknya penggambaran dewa pada zaman kerajaan Hindu di Jawa. Aksesori yang digunakan seperti gelang tangan, gelang kaki, kalung dan juga mahkota nyaris membuat orang tak mengenali jika itu adalah Yesus.
Tidak hanya itu, patung Bunda Maria dan juga para malaikat juga digambarkan dalam kebudayaan Jawa dan Hindu. Patung Bunda Maria tampak duduk menggunakan kemben dan memangku Yesus kecil.
Menurut Pastor Romo Yohanes Krismanto, patung Yesus tersebut merupakan wujud dari inkulturasi agama Katolik dengan kebudayaan Jawa. Hal tersebut dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa agama harus menyatu dengan kebudayaan masyarakat setempat.
"Kalau mau diceritakan, perjuangannya memang cukup panjang. Dulu gereja ini dibangun oleh dua orang Belanda bernama Joseph dan Julius Smutzer, mereka dulu punya pabrik gula. Mereka ingin masyarakat beribadah namun tidak meninggalkan kebudayaan," ujar Romo Yohanes saat ditemui brilio.net, Rabu (13/1).
BACA JUGA :
Bangunan unik gereja di Indonesia, dari mirip rumah adat hingga masjid
Pembuatan patung Yesus versi Jawa di Gereja Hati Kudus Yesus Ganjuran sempat mendapatkan penolakan dari Vatikan. Penentangan itu karena pada masa itu belum lazim sosok Yesus digambarkan dalam kebudayaan lokal.
BACA JUGA :
Diduga buntut tragedi Tolikara, pintu gereja di Purworejo juga dibakar
"Saat dibuat pada 1924, patung Yesus itu dikirim ke Vatikan buat mendapatkan persetujuan. Namun, selalu ada perubahan-perubahan diminta Vatikan. Sampai akhirnya dalam Konsili 1965, peleburan Katolik dengan kebudayaan lokal diperbolehkan dan patung Yesus versi Jawa pun secara resmi digunakan," terang Romo Yohanes.
Ada dua patung Yesus di gereja tersebut. Satu berada di pendopo yang bisa digunakan untuk kebaktian dan satunya berada di dalam candi. Romo Yohanes menjelaskan bahwa gereja ini terbuka untuk siapa pun, bahkan bagi yang tidak beragama Katolik pun boleh berkunjung untuk berwisata.