Brilio.net - Berbicara soal Jogja, tentu tak melulu wisata alam dan kulinernya saja. Di Kota Gudeg ini nyatanya juga terdapat banyak wisata religi, salah satunya adalah masjid, tempat peribadatan orang Islam.
Masjid Pathok Negoro Plosokuning misalnya. Bertempat di Jalan Plosokuning Raya 99, Minomartani, Ngaglik, Sleman, masjid ini adalah masjid yang memiliki banyak nilai historis di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada awalnya, tujuan dibangunnya masjid ini adalah sebagai benteng spiritual Keraton Yogyakarta, terutama untuk menjaga spirit Islam dan tradisi Jawa saat itu.
"Masjid Pathok Negoro Plosokuning ini adalah bagian dari grand design pendirian Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, karya Sultan Hamengku Buwono I. Masjid ini tua sekali, usianya sudah ratusan tahun," kata Takmir Masjid sekaligus Pengelola Cagar Budaya Masjid Pathok Negoro Plosokuning, Kamaludin Purnomo, ketika ditemui brilio.net beberapa waktu lalu.
BACA JUGA :
Warteg Glagahsari, warung Tegal legendaris pertama di Jogja
foto: agib tanjung/brilio.net
Menurut cerita masyarakat sekitar masjid, sejarah pemberian nama Plosokuning ini unik lantaran diambil secara spontan. Nama Plosokuning diambil dari nama salah satu pohon, yakni ploso, yang kebetulan letak pohonnya tak jauh dari masjid. Banyaknya dedaunan ploso yang saat itu berwarna kekuningan akhirnya menjadi inspirasi pemberian nama masjid ini. Jadilah nama Plosokuning.
Selain sejarah nama Plosokuning, diceritakan Kamal, masjid ini diberi nama Pathok Negoro karena berkaitan dengan imam-imam yang diberi wewenang menjaga masjid pada saat itu. Mereka mempunyai tugas penting sebagai penasihat negara, penasihat kerajaan. "Sehingga orang Jawa saat itu bilang yang paling gampang, ya Pathok Negoro," ujarnya.
BACA JUGA :
'Rindu Kanjeng Nabi', sholawat milenial ala Gus Fuad Plered dan ROFA
foto: agib tanjung/brilio.net
Menurut Kamal, masjid yang terletak di wilayah Yogyakarta utara ini merupakan masjid pertama yang ada di tanah Jogja. Meski sebenarnya masih ada lagi tiga Masjid Pathok Negoro yang juga dibangun oleh Sultan HB I, seperti Masjid Jami' An-Nur Mlangi (wilayah barat), Masjid Ad-Darojat Babadan (wilayah timur), Masjid Nurul Huda Dongkelan (wilayah selatan).
Namun dari beberapa catatan sejarah lainnya menyebutkan Masjid Plosokuning di Jogja ada lima, di mana wilayah selatan selain Masjid Nurul Huda Dongkelan juga terdapat satu masjid lagi, yakni Masjid Taqwa Wonokromo.
"Masjid ini ada di sebelah utara, timur, selatan, dan barat. Yang utara ya Masjid Plosokuning ini, yang juga dikenal dengan nama Masjid Jami'. Dan kalau merujuk pada banyak tulisan atau literatur yang ada di keraton, ini memang masjid pertama dan paling tua di Jogja. Sebab menurut catatan sejarah menuliskan bahwa Keraton Ngayogyakarta berdiri tahun 1755, sedangkan masjid ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1724," kata Kamal.
Jika merujuk pada data tahun tersebut, artinya Masjid Pathok Negoro Plosokuning sendiri saat ini sudah berusia 294 tahun alias nyaris tiga abad.
foto: agib tanjung/brilio.net
Mengenai pemimpin dari masing-masing masjid, Kamal menuturkan bahwa setiap Masjid Pathok Negoro sejak awal selalu dipimpin kiai alias alim ulama dalam agama Islam. Masjid Pathok Negoro Plosokuning sendiri dipimpin Kiai Mustofa sebagai sosok kiai pertamanya.
"Jadi dari pertama berdiri sampai sekarang memang di masing-masing masjid ini selalu ada kiainya. Kalau di sini misalnya, yang paling pertama ada Kiai Mustofa, yang dulu diberi gelar Pathok Negoro I. Kiai Mustofa itu cucunya Mbah Kiai Nur Iman, dan Mbah Nur Iman itu kakaknya Sultan HB I," papar pria berusia 54 tahun ini.
foto: agib tanjung/brilio.net
Di Masjid Jami' Pathok Negoro Plosokuning ini sampai sekarang masih menjaga tradisi-tradisi Islam peninggalan nenek moyang, antara lain seperti ritual sholawatan, saparan, dan ruwahan. Tak heran jika masih banyak masyarakat luar Jogja selalu tertarik mengunjunginya, baik untuk mengikuti ritual keagamaan atau sekadar wisata religi serta mengabadikan foto kenang-kenangan di masjid tersebut.
"Karena selain menjaga fisik masjid yang merupakan sejarah besar, tradisi Islam dan budaya Jawa ini harus tetap kami lestarikan terus menerus," terang Kamal.
foto: agib tanjung/brilio.net
Selain bangunan masjid yang sangat bersejarah, tak jauh dari Masjid Jami' Pathok Negoro Plosokuning juga terdapat peninggalan sumur milik Sultan Hamengku Buwono I. "Letaknya sebelah selatan masjid. Sumur inilah yang menjadi pesanggrahan Sultan HB I, atau lebih tepatnya dinamakan Pesanggrahan Pangeran Mangkubumi," tambah Kamal.
Sekadar diketahui, pesanggarahan adalah rumah peristirahatan atau penginapan yang biasanya dimiliki pemerintah. Pada zaman kolonial, kata yang umum digunakan dalam bahasa keseharian adalah 'pasanggrahan'. Cara penulisan itu juga banyak terabadikan di dokumen-dokumen kuno masa Hindia Belanda.
foto: agib tanjung/brilio.net
Hingga kini, masjid tertua di Jogja ini tetap berdiri kokoh dan asri. Suasananya yang sangat Islami dan menyejukkan semakin terasa karena hadirnya beberapa pondok pesantren yang letaknya tak jauh dari Masjid Pathok Negoro Plosokuning ini.
"Pondok pesantren yang pertama ya ada di masjid ini, dan berdiri nggak lama setelah masjid ini jadi. Kemudian beberapa pondok pesantren lainnya mulai berdiri. Sampai sekarang ada 6 pondok pesantren di sini. Tapi ya belum lama juga usianya, mungkin baru sekitar 10-15 tahunan. Rata-rata pondok pesantren baru semua," imbuh Kamal menutup perbincangan.