Brilio.net - General Electric (GE) Indonesia tidak pernah berhenti untuk berkontribusi dalam mempersiapkan SDM andal untuk menghadapi persaingan di masa mendatang. Setelah berkontribusi pada Global Leader Exprerience (GLE) beberapa waktu lalu, GE menggelar Dare to Lead pada 28-29 September 2016.
Kali ini peserta yang hadir sebanyak 30 mahasiswa yang berasal dari tujuh perguruan tinggi yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), Universitas Indonesia (UI), Universitias Bina Nusantara (Binus), Universitas Trisakti, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), dan Universitas Sampoerna.
BACA JUGA :
Alasan kamu perlu ningkatin keahlian untuk imbangi kecerdasan mesin
Acara yang berlangsung di Kantor GE yang terletak di South Quarter ini diisi pemaparan teori, kunjugan lapangan, serta lebih banyak sharing. Bahkan saat makan bersama pun, para siswa didampingi manager atau general manager yang ada di lingkungan GE Indonesia untuk berbagi bersama sambil bersantai. Saat berada di ruangan pun, para peserta juga menghabiskan waktu mereka dengan bermain yang menonjolkan kebersamaan.
Peserta misalnya bermain game connect, sebuah permainan yang merangsang mereka untuk mengenal lebih jauh tentang peserta lain. Game ini diadakan pada awal-awal acara. Ada juga game Lead Out yang merangsang mereka untuk bekerja sama dengan baik. Sharing dan permainan bersama ini secara tidak langsung membuat mereka menyadari pentingnya kerja sama.
Rudy Afandi, HR Director GE Indonesia, menyebutkan bahwa perusahaan memperhatikan karakter mulai pertama kali mereka menyeleksi SDM yang akan mereka rekrut. Sebab bekerja di sebuah perusahaan tidak hanya semata-mata bagaimana seseorang mempunyai skill knowledge yang bagus, tapi juga bagaimana bekerja sama, berkolaborasi, dan semua aspek tentang karakter.
BACA JUGA :
Anak-anak muda ini belajar kembangkan kota pintar lewat teknologi
Apalagi dunia bisnis pasti berubah dari waktu ke waktu, sehingga butuh sosok yang selalu siap untuk mengantisipasi perubahan. Dia mencontohkan, beberapa dekade sangat sedikit orang yang memprediksikan perusahaan yang berbasis digital dan internet akan merajai dunia bisnis. Namun saat ini terbukti Google, Facebook dan lainnya mewarnai bisnis dunia.
Sekarang banyak profesi yag dulu mungkin tidak dibayangkan seperti SEO (Search Engine Optimization) manager, chief listening officer, atau tea taster (perasa tes), dan lainnya. Jangan pernah merasa puas dengan sukses diraih saat ini, karena masa depan itu sangat panjang, jelas Rudy.
Persaingan dunia kerja juga terjadi antar negara. Banyak SDM Indonesia yang kurang percaya diri saat bersaing dengan negara lain. Akibatnya banyak posisi penting yang dijabat oleh SDM dari negara lain. Padahal skill SDM Indonesia tidak kalah, bahkan dari sisi karakter pun banyak nilai lebih yang dimiliki SDM Indonesia yang bisa ditonjolkan. Dia mencontohkan, orang Indonesia atau orang Asia pada umumnya, mempunyai sifat humble, mudah akrab, dan lainnya.
Dia juga menambahkan setiap SDM mempunyai kemampuan dan passion yang bisa dimaksimalkan untuk menggali potensi mereka. Acara ini bertujuan untuk turut mempersiapkan mahasiswa sebelum mereka menetas ke dunia kerja dan kompetisi global, jelas Rudy.
Mochamad Fajar, mahasiswa semester V Jurusan Teknik Mesin UI bersyukur bisa ikut acara ini. Menurutnya, kesempatan ini tidak mudah didapatkan mengingat dia harus bersaing dengan sekitar 300 mahasiswa lain yang mengajukan diri menjadi peserta Dare to Lead. Saat seleksi kami diminta untuk membuat video tentang rencana masa depan dan memperkenalkan diri dengan singkat, ujar Fajar.
Fajar mengaku secara pribadi dia penasaran tentang program pengembangan diri dan karakter yang ditujukan kepada mahasiswa sebelum bersaing di kompetisi global. Program seperti ini diadakan apakah karena karakter SDM Indonesia yang kurang bersaing atau di negara lain juga banyak dilakukan untuk mahasiswa.
Fajar menyebutkan walaupun karakter dan kepercayaan diri itu penting, dia tetap memberikan perhatian besar pada peningkatkan skill knowledge. Mengingat bagaimanapun antara skill knowledge dengan karakter itu harus bisa berjalan bersama.
Kita sering mendengar SDM negara lain mempunyai karakter yang lebih bagus. Hal ini mungkin disebabkan kebiasaan dan disiplin yang mereka lakukan sejak dini. Sementara di Indonesia, disiplin dan pembentukan karakter kurang diperhatikan. Bahkan untuk pola hubungan antara mahasiswa dan dosen pun harus dituliskan di ruang dosen. Seperti mahasiswa harus sampaikan salam dan lainnya. Ini menunjukkan pembentukan karakter tidak berjalan secara natural, tambah Fajar.
Azka Quamila Yisrina, mahasiswa jurusan Teknik Elektro ITS, menyebutkan bahwa dia semakin mengerti kenapa karakter sangat dipentingkan selain skill knowledge. Baginya acara Dare to Lead tidak hanya penting untuk meningkatkan kepercayaan diri, tapi di sini dia juga bisa belajar tentang bagaimana bekerja sama dan berkolaborasi.
Seperti simulasi mengelola sebuah kegiatan secara bersama. Pada dasarnya tidak ada alasan bagi SDM Indonesia untuk tidak percaya diri. Apalagi skil kita sebenarnya tidak kalah degan SDM negara lain, jelas Azka.