6. Anemia
BACA JUGA :
Waspada penyakit lupus, kenali penyebab, gejala dan cara mengatasinya
Anemia menyebabkan otot melemah karena tubuh kekurangan sel darah merah atau hemoglobin yang cukup untuk mengangkut oksigen ke jaringan, termasuk otot. Hemoglobin dalam sel darah merah bertanggung jawab untuk membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ketika kadar hemoglobin rendah, otot tidak menerima oksigen yang cukup untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan selama aktivitas fisik. Kekurangan oksigen ini mengakibatkan penurunan efisiensi metabolisme energi dalam otot, menyebabkan kelelahan cepat, kelemahan, dan penurunan performa otot. Selain itu, anemia juga dapat mempengaruhi stamina dan daya tahan tubuh secara keseluruhan, membuat seseorang merasa lelah dan lemah bahkan dengan aktivitas ringan.
7. Hipotiroidisme
BACA JUGA :
Mengenal bipolar disorder penyakit yang sempat diderita Mike Tyson hingga alami perubahan mood ekstrem
Hipotiroidisme menyebabkan kelemahan otot karena kelenjar tiroid yang kurang aktif menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang tidak mencukupi, yang penting untuk berbagai fungsi tubuh, termasuk metabolisme otot. Hormon tiroid membantu mengatur metabolisme energi dalam sel otot, dan kekurangannya dapat menyebabkan penurunan sintesis protein dan gangguan dalam proses pemulihan dan perbaikan otot.
Hipotiroidisme juga dapat menyebabkan penumpukan glikosaminoglikan dalam jaringan otot, yang mengakibatkan pembengkakan dan kekakuan otot. Kombinasi faktor-faktor ini menyebabkan penurunan kekuatan dan massa otot, meningkatkan kelelahan, dan memperlambat pemulihan otot setelah aktivitas fisik, sehingga otot menjadi lemah dan kurang efisien.
8. Distrofi otot
Distrofi otot adalah sekelompok penyakit genetik yang menyebabkan melemahnya dan hilangnya massa otot secara progresif. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi gen yang mengganggu produksi protein yang diperlukan untuk membentuk dan memelihara otot yang sehat. Salah satu bentuk paling umum adalah distrofi otot Duchenne, biasanya muncul pada anak-anak dan menyebabkan kelemahan otot yang semakin parah dari waktu ke waktu.
Gejala umum dari distrofi otot termasuk kesulitan berjalan, hilangnya refleks, kram otot, dan masalah dengan koordinasi. Seiring berjalannya waktu, kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi jantung dan pernapasan, mengakibatkan komplikasi serius. Meskipun belum ada obat untuk distrofi otot, perawatan seperti fisioterapi, obat-obatan, dan intervensi bedah dapat membantu mengelola gejala dan memperlambat perkembangan penyakit.
9. Myositis
Myositis adalah kondisi peradangan otot yang menyebabkan kelemahan otot, nyeri, dan kadang-kadang pembengkakan. Penyebab myositis bervariasi, termasuk infeksi, penyakit autoimun, dan reaksi terhadap obat-obatan.
Dalam penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan otot yang sehat, menyebabkan peradangan kronis. Gejala myositis mencakup kelemahan otot yang berkembang secara bertahap, sering kali dimulai pada otot-otot besar di dekat batang tubuh seperti pinggul, paha, bahu, dan leher. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bangun dari duduk, mengangkat lengan, atau mendaki tangga. Pengobatan untuk myositis biasanya melibatkan penggunaan obat antiinflamasi, imunomodulator, dan terapi fisik untuk mengurangi peradangan dan meningkatkan kekuatan serta fungsi otot.
10. Dehidrasi
Dehidrasi dapat menyebabkan otot melemah karena air sangat penting untuk fungsi otot yang optimal. Ketika tubuh kehilangan terlalu banyak cairan melalui keringat atau urin tanpa penggantian yang memadai, volume darah dan cairan tubuh secara keseluruhan berkurang. Hal ini mengurangi suplai darah ke otot, yang penting untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan otot untuk berkontraksi dengan kuat dan efisien. Selain itu, dehidrasi juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, seperti natrium dan kalium, yang diperlukan untuk kontraksi otot yang normal. Akibatnya, otot menjadi lemah, rentan terhadap kejang, dan kelelahan, karena tidak mendapatkan pasokan energi dan nutrisi yang cukup.
11. Penuaan
Usia memengaruhi kekuatan dan fungsi otot karena terjadi perubahan alami dalam jaringan otot seiring bertambahnya usia. Proses penuaan menyebabkan penurunan massa otot, yang dikenal sebagai sarcopenia, serta penurunan kekuatan otot dan daya tahan.
Kemampuan otot untuk memperbaiki dan memperbaharui dirinya juga menurun seiring bertambahnya usia, sehingga otot lebih rentan terhadap cedera dan membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama. Faktor lain seperti penurunan kadar hormon, penurunan aktivitas fisik, dan peningkatan peradangan juga berkontribusi pada melemahnya otot pada usia tua. Oleh karena itu, penting untuk menjaga aktivitas fisik yang teratur dan seimbang serta konsumsi nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan kekuatan dan fungsi otot sebaik mungkin seiring bertambahnya usia.
12. Kehamilan
Kehamilan dapat menyebabkan otot perempuan melemah karena terjadi perubahan hormonal dan fisik yang signifikan selama periode ini. Hormon seperti estrogen dan relaxin meningkat selama kehamilan untuk membantu persiapan tubuh untuk melahirkan, namun, mereka juga dapat mengendurkan ligamen dan otot, meningkatkan risiko cedera otot.
Peningkatan berat badan selama kehamilan juga menempatkan tekanan tambahan pada otot, terutama pada otot punggung, panggul, dan perut. Kombinasi faktor ini dapat menyebabkan kelemahan otot dan ketidaknyamanan fisik selama kehamilan, yang memerlukan perawatan khusus seperti latihan kekuatan yang aman dan dukungan postur tubuh yang baik untuk membantu mengurangi risiko kelemahan otot.
13. Pengaruh obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan dapat menyebabkan kelemahan otot sebagai efek sampingnya. Contohnya statin untuk menurunkan kolesterol, dapat menyebabkan miopati atau kerusakan otot yang dapat menyebabkan kelemahan otot. Obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, seperti beta-blocker, juga dapat menyebabkan kelemahan otot dengan mengurangi kontraksi otot dan aliran darah ke otot.
Penggunaan obat antijamur tertentu, seperti fluconazole, juga dapat mengganggu fungsi otot dengan mempengaruhi metabolisme sel. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum menggunakan obat-obatan tertentu dan memahami potensi efek sampingnya, termasuk kelemahan otot, agar tindakan pencegahan atau penanganan yang sesuai dapat dilakukan.
14. Gangguan psikis
Kecemasan dan depresi dapat membuat otot lebih lemah melalui serangkaian mekanisme fisik dan psikologis. Kondisi ini seringkali menyebabkan peningkatan kadar hormon stres seperti kortisol, yang dapat menyebabkan pembongkaran protein otot dan mengganggu proses regenerasi otot. Selain itu, gangguan mood ini juga dapat mengurangi motivasi dan energi untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan kekuatan dan kehilangan massa otot karena kurangnya latihan.
Kecemasan dan depresi sering kali menyebabkan gangguan tidur, yang dapat mengganggu proses pemulihan otot yang penting selama istirahat malam. Akibatnya, kelemahan otot dapat menjadi lebih merasakan, menciptakan siklus negatif di mana penurunan kekuatan otot menyebabkan peningkatan gejala kecemasan dan depresi, yang pada gilirannya dapat memperburuk kelemahan otot.
15. Penyakit kronis
Penyakit kronis seperti TBC, HIV, stroke, hepatitis, diabetes, dan berbagai penyakit lainnya dapat menyebabkan otot semakin lemah karena berbagai alasan. Misalnya, TBC dan HIV dapat menyebabkan kehilangan massa otot karena infeksi kronis dan dampak sistemik yang merusak jaringan tubuh.
Stroke mengganggu jalur saraf yang mengontrol otot, mengakibatkan kelemahan atau kelumpuhan. Hepatitis dapat menyebabkan kerusakan hati, yang dapat mempengaruhi kemampuan tubuh dalam metabolisme protein yang penting untuk otot.
Diabetes seringkali terkait dengan neuropati diabetik, yang dapat mengganggu fungsi saraf yang mengendalikan otot. Semua ini dapat mengakibatkan penurunan kekuatan otot dan kemampuan untuk berkontraksi dengan baik, mempengaruhi mobilitas dan kualitas hidup penderita.