1. Home
  2. »
  3. Kesehatan
16 Juli 2021 20:25

16 Penyebab rematik, kenali gejala, penyebab, dan cara mencegahnya

Penyakit rematik tak hanya menyebabkan nyeri saja, tetapi dapat pula memicu kerusakan organ vital, seperti paru-paru, jantung, sistem saraf. Tita Meydhalifah
foto: pexels.com

Brilio.net - Rematik merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak dialami masyarakat. Rematik sendiri merupakan kondisi peradangan pada sendi akibat gangguan autoimun atau sistem kekebalan tubuh. Tak hanya persendian saja, rematik juga menyebabkan nyeri pada otot, tendon, dan tulang.

Rematik tidak hanya terdiri dari satu jenis saja, tetapi terdiri dari 100 jenis rematik. Namun, rematik yang paling sering dialami banyak orang, di antaranya rheumatoid arthritis, osteoartritis, asam urat, sindrom sjogren, lupus, dan ankylosing spondylitis.

BACA JUGA :
17 Manfaat daun dewa, dapat mengobati penyakit rematik hingga kanker


Dikutip dari Mayo Clinic, penyakit rematik tak hanya menyebabkan nyeri saja, tetapi dapat pula memicu kerusakan organ vital, seperti paru-paru, jantung, sistem saraf, ginjal, kulit, hingga mata.

Gejala rematik.

Gejala dari rematik pada setiap jenisnya pun cukup berbeda, namun gejala umum yang kerap dialami oleh penderita rematik, di antaranya:

- Nyeri sendi.
- Pembengkakan pada persendian.
- Rasa kaku pada sendi yang biasanya berlangsung selama satu jam pada pagi hari.
- Area sendi terlihat kemerahan dan suhunya lebih hangat.
- Bagian persendian tidak dapat bergerak dengan bebas.
- Merasa kelelahan.

BACA JUGA :
10 Tanaman obat untuk penyakit asam urat dan rematik, aman dikonsumsi

Melansir laman John Hopkins Medicine, para ahli belum mengetahui penyebab utama dari penyakit rematik. Bahkan, tiap jenis rematik pun memiliki pemicu yang berbeda-beda. Meskipun penyebab utama belum diketahui, terdapat beberapa faktor yang dianggap menjadi pemicu terjadinya rematik.

Penyebab rematik.

Nah, berikut brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Jumat (16/7), pemicu dari terjadinya penyakit rematik.

1. Faktor genetik.

foto: pexels.com

Dikutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention, faktor genetik atau keturunan memiliki pengaruh cukup besar terhadap potensi penyakit rematik. Bahkan, disebutkan pula bahwa seseorang yang keluarganya memiliki riwayat rematik dapat mengalami kondisi radang sendi yang lebih buruk daripada orang yang keluarganya tidak memiliki riwayat rematik.

2. Kelebihan berat badan.

foto: pexels.com

Mengalami kelebihan berat badan maupun obesitas, maka akan meningkatkan resiko terkena penyakit rematik. Bahkan, makin berat seseorang tersebut berlebihan, maka resiko terkena rematik akan semakin besar.

3. Pernah terjadi cidera.

foto: pexels.com

Dikutip dari healhline.com, cidera yang dialami seseorang seperti patah tulang, dislokasi sendi, maupun kerusakan ligamen dapat meningkatkan potensi terjadinya rematik, terutama jenis rheumatoid arthritis.

4. Terkena infeksi.

foto: pexels.com

Melansir healthline.com, terjadinya infeksi pada tubuh seseorang mampu mempengaruhi atau memicu penyakit rematik. Beberapa kondisi rematik yang kerap terjadi akibat adanya infeksi adalah lupus, skleroderma, dan polimialgia.

5. Kekurangan kalsium.

foto: pexels.com

Dikutip dari liputan6.com, kekurangan kalsium dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya rematik. Hal ini terjadi karena kalsium memiliki peran penting dalam proses metabolisme, serta mendukung gerakan saraf, aktivitas jantung, dan otot.

6. Penumpukan racun dalam tubuh.

foto: pexels.com

Mengutip liputan6.com, penumpukan racun dalam tubuh menjadi pemicu terjadinya penyakit rematik, terutama adanya penumpukan di bagian sendi dan tulang.

7. Sendi mengalami banyak tekanan.

foto: pexels.com

Dikutip dari WebMD, kondisi sendi yang terlalu banyak mendapat tekanan ini kerap dialami orang dengan jenis rematik osteoartritis. Biasanya, "aus" pada sendi terjadi ketika terlalu banyak aktivitas seperti menahan beban pada lutut, pinggul, kaki, dan tulang belakang.

8. Faktor lingkungan.

foto: pexels.com

Lingkungan memiliki peranan besar terhadap peningkatan potensi seseorang terkena rematik. Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention, anak-anak yang ibunya merokok memiliki resiko dua kali lipat lebih besar terkena rematik pada saat dewasa.

9. Dipicu hormon tertentu.

foto: pexels.com

Dilansir dari laman National Rheumatoid Arthritis Society (NRAS), hormon dianggap memiliki pengaruh cukup besar yang dapat memicu terjadinya rematik, terutama pada jenis rheumatoid arthritis (RA). Biasanya RA lebih banyak dialami oleh perempuan, terutama pada masa perubahan hormonal seperti pasca melahirkan maupun awal menopause.

10. Faktor jenis kelamin.

foto: pexels.com

Penyakit rematik lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki, sehingga perempuan lebih rentan terhadap penyakit ini. Dikutip dari healthline.com, beberapa jenis rematik yang lebih sering terjadi pada perempuan, di antaranya rheumatoid arthritis, lupus, skleroderma, sindrom sjogren, dan polimialgia. Sedangkan untuk pria, beberapa jenis rematik yang kerap menyerang adalah asam urat dan ankylosing spondylitis.

11. Pengaruh usia.

foto: pexels.com

Terdapat mitos bahwa penyakit rematik hanya menyerang usia yang lebih tua. Dikutip dari Mayo Clinic, mitos itu pun tidak benar karena rematik dapat terjadi pada usia. Akan tetapi, rentang usia paling sering mengalami dan berpotensi terkena rematik adalah usia paruh baya.

12. Merokok.

foto: pexels.com

Meskipun bukan penyebab utama, merokok ternyata dapat memicu terjadinya rematik. Melansir Centers for Disease Control and Prevention, merokok juga mampu memperburuk kondisi penderita rematik dengan merasakan nyeri sendi yang lebih parah.

13. Pengaruh cuaca.

foto: pexels.com

Mitos sering mandi malam dan berada di ruangan ber-AC atau cuaca dingin masih sering dianggap masyarakat sebagai penyebab rematik. Dikutip dari laman Perhimpunan Reumatologi Indonesia, fakta yang benar adalah mandi malam atau cuaca dingin tidak menyebabkan rematik. Akan tetapi, cuaca dingin dapat membuat kondisi penderita rematik menjadi lebih buruk karena cuaca dingin membuat sendi terasa nyeri.

14. Pemilihan makanan.

foto: pexels.com

Tak hanya mandi malam, masyarakat kerap menganggap bahwa makan sayuran hijau dan kacang-kacangan dapat menyebabkan rematik. Melansir laman Perhimpunan Reumatologi Indonesia, konsumsi sayuran hijau dan kacang-kacangan tidaklah menyebabkan nyeri sendi yang kerap dialami penderita rematik. Namun, penderita rematik asam urat (gout/pirai) harus mengontrol makanan seperti jeroan, alkohol, kerang-kerangan, dan daging merah supaya nyeri yang diderita tidak bertambah parah.

15. Memiliki penyakit bawaan.

foto: pexels.com

Dikutip dari healthline.com, beberapa orang yang memiliki penyakit bawaan dapat meningkatkan potensi terkenal rematik. Beberapa penyakit bawaan yang meningkatkan risiko terkena rematik, seperti tekanan darah tinggi, hipotiroidisme, diabetes, obesitas, menopause dini, dan penyakit ginjal. Bahkan, seseorang yang telah mengidap jenis rematik seperti rheumatoid arthritis, lupus, dan skleroderma, kondisinya dapat menjadi lebih buruk hingga ke tahap sindrom sjogren maupun vaskulitis.

16. Tidak pernah melahirkan.

foto: pexels.com

Melansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), perempuan yang tidak pernah melahirkan juga berpotensi lebih besar terkena penyakit rematik ini. CDC pun menyebut bahwa perempuan yang telah melahirkan dan menyusui bayinya memiliki potensi lebih rendah terkena rematik.

Apabila telah terserang rematik, pasien harus terus berkonsultasi pada dokter untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan terbaik. Apabila belum terkena rematik, perlu untuk melakukan pencegahan supaya tidak mengalami penyakit tersebut.

Cara mencegah rematik.

foto: pexels.com

1. Hindari merokok.

Kebiasaan merokok sangat berpengaruh pada terjadinya rematik karena kekebalan tubuh menurun akibat adanya stres oksifatif yang dihasilkan dari rokok.

2. Menurunkan berat badan.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, berat badan berlebih dapat memicu terjadinya rematik dan menyebabkan sendi harus bekerja lebih ekstra karena harus menopang berat badan berlebih. Oleh karena itu, penting untuk menurunkan berat badan berlebih dan mengontrol pola makan.

3. Perhatikan cara membawa barang berat.

Untuk menghindari cidera, penting untuk memperhatikan posisi tubuh maupun sendi dalam membawa beban berat. Salah satu contohnya adalah mengangkat barang berat dengan seluruh lengan, bukan salah satu lengan maupun pergelangan tangan.

4. Memperhatikan asupan makanan.

Meskipun tidak semua jenis rematik dipicu oleh faktor makanan, memperhatikan asupan makanan tetap penting untuk dilakukan. Supaya tubuh lebih sehat dan terhindar dari rematik, perlu menghindari daging sapi, babi, bacon, kopi, makanan olahan, dan makanan cepat saji supaya tidak dikonsumsi secara berlebihan.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags