Brilio.net - Bagi kaum perempuan, kehamilan tidak jarang membawa kebahagiaan. Apalagi bagi mereka yang sudah lama mendambakan momongan. Namun tidak sedikit juga kehamilan yang justru membuat stress, khususnya bagi mereka yang pernah merasakan gangguan kesehatan karena faktor kehamilan itu sendiri.
Selain itu, ada juga yang kehamilannya bermasalah. Misalnya mengalami kehamilan di luar rahim atau yang biasa disebut ektopik. Ini adalah kondisi ketika sel telur menempel di luar rahim atau di tempat yang tidak semestinya.
BACA JUGA :
10 Potret Felicya Angelista beri kejutan kehamilan untuk Caesar Hito
Normalnya, sel telur akan keluar melalui saluran tuba falopi menuju rahim, lalu tumbuh menjadi janin. Kondisi ini biasanya terjadi di tuba falopi. Namun, melekatnya sel telur juga dapat terjadi di area lain, seperti di indung telur, leher rahim, dan rongga perut.
Sebenarnya belum diketahui secara pasti mengenai penyebab kehamilan ektopik. Namun, umumnya kondisi ini disebabkan kerusakan saluran penghubung antara indung telur dengan rahim (tuba falopi).
BACA JUGA :
Momen 8 seleb umumkan kehamilan, Felicya Angelista menangis haru
Selain rusaknya tuba falopi, risiko kejadian kehamilan ektopik juga dapat meningkat pada beberapa kondisi seperti memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya. Lalu memiliki riwayat reaksi peradangan di sekitar tuba falopi atau organ di sekitarnya akibat infeksi menular seksual, seperti chlamydia dan gonore.
Selain itu kehamilan ektopik juga bisa dialami mereka yang memiliki riwayat pernah melakukan prosedur bayi tabung. Termasuk bagi mereka yang menggunakan alat kontrasepsi di dalam rahim (spiral atau IUD). Mereka yang memiliki gangguan infertilitas juga bisa mengalami hal serupa.
Kehamilan ektopik juga bisa dialami mereka yang memiliki riwayat pengikatan (sterilisasi) tidak sempurna atau operasi di area tuba falopi sebelumnya. Kondisi ini juga bisa dialami mereka yang memiliki kebiasaan merokok.
Jika mengalami kehamilan ektopik, umumnya penderita dapat mengalami beberapa gejala seperti mual, muntah, pusing, keringat dingin, pingsan, sakit perut bagian bawah, nyeri badan pada satu sisi, nyeri leher, bahu, atau rektum (area di sekitar anus) serta erdarahan dari vagina.
Nah bagi moms yang mengalami kehamilan ektopik, berikut tahapan diagnosis pemeriksaan yang bisa dilakukan.
1. Wawancara medis
Saat wawancara medis, umumnya dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan, seperti keluhan yang dirasakan, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan dan penggunaan alat KB, riwayat penyakit dan operasi sebelumnya, dan sebagainya.
2. Pemeriksaan fisik
Pada saat pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan pemeriksaan secara lengkap. Umumnya pemeriksaan yang dilakukan mencangkupt ekanan darah, nadi, suhu tubuh, pernapasan, vagina, perut dan panggul. Ini dilakukan untuk mengonfirmasi ukuran rahim ketika masa kehamilan dan merasakan kondisi permukaan perut.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang kehamilan ektopik dilakukan di antaranya dengan pemeriksaan air seni untuk mengetahui kondisi kehamilan. Lalu pemeriksaan darah setiap dua hari sekali. Hal ini dilakukan untuk mengecek hormon -hCG yang diproduksi selama masa kehamilan. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya masalah, misalnya kehamilan ektopik.
Kemudian dilakukan juga pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat di mana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
Begini cara menanganinya
Bagi para moms yang mengalami kehamilan ektopik, jangan gusar ya. Kondisi ini bisa diatasi lewat beberapa cara koq. Terapi kehamilan ektopik dapat berupa pemberian obat-obatan ataupun operasi. Tindakan terapi yang dilakukan akan bergantung pada tingkat keparahannya.
1. Obat-obatan
Pada kehamilan ektopik tahap awal yang tidak disertai perdarahan tidak stabil, terapi obat injeksi methotrexate dapat diberikan. Obat ini berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan jaringan ektopik sekaligus melarutkannya.
Beli obat online dapat menjadi pilihan praktis. Namun, ingat bahwa penggunaan obat harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan dokter.
2. Operasi
Apabila kehamilan sudah berusia beberapa minggu atau lebih, maka cara menangani kehamilan ektopik adalah dengan prosedur operasi. Tindakan yang dilakukan berupa operasi kecil atau besar, tergantung dari kondisi jaringan yang tumbuh pada kehamilan ektopik.
Penanganan dengan cara operasi lebih aman dan memiliki angka keberhasilan yang lebih besar ketimbang dengan obat-obatan. Namun demikian, tetap konsultasikan kepada dokter mengenai penanganan yang tepat.
Apabila memiliki kondisi yang dicurigai sebagai gejala kehamilan ektopik, segera periksakan kepada dokter untuk penanganan yang tepat. Deteksi dini kondisi ini dapat menurunkan risiko berbahaya yang mengancam nyawa.