Brilio.net - Rapid test virus Corona mulai dilakukan di sejumlah wilayah. Tes cepat ini dilakukan untuk mendeteksi virus Corona atau COVID-19. Tindakan ini dipilih sebagai salah satu pencegahan penyebaran virus Corona yang masih mewabah hingga saat ini.
Seperti diketahui, Rapid test sebelumnya sudah diterapkan di beberapa negara seperti China, Amerika Serikat, Korea Selatan, Italia, dan juga Perancis. Penerapan Rapid test di Indonesia sendiri dikatakan Presiden Joko Widodo sudah dimulai sejak Jumat (20/3) lalu.
Melalui konferensi pers di Istana Merdeka, Presiden Jokowi mengatakan Rapid test Corona dilakukan dengan cara dari rumah ke rumah.
"Hari ini pemerintah sudah mulai melakukan Rapid test sebagai upaya untuk memperoleh indikasi awal apakah seseorang positif terinfeksi COVID-19 ataukah tidak," ujar Jokowi pada Jumat (20/3) di Jakarta.
Sejumlah daerah di Indonesia terlihat mulai melakukan tes cepat. Dilansir brilio.net dari liputan6.com pada Senin (30/3) dari hasil Rapid test di DKI Jakarta, tercatat sebanyak 121 orang positif Corona. Tes ini dilakukan Dinas Kesehatan Jakara di seluruh wilayah Ibu Kota sejak 24-27 Maret 2020. Hasilnya sebanyak 1,1 persen dari pesertanya dinyatakan positif terpapar Virus Corona (COVID-19).
Rapid test dianggap sebagian pihak sebagai salah satu langkah tepat dalam mengurangi penyebaran virus Corona. Namun tak sedikit juga yang kontra terhadap keputusan ini.
Nah sebaiknya kamu pahami dulu beberapa fakta mengenai Rapid test. Sehingga kamu dapat lebih memahami dan mengedukasi lingkungan sekitarmu mengenai penerapan Rapid test Corona. Simak ulasan brilio.net dari berbagai sumber, Senin (30/3).
1. Rapid test praktis, tapi tidak mudah.
BACA JUGA :
Rapid test disebut mampu deteksi COVID-19, pahami cara kerjanya
foto: freepik.com
Rapid test Corona dikenal sebagai cara cepat untuk mendeteksi virus Corona atau COVID-19 pada tubuh manusia. Sebagai penguji cepat, tes ini dikatakan hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja dalam pelaksanaanya.
Meskipun terdengar sederhana dan praktis, nyatanya pelaksanaan tes ini tidaklah mudah. Dalam artian, pengambilan sampel untuk Rapid test diperlukan ketelitian lebih.
"Namanya Rapid test memang cepat. Istilahnya praktis tapi not simple (tidak praktis) juga. Sama dengan metode pengambilan spesimen secara konvensional, seperti PCR. Harus ekstra hati-hati," jelas July Kumalawati dari Departemen Patologi Klinik RS Cipto Mangunkusumo Jakarta saat diskusi secara Live dengan Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi), Kamis (26/3).
Selain memerlukan ketelitian lebih, para petugas juga tidak bisa sembarangan selama proses pengambilan sampel. Meskipun memiliki durasi singkat, petugas medis tetap harus menggunakan alat pelindung diri atau APD lengkap. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi dengan masyarakat.
BACA JUGA :
Cerita pilu calon pengantin terjebak lockdown di Purbalingga
2. Cara kerja Rapid test.
foto: freepik.com
Rapid test memiliki cara kerja dengan memeriksa antibodi pada darah seseorang. Rapid test dapat mendeteksi adanya keberadaan virus pada tubuh seseorang, namun tidak dapat langsung mendeteksi adanya virus Corona. Maka jika tes tersebut menunjukkan adanya virus, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendeteksi virus tersebut.
Orang yang memiliki hasil positif pada Rapid test akan mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan untuk orang yang mendapatkan hasil negatif bukan berarti bisa bebas melakukan kegiatan di luar. Ia sebaiknya tetap mengisolasi diri di rumah. Karena Rapid test tidak menjamin 100 persen apakah seseorang terjangkit virus Corona atau tidak.
3. Akan ada pembagian kelompok.
foto: unsplash.com
Untuk orang yang sudah melakukan kontak dengan orang positif Corona akan dibagi dalam tiga kelompok. Pertama, Orang Tanpa gejala (OTG), Orang Dalam Pemantauan (ODP), dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Namun bukan berarti dalam tiga golongan tersebut, semuanya sudah dinyatakan positif akan ada kemungkinan mereka memiliki hasil tes negatif.
Meskipun mendapatkan hasil negatif, pasien OTG dan ODP disarankan untuk melakukan isolasi mandiri. Penerapan social distancing juga tetap harus dilakukan. Hal ini untuk melindungi diri pasien dari penyebaran virus Corona atau COVID-19.
Sedangkan untuk pasien PDP, bagi yang memiliki gejala ringan disarankan untuk mengisolasi diri di rumah. Sementara itu, untuk gejala berat diharap untuk segera meminta bantuan petugas medis untuk penanganan selanjutnya.
4. Adanya golongan prioritas dalam melakukan Rapid test.
foto: freepik.com
Rapid test tak bisa dilakukan secara sembarangan. Untuk mendapatkan tes ini akan ada pembagian golongan yang menjadi prioritas untuk melakukan Rapid test. Para dokter, tenaga medis, dan keluarganya disampaikan Presiden Jokowi sebagai golongan prioritas pertama.
"Tadi pagi saya telah memerintahkan menteri kesehatan untuk Rapid test yang diprioritaskan adalah dokter dan tenaga medis serta keluarganya terlebih dahulu," jelas Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta.
Selanjutnya yang mendapatkan prioritas untuk mendapatkan tes cepat ini adalah Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
5. Hasil Rapid test didapatkan setelah 6 jam.
foto: freepik.com
Tak membutuhkan waktu lama dalam melakukan tesnya, namun Rapid test tetap membutuhkan setidaknya 6 jam untuk mendapatkan hasil. Perlu dipahami, jika hasil menunjukkan negatif, perlu dilakukan pemeriksaan kembali pada 10 hari mendatang. Hal ini dikarenakan dibutuhkan waktu 6-7 hari untuk pembentukan antibodi. Sehingga untuk memastikan seseorang terinfeksi atau tidak, diperlukan tes ulang.
"Karena kalau memeriksa langsung terhadap virusnya, maka kita menggunakan pemeriksaan yang kita sebut berbasis pada antigen. Yang kita gunakan adalah melakukan pemeriksaan dengan swab, dengan usapan, usapan yang dilaksanakan di dinding belakang rongga hidung atau di belakang rongga mulut," jelas Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers yang disiarkan secara langsung melalui akun YouTube BNPB, pada hari Selasa (24/3).