Brilio.net - Kehamilan menjadi fase istimewa bagi seorang wanita, meski harus dijalani penuh perjuangan. Apalagi terkadang kehamilan harus diiringi berbagai keluhan kesehatan. Salah satu masalah yang sering dialami ibu hamil ialah keputihan. Dampak keputihan pada ibu hamil bisa beragam, mulai dari ketidaknyamanan ringan hingga risiko komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Meski umum terjadi, banyak ibu hamil yang masih belum memahami penyebab dan bahaya keputihan selama kehamilan. Keputihan abnormal bisa menjadi tanda infeksi yang berpotensi membahayakan janin. Mengenali gejala hingga dampak keputihan pada ibu hamil sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu serta bayi dalam kandungan.
BACA JUGA :
Sederhana tapi punya manfaat besar, 9 makanan ini dapat mencegah dan menghambat pertumbuhan kanker
Oleh sebab itu, memahami lebih mendalam terkait keputihan pada ibu hamil menjadi langkah penting untuk pencegahan, sekaligus penanganan dini mengatasi masalah keputihan selama kehamilan. Pengetahuan tentang dampak keputihan pada ibu hamil akan membantu sang ibu lebih waspada serta proaktif dalam merawat kesehatan selama masa kehamilan.
Yuk, simak ulasan lengkap dampak keputihan pada ibu hamil, kenali penyebab dan cara mencegahnya, seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (15/8).
Penyebab keputihan pada ibu hamil
BACA JUGA :
Bikin mudah tantrum dan depresi, ini 9 ciri-ciri dan cara mengatasi anak kecanduan gadget
foto: freepik.com
Keputihan merupakan kondisi di mana keluarnya cairan dari vagina yang bukan darah. Pada ibu hamil, keputihan menjadi hal yang sering terjadi akibat perubahan hormonal yang memengaruhi kondisi tubuh selama kehamilan. Cairan keputihan biasanya berwarna bening atau putih susu, bertekstur agak kental, dan tidak berbau atau hanya memiliki bau yang ringan.
Fungsi keputihan untuk menjaga kebersihan maupun kesehatan vagina dengan mengeluarkan sel-sel mati serta bakteri. Namun, jika keputihan disertai gejala yang tidak biasa, seperti bau menyengat, gatal, atau perubahan warna yang drastis, bisa menjadi tanda adanya infeksi atau masalah kesehatan lainnya yang memerlukan perhatian medis.
Adapun beberapa penyebab keputihan pada ibu hamil, meliputi:
1. Perubahan hormonal
Selama kehamilan, tubuh ibu mengalami peningkatan produksi hormon estrogen dan progesteron. Peningkatan kadar hormon ini merangsang kelenjar di serviks dan dinding vagina untuk memproduksi lebih banyak cairan.
Cairan ini membantu melindungi vagina dari infeksi dengan menjaga keseimbangan pH yang sehat serta memfasilitasi pertumbuhan bakteri baik. Namun, perubahan hormon ini juga dapat membuat vagina lebih rentan terhadap infeksi karena perubahan komposisi mikrobiota vagina.
2. Peningkatan aliran darah ke area panggul
Selama kehamilan, aliran darah ke area panggul meningkat untuk mendukung pertumbuhan janin. Peningkatan aliran darah ini dapat merangsang produksi cairan di vagina, yang kemudian dikeluarkan sebagai keputihan.
Keputihan ini biasanya lebih banyak terjadi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Meskipun ini adalah respon fisiologis yang normal, beberapa ibu hamil mungkin merasa tidak nyaman dengan jumlah keputihan yang meningkat.
3. Infeksi vagina
Keputihan pada ibu hamil juga bisa disebabkan oleh infeksi, seperti vaginosis bakteri atau infeksi jamur (kandidiasis). Infeksi ini lebih umum terjadi selama kehamilan karena perubahan hormonal dan pH vagina. Infeksi jamur, disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari jamur Candida yang biasanya ada dalam jumlah kecil di vagina.
Sedangkan Vaginosis bakteri disebabkan oleh ketidakseimbangan antara bakteri baik dan jahat di vagina. Infeksi ini dapat menyebabkan keputihan yang berwarna kuning, hijau, atau abu-abu bahkan mungkin disertai dengan bau yang tidak sedap, gatal, atau rasa terbakar.
4. Kurangnya menjaga kebersihan diri.
Kurangnya kebersihan pribadi, seperti tidak mengganti pakaian dalam secara teratur atau tidak membersihkan area genital dengan baik dapat memicu keputihan. Pada ibu hamil, menjaga kebersihan vagina sangat penting karena risiko infeksi meningkat selama kehamilan.
Penggunaan sabun yang tidak sesuai atau produk pembersih vagina yang mengandung bahan kimia keras dapat mengganggu keseimbangan pH vagina, bahkan menyebabkan keputihan yang tidak normal.
Gejala keputihan pada ibu hamil
foto: freepik.com
1. Perubahan warna dan tekstur keputihan
Gejala keputihan yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil ialah perubahan warna dan tekstur keputihan. Keputihan yang normal biasanya berwarna bening atau putih susu dan bertekstur kental.
Namun, jika keputihan berubah menjadi kuning, hijau, atau abu-abu, bisa menjadi tanda adanya infeksi. Tekstur keputihan yang berubah menjadi berbusa atau menggumpal juga merupakan tanda yang perlu diwaspadai sehingga sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter.
2. Bau yang tidak sedap
Keputihan yang normal biasanya tidak berbau atau hanya memiliki bau yang sangat ringan. Namun, jika keputihan disertai dengan bau yang menyengat (tidak sedap), bisa menjadi indikasi adanya infeksi bakteri maupun jamur. Bau yang tidak sedap ini sering kali menjadi tanda pertama dari infeksi dan sebaiknya tidak diabaikan.
3. Gatal dan iritasi
Gatal atau iritasi di area genital menjadi gejala umum dari infeksi vagina yang menyebabkan keputihan. Gatal ini bisa sangat mengganggu bahkan sering disertai dengan rasa terbakar saat buang air kecil ataupun saat berhubungan seksual.
Jika ibu hamil mengalami gejala ini, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis sekaligus pengobatan yang tepat.
Dampak keputihan pada ibu hamil
foto: freepik.com
Keputihan pada ibu hamil, terutama yang disebabkan oleh infeksi, dapat menimbulkan sejumlah dampak buruk jika tidak ditangani dengan tepat. Meskipun keputihan dalam jumlah yang wajar merupakan hal normal selama kehamilan.
Akan tetapi keputihan yang berlebihan atau disertai gejala tidak biasa seperti bau menyengat, warna abnormal, atau gatal dapat menjadi indikasi masalah kesehatan yang lebih serius. Adapun dampak keputihan pada ibu hamil, diantaranya:
1. Risiko infeksi pada bayi baru lahir
Salah satu dampak paling serius dari keputihan yang tidak normal ialah risiko infeksi pada bayi baru lahir. Infeksi seperti vaginosis bakteri atau kandidiasis dapat menyebar ke bayi selama persalinan melalui jalur lahir.
Misalnya, bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi jamur dapat terkena kandidiasis oral, yang dikenal sebagai thrush, bahkan mengalami ruam popok akibat infeksi jamur. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Obstetrics and Gynaecology menyatakan bahwa infeksi pada jalur lahir bisa meningkatkan risiko komplikasi pada bayi, termasuk infeksi mata dan pernapasan.
2. Kelahiran prematur
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti vaginosis bakteri, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kelahiran prematur. Kelahiran prematur merupakan kondisi di mana bayi lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu.
Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Obstetrics & Gynecology, menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami vaginosis bakteri memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan prematur. Kondisi ini berbahaya karena bayi prematur sering mengalami komplikasi kesehatan serius, termasuk gangguan pernapasan, masalah perkembangan, hingga infeksi .
3. Infeksi pada organ reproduksi
Keputihan yang diakibatkan oleh infeksi yang tidak diobati dapat menyebar ke organ reproduksi lainnya, seperti rahim, saluran tuba, hingga ke ovarium. Infeksi yang menyebar ini dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PID), yang merupakan kondisi serius yang dapat mengakibatkan nyeri kronis, kesulitan hamil di masa depan, bahkan komplikasi serius lainnya. Menyadur dari riset International Journal of Gynecology & Obstetrics, PID selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, dan komplikasi lainnya .
4. Ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari
Keputihan yang tidak normal, terutama jika disertai dengan gejala seperti gatal, rasa terbakar, atau bau tidak sedap bisa menyebabkan ketidaknyamanan bagi ibu hamil. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan memicu rasa tidak nyaman secara fisik maupun emosional. Terkadang, ibu hamil merasa malu lalu tidak percaya diri, yang bisa menimbulkan stres tambahan selama kehamilan. Stres ini, pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kesehatan ibu dan janin.
5. Meningkatkan risiko infeksi menular seksual (IMS)
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi seperti vaginosis bakteri dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi menular seksual (IMS). Vaginosis bakteri menyebabkan perubahan pada pH vagina dan mikrobiota yang bisa melemahkan pertahanan alami tubuh terhadap patogen.
Studi yang diterbitkan dalam Sexually Transmitted Diseases menunjukkan bahwa wanita dengan vaginosis bakteri memiliki risiko lebih tinggi terkena IMS seperti HIV, gonore, dan klamidia. IMS selama kehamilan dapat memiliki konsekuensi serius, termasuk peningkatan risiko kelahiran prematur serta penularan infeksi ke bayi.
6. Berpengaruh pada kesehatan mental ibu hamil
Selain dampak fisik, keputihan yang bermasalah juga dapat berdampak pada kesehatan mental ibu hamil. Kondisi keputihan yang tidak normal sering kali menimbulkan kecemasan, stres, dan ketidaknyamanan emosional.
Ketidakpastian mengenai kondisi kesehatan maupun kekhawatiran terhadap bayi yang sedang dikandung dapat memperburuk kondisi mental ibu hamil. Stres serta kecemasan selama kehamilan telah dikaitkan dengan berbagai komplikasi kesehatan, lahir prematur maupun gangguan perkembangan pada bayi.
Cara mencegah keputihan pada ibu hamil
1. Menjaga kebersihan area genital
Menjaga kebersihan area genital adalah langkah utama dalam mencegah keputihan. Ibu hamil sebaiknya mencuci area vagina dengan air hangat secara teratur, terutama setelah buang air kecil atau besar. Hindari penggunaan sabun beraroma atau produk pembersih vagina yang mengandung bahan kimia keras, karena dapat mengganggu keseimbangan pH vagina dan menyebabkan iritasi.
2. Gunakan pakaian dalam yang tepat
Memilih pakaian dalam yang tepat juga penting dalam mencegah keputihan. Gunakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun, karena memungkinkan sirkulasi udara yang baik dan membantu menjaga area genital tetap kering.
Hindari pakaian dalam yang terlalu ketat atau berbahan sintetis, karena dapat menyebabkan kelembapan berlebih dan meningkatkan risiko infeksi. Selain itu, gantilah pakaian dalam secara teratur, terutama jika terasa lembap, untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang bisa memicu keputihan.
3. Menghindari douching
Douching adalah praktik mencuci vagina dengan cairan khusus yang dimasukkan ke dalam vagina. Pasalnya, hal ini sangat tidak disarankan bagi ibu hamil. Douching dapat mengganggu keseimbangan alami flora vagina, membunuh bakteri baik, dan meningkatkan risiko infeksi.
Selain itu, douching dapat mendorong bakteri ke dalam rahim atau saluran tuba, yang bisa menyebabkan komplikasi serius selama kehamilan. Organisasi kesehatan seperti American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan untuk menghindari douching karena lebih banyak menimbulkan risiko daripada manfaatnya.
4. Memperhatikan pola makan dan jaga tubuh tetap terhidrasi
Pola makan sehat dan hidrasi yang cukup juga berperan penting dalam menjaga kesehatan vagina selama kehamilan. Konsumsi makanan yang kaya akan probiotik, seperti yogurt atau makanan fermentasi lainnya dapat membantu mempertahankan keseimbangan flora bakteri yang sehat di dalam vagina.
Selain itu, mengonsumsi cukup air dapat membantu tubuh tetap terhidrasi, serta membantu menjaga cairan vagina dalam kondisi yang seimbang. Sebaliknya, hindari makanan yang tinggi gula, karena gula berlebih dapat memicu pertumbuhan jamur, seperti Candida, yang menyebabkan infeksi jamur.
5. Mengelola stres
Stres selama kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan, termasuk meningkatkan risiko keputihan yang tidak normal. Stres berlebih dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres dengan baik selama kehamilan melalui teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau aktivitas yang menenangkan. Mendapatkan dukungan emosional dari keluarga maupun teman juga bisa membantu ibu hamil mengurangi stres dan menjaga kesehatannya.