Brilio.net - Selain masalah stunting dan wasting, Indonesia juga mengalami masalah obesitas. Kondisi kesehatan ini ditandai saat seseorang memiliki lemak tubuh yang berlebihan dan tidak sehat. Obesitas terjadi ketika kamu terlalu banyak mengonsumsi asupan kalori dan kurang aktivitas tubuh, sehingga kalori yang tidak terpakai tadi disimpan dalam bentuk lemak.
Melansir dari data Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan tahun 2021, prevalensi obesitas pada penduduk dewasa berusia 18 tahun ke atas di Indonesia mencapai 26,6%. Angka ini menunjukkan 1 dari 4 orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas. Peningkatan ini terjadi pada pria dan wanita, dengan prevalensi obesitas pada pria sebesar 23,3% dan pada wanita sebesar 30,3%.
BACA JUGA :
5 Bahaya mengucek mata secara berlebihan, lengkap dengan gejala dan cara mengobatinya
Tingkat obesitas di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2020, prevalensi obesitas pada orang dewasa di Indonesia adalah 13,3%, yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-5 di antara negara-negara ASEAN. Lantas apa sajakah tanda obesitas yang sering diabaikan dan mungkin pernah kamu alami?
Yuk simak ulasan tentang tanda peringatan obesitas yang sering terabaikan, kenali ciri-ciri dan cara mengatasinya, seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Kamis (30/5).
Tanda obesitas yang sering diabaikan.
BACA JUGA :
Bisa jadi tanda risiko infeksi menular seksual, inilah makanan dan minuman yang picu keputihan wanita
foto: freepik.com
1. Perut mulai buncit.
Dilansir dari EMC Healthcare, perut buncit menjadi tanda awal seseorang berpotensi alami obesitas. Terkadang kebanyakan orang menganggap perut buncit hanya masalah penimbunan lemak sederhana, padahal perut buncit menjadi tanda peringatan obesitas dan risiko kesehatan lainnya. Perut buncit bisa terjadi karena pola makan tidak sehat, seperti terlalu sering konsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan kalori yang menyebabkan penumpukan lemak di perut.
Selain itu, kurangnya aktivitas fisik seperti enggan bergerak atau melakukan olahraga ringan membuat lemak terus-menerus ditumpuk mulai dari perut hingga organ tubuh lainnya. Nggak cuma itu, perut buncit juga disebabkan oleh perubahan hormonal yang dialami wanita selama masa kehamilan atau menopause sehingga berkontribusi menyebabkan penumpukan lemak di perut.
2. Lingkar pinggang yang lebar.
Tanda selanjutnya, cara terbaik untuk mengetahui seseorang alami berat badan sehat dengan mengukur lingkar pinggangnya. Melansir dari Health Line, lingkar pinggang yang lebih lebar dari 35 inci (88,9 cm) untuk wanita dan lebih lebar 40 inci (101,6) pada pria dapat menentukan status kelebihan berat badan yang berpotensi alami obesitas.
Angka tersebut menunjukkan lemak perut yang berlebihan termasuk jenis lemak berbahaya yang mengelilingi organ vital sehingga meningkatkan risiko diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan sindrom metabolik.
3. Mendengkur.
Mendengkur memang terkesan biasa saja, tetapi dengkuran yang berlebihan hingga membuat orang lain terbangun bisa menjadi alasan seseorang harus segera memperhatikan berat badannya. Ketika sering mendengkur dan jarang tidur nyenyak, membuat kamu mengalami sleep apnea.
Kondisi ini menyebabkan kehilangan oksigen dan kelelahan ekstrem. Hal ini terjadi karena tubuh menyimpan lemak di sekitar leher yang memungkinkan mempersempit jalan napas sehingga pernapasan jadi dangkal.
4. Sering alami heartburn.
Perubahan berat badan bahkan hanya sedikit memengaruhi refluks asam lambung yakni asam lambung yang naik ke kerongkongan atau esofagus. Melansir dari laman Verywellhealth, lebih dari 1/3 individu yang kelebihan berat badan serta obesitas mengalami penyakit gastroesophageal reflux (gerd).
Melansir dari Health Line, obesitas dan perkembangan gerd saling berhubungan dengan gejala seringnya bersendawa, mual, rasa pahit di mulut, dan sakit perut.
5. Nyeri sendi.
Disadur dari Medical News Today, obesitas kerap menjadi faktor risiko osteoartritis, jenis artritis yang paling umum terjadi. Kelainan ini menyebabkan kerusakan sendi, nyeri, penurunan mobilitas sendi hingga penurunan kualitas hidup.
Ketika kelebihan berat badan yang berpotensi obesitas membuat tubuh merasakan beban ekstra, terutama pada persendian. Jika mengalami sakit lutut, pinggul, dan sakit pinggang kronis bisa menjadi tanda-tanda masalah berat badan.
6. Kelelahan kronis.
Terakhir, ada kelelahan kronis yang menjadi gejala obesitas. Berat badan berlebihan memberikan tekanan tambahan pada organ tubuh, termasuk paru-paru. Bila kamu kelelahan, sesak napas, atau kesulitan berjalan saat melakukan aktivitas sederhana seperti mengikat sepatu, membersihkan kamar atau naik tangga, bisa memungkinkan jika kamu mengalami masalah berat badan yang berpotensi pada obesitas.
Kenali ciri-ciri obesitas.
foto: freepik.com
Melansir dari laman CDC, Verywellhealth, dan NHS, ada beberapa ciri-ciri obesitas, di antaranya:
1. Indeks massa tubuh (BMI), BMI dihitung dengan membagi berat badan dengan kuadrat tinggi badan. Angka BMI di atas 30 menunjukkan obesitas. BMI dapat diperiksa dengan menggunakan kalkulator BMI online yang mudah diakses.
2. Lingkar pinggang bisa menjadi ciri-ciri obesitas. Pada pria yang dianggap termasuk dalam kategori obesitas yaitu ketika lingkar pinggang lebih dari 102 cm dan pada wanita lebih dari 88 cm.
3. Terjadi pembengkakan area tungkai bawah yang dapat menandakan obesitas.
4. Munculnya stretch mark pada kulit juga dapat menandakan obesitas.
5. Perubahan fisik yang ditandai dengan area kulit menebal dan menjadi lebih gelap seperti di belakang leher, perut buncit, serta terjadi infeksi pada beberapa lipatan kulit lain. Selain itu, bentuk leher juga menjadi lebih pendek.
6. Gejala lainnya termasuk sakit di area punggung dan persendian, tidak tahan panas, mudah berkeringat, dan mudah merasa lelah.
7. Ciri-ciri lainnya yaitu wajah lebih bulat. Khususnya pada anak, wajah berbentuk bulat, pipi tembem, dan bahu rangkap menjadi tanda umum adanya obesitas.
8. Kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan menjadi ciri umum alami obesitas.
Cara mengatasi obesitas.
foto: freepik.com
Melansir dari laman Healthdirect.gov.au dan Truth About Weight, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi obesitas, meliputi:
1. Konsultasi dengan dokter.
Bila kamu merasa sudah kelebihan berat badan atau bahkan obesitas. Cobalah konsultasi ke dokter atau ahli gizi yang bisa menentukan target berat badan ideal dan strategi untuk menurunkan berat badan yang efektif dan aman.
2. Atur pola makan.
Pola makan sehat merupakan kunci utama dalam mengatasi obesitas. Fokuslah pada makanan bergizi seimbang yang kaya akan buah, sayur, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak.
3. Tingkatkan aktivitas fisik.
Olahraga dapat membantu dalam membakar kalori dan membangun massa otot. Minimal 30 menit setiap hari dimulai dengan olahraga ringan seperti jalan kaki, berenang, bersepeda, atau lari. Bila belum terbiasa kamu bisa melakukan metode 2 kali seminggu hingga menaikkan intensitas menjadi setiap hari.
4. Ubah gaya hidup.
Tinggalkan gaya hidup negatif seperti kerap konsumsi makanan tinggi gula, kalori, dan sejenisnya. Usahakan untuk berhenti merokok dan mengelola stres dengan baik. Cobalah juga untuk menjaga pola hidup dengan tidur yang cukup, rutin olahraga, rutin minum air, hindari merokok, dan lakukan aktivitas positif seperti membaca buku atau bergabung dengan komunitas yang sesuai hobimu.
Risiko obesitas.
foto: freepik.com
Berdasarkan data dari Very Well Health, obesitas menyebabkan beberapa komplikasi yang cukup serius, seperti:
1. Penyakit jantung.
Obesitas meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida, serta menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Hal ini dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri, yang dapat menyempitkan arteri dan meningkatkan risiko serangan jantung serta stroke.
Selain itu, bisa terjadi tekanan darah tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan pada arteri dan organ lain. Nggak cuma itu, ketika alami obesitas kamu akan memberi tekanan ekstra pada jantung, sehingga jantung sulit untuk memompa darah secara efektif. Akibatnya bisa mengalami gagal jantung.
2. Diabetes tipe 2.
Obesitas adalah faktor risiko utama diabetes tipe 2. Sel-sel lemak pada orang obesitas menjadi resisten terhadap insulin yaitu hormon yang membantu tubuh menggunakan gula (glukosa) untuk energi. Hal ini menyebabkan kadar gula darah meningkat yang dapat menyebabkan diabetes tipe 2.
3. Berpotensi alami kanker tertentu.
Obesitas meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara, usus besar, pankreas, dan ginjal. Mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga terkait dengan peradangan kronis, hormon, dan faktor lainnya.
4. Apnea tidur obstruktif (OSA).
OSA adalah suatu kondisi saat pernapasan berulang kali berhenti sejenak lalu bernapas lagi yang terjadi ketika tidur (umumnya dikenal dengan mendengkur). Obesitas meningkatkan risiko OSA karena lemak di sekitar leher dapat menyempitkan jalan napas. OSA dapat menyebabkan kelelahan, mengantuk di siang hari, dan meningkatkan risiko penyakit jantung serta stroke.
5. Osteoartritis.
Obesitas memberi tekanan ekstra pada sendi, terutama lutut dan pinggul, yang dapat menyebabkan osteoartritis, yaitu peradangan dan kerusakan pada persendian.
6. Gangguan reproduksi.
Lazim diketahui bahwa obesitas dapat memengaruhi keseimbangan hormon dan fungsi reproduksi pada pria maupun wanita. Pada wanita, obesitas dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur, infertilitas, dan meningkatkan risiko komplikasi kehamilan. Pada pria, obesitas dapat menurunkan kualitas sperma hingga meningkatkan risiko disfungsi ereksi.